Part 15 Pertemuan 2 Keluarga

76 4 0
                                    


Hari dimana makan malam yang di atur oleh Nadia akhirnya telah tiba. Pertemuan tersebut diadakan di sebuah restoran mewah yang ada di kota itu. Terlihat dua laki-laki dan tiga perempuan telah berada didalam sebuah ruangan VIP yang dipesan oleh Nadia di restoran xxx.

"Bagaimana kabarmu, Fan?" Tanya Nadia membuka obrolan mereka. Pandangan matanya tertuju pada gadis yang tengah duduk di seberang tempat duduknya itu. Wajah yang cantik, hidung yang mancung, rambut cokelatnya yang sedikit bergelombang, serta senyumnya yang sangat menawan itu mampu membuat Nadia menaruh harapan besar padanya.

"Baik, Tante." Jawab Stefani sambil tersenyum semanis mungkin pada wanita yang sudah tak muda lagi tapi masih terlihat cantik itu.
Ia teringat tentang ucapan mamanya beberapa waktu lalu saat memintanya untuk mau mengikuti acara makan malam ini.

"Mama pokoknya gak mau tahu, kamu harus kosongkan jadwal kamu untuk acara besok, titik." ucap Rita kepada putri semata wayangnya itu saat keduanya berada di meja makan pada kemarin malam.

"Ayolah, Ma. Besok aku ada acara di kota Bandung," bujuk Stefani kepada mamanya agar mau mencari hari lain selain besok.

"Kenapa harus besok, sih? Kan aku besok mau ketemu sama Melvin," gerutu Stefani dalam hati. Karena keduanya sudah sepakat untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama seharian besok di vila pribadi milik laki-laki itu.

Mendengar ucapan putrinya, membuat Rita melotot lalu ia beralih kepada suaminya yang duduk di sebelahnya itu. Ia yakin jika suaminya sudah bicara, putri bandelnya itu pasti akan menurutinya.

"Pa," panggil Rita kepada suaminya yang sibuk dengan Ipad-nya itu.
Mendengar suara istrinya, membuat laki-laki berkacamata tersebut mengalihkan pandangannya dari layar pipihnya itu.

Lalu laki-laki itu beralih kepada putrinya dan berkata, "Turutilah permintaan mamamu, Fan. Lagipula ini kesempatan yang bagus untuk perusahaan papa bisa lebih dekat dengan perusahaan milik mereka. Papa harap kamu bisa memikirkannya."

Stefani yang mendengar itu hanya bisa menghela napas sambil sedikit menganggukkan kepalanya.

"Iya, Pa." ucap Stefani pada akhirnya. Tentu itu membuat Rita bahagia sekali. Apalagi jika impian yang ia punyai itu bisa menjadi kenyataan.

"Bagaimana dengan pekerjaan mu, Fan? Apakah melelahkan? Tante sering lihat kamu di beberapa tayangan sinetron di stasiun televisi lho," Tanya Nadia lagi.
Mendengar pertanyaan itu membuat Stefani kembali tersenyum.

"Tentu tidak, Tante. Memang ini adalah impian Fani sejak kecil. Dari kecil Fani selalu ingin menjadi seperti artis-artis yang dikenal banyak orang, Tante." jawab Stefani. Mendengar jawaban itu membuat Rita- mama Stefani menghela napasnya. Sedangkan Nadia hanya bisa tersenyum dan mengangguk mendengar penuturan dari calon menantunya itu.

"Iya, saking senangnya membuatmu lupa dengan kehidupan mu sebagai wanita," ucap Rita yang menohok seketika membuat Stefani cemberut. Ahmad yang melihat istri dan anaknya itu hanya bisa geleng-geleng kepala, kemudian melanjutkan obrolan nya dengan Arman Atmaja.

"Ma," rengek Stefani kepada mamanya itu. Melihat hal itu membuat Nadia hanya bisa tersenyum manis.

"Bayangin saja, Jeng. Bahkan dari kecil ia selalu saja lebih mementingkan kontes model cilik dari pada sekolah nya. Astaga, mengingat jaman dulu membuatku pusing sekali," keluh Rita menceritakan tentang ambisi Stefani yang sejak kecil ingin menjadi seorang model sekaligus artis terkenal.

"Sudahlah, Jeng. Namanya juga anak muda. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung apa yang diimpikan oleh mereka, bukan? Selama apa yang impikan itu dalam hal yang positif," ucap Nadia menengahi keduanya. Sedangkan dua wanita itu masih saling cemberut dan bertatapan.

Lalu, setelah Nadia mengatakan hal itu, ia beralih melihat jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya itu.

"Kemana sih, anak itu? Sudah jam segini masih belum muncul juga. Kalau sampai tidak datang, bisa-bisa bikin malu keluarga," gerutu Nadia sedang memikirkan putranya - Zayn yang hingga kini belum juga menampakkan batang hidungnya.

Tok tok tok

Tak beberapa lama kemudian terdengar suara ketukan dari pintu ruangan tersebut. Seluruh pasang mata yang berada dalam ruangan tersebut sejenak menghentikan aktivitasnya dan mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu yang berwarna abu-abu di sana.

Ceklek

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Nadia yang sejak tadi merasa was-was karena anak sulungnya yang belum juga datang kini bisa bernapas lega. Laki-laki gagah dan tampan itu kini sudah datang, memenuhi harapan wanita yang sangat dicintainya itu. Senyum merekah tak henti-hentinya terbit di wajah cantik Nadia, melihat kedatangan putra sulungnya itu.

"Selamat Malam, semuanya. Maafkan saya. Ada sedikit pekerjaan yang membuat saya datang terlambat," ucap Zayn meminta maaf sambil sedikit membungkukkan badannya kepada semua orang yang berada di sana.

Semua orang yang ada di dalam sana hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Begitu juga dengan Stefani, kedua bola matanya berbinar seketika melihat pemandangan yang ada di depan mata itu.

"Tampan sekali. Bahkan jauh lebih tampan dibanding di fotonya," ucap Stefani dalam hati saat ia melihat penampilan laki-laki gagah tersebut. Memang ini adalah kali pertama bagi Stefani dan juga Zayn bertemu secara langsung.

"Duduk sini, Sayang." ucap Nadia sambil menepuk kursi kosong yang berada di samping kirinya.
Zayn yang mendengarnya hanya bisa mengangguk sambil berjalan menghampiri tempat duduk di sana.

Kini Zayn duduk berhadapan dengan Stefani, membuat gadis itu semakin berbinar dan mengubah posisi duduknya agar terlihat lebih elegan. Sedangkan Zayn, justru terlihat hanya diam seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Baiklah, berhubung sudah lengkap, sebaiknya kita makan dulu saja, bagaimana?" usul Arman Atmaja.
Melihat semua orang yang ada di sana menganggukkan kepala, ia pun langsung memanggil pelayan untuk segera menyiapkan makan malam mereka.

Setelah selesai menyantap hidangan makan malam mereka, baik Arman, Ahmad, dan Zayn berbincang seputar tentang pekerjaan mereka. Bisa dilihat dari raut wajah Zayn yang tidak terlalu suka berada di dalam ruangan tersebut. Bahkan ia hanya sesekali menimpali obrolan keduanya.

"Dimana wanita itu, sekarang?" Batin Zayn sambil mengambil handphone dan mengotak-atiknya.

"JCC? Ngapain dia ke sana?" tanya Zayn dalam hati saat matanya melihat keberadaan Bella yang saat ini di salah satu tempat yang biasanya digunakan untuk pertemuan, pameran, bahkan konser bertaraf internasional.

Setelah mengetahui itu, dengan cepat Zayn mencari kontak seseorang.

*Cari tahu apa yang dilakukan Bella di JCC. Sekarang*

Lalu, ia pun langsung mengirimkan pesan tersebut kepada orang kepercayaannya.

Nadia yang berada di sampingnya itu terus memperhatikan tingkah putranya itu dengan seksama.

_ _ _ _ _ _ _

Di tempat lain

"Aku enggak yakin bisa melakukannya, Tan. Soalnya aku belum pernah sebelumnya," ucap Bella yang berusaha membujuk sahabatnya itu.

"Ku mohon, Bell. Kali ini, saja. Please?" sahut Tania sambil menampilkan puppy eyes nya.
Bella yang melihat sahabatnya seperti itu menjadi bingung sendiri. Apakah ia harus menuruti permintaan sahabat itu? Atau menolaknya?

Hati yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang