Satu jam yang lalu
"Dimana Agnes?" teriak seorang laki-laki bertubuh gemulai di sebuah ruang make up besar. Raut wajahnya yang memerah menandakan ia tengah dalam kondisi menahan amarahnya.
Semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut hanya bisa menundukkan kepala melihat atasan mereka sedang dalam keadaan marah karena salah satu modelnya yang hingga kini belum menampakkan batang hidungnya.
"Bisa-bisa hancur pertunjukan malam ini," gerutu laki-laki yang tengah gelisah tersebut sambil mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya.
"Kamu!" tunjuk laki-laki itu kepada salah satu asistennya yang saat ini tengah merapikan beberapa pakaian yang tergantung di dekatnya itu.
"I-iya, Bos," jawab wanita itu dengan sedikit gelagapan.
"Cepat kamu hubungi Agnes atau managernya. Katakan padanya, aku tidak akan menjalin kerjasama lagi dengannya jika ia tidak datang saat ini juga. Cepat!" titah laki-laki gemulai yang merupakan salah satu desainer kondang tanah air.
"Ba-baik, Bos." jawab asisten tersebut sambil berlari kocar-kacir meninggalkan ruangan tersebut demi menjalankan perintah dari atasannya itu.
Setelah asistennya itu keluar, Laki-laki itu langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk yang ada di sana. Sambil memijat kepalanya yang pusing karena di hari yang sangat penting, justru salah satu modelnya belum juga menampakkan batang hidungnya. Sedangkan acaranya akan dimulai satu jam kemudian.
Cittttt
Suara decit mobil berwarna merah yang telah sampai di lobi basemen gedung Jakarta Convention Center. Tak beberapa lama kemudian, turunlah dua orang wanita dari mobil tersebut.
Dengan memakai pakaian sedikit formal, Tania dan juga Bella melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tersebut. Tak lupa juga Tania membawa sebuah buket bunga ditangannya. Lalu ia memberikan kunci mobilnya kepada petugas security yang bertugas di sana guna memarkirkan mobilnya ke tempat dimana mobil itu berada seharusnya.
"Ramai sekali, Tan. Aku sedikit agak gimana gitu," bisik Bella pada Tania saat kedua matanya melihat betapa ramainya suasana yang ada di dalam lobi gedung. Belum lagi beberapa pasang mata yang melihat ke arah keduanya yang kini melenggang masuk ke dalam sana.
Tania yang mendengar keluhan dari sahabatnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya."Oh, come on, Bell. Lo kan dulu pernah ikut acara besar di luar negeri. Kenapa di sini kamu malah minder begini?" ucap Tania yang heran dengan tingkah laku Bella.
"Iya, sih. Tapi disana dan disini beda, Tan. Mungkin di sana orang-orangnya sedikit cuek kali ya, sedangkan disini? Kamu lihat saja sekarang. Perasaanku, sejak tadi banyak sekali yang memperhatikan kita," sahut Bella sambil berjalan menuju ke arah sudut ruangan.
"Sudah, tenang saja. Cuek aja sama mereka, Oke?" ujar Tania menyarankan kepada Bella agar tidak memikirkan hal itu. Bella yang mendengar itu hanya bisa menganggukkan kepala tanda menurut.
Tak beberapa lama kemudian, keduanya sampai di depan sebuah pintu besar berwarna hitam mewah yang Bella yakini merupakan ruangan tempat teman Tania berada.
Ceklek
Tak menunggu waktu lama, Tania pun membuka pintu besar tersebut dan segera menghampiri sahabatnya yang merupakan seorang desainer kondang tanah air.
"Hallo semuanya," sapa Stella dengan sedikit berteriak. Namun matanya menatap sebuah kejanggalan di dalam sana. Pasalnya ia merasakan suasana sedikit mencekam karena seluruh orang-orang dari temannya itu tampak menundukkan kepalanya.
Stella bergegas menghampiri desainer itu dengan Bella yang mengekor di belakangnya.
"Everything is okay?" tanya Stella. Rehan yang mendengar suara dari Stella perlahan membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Tersakiti
RomansMemiliki paras cantik serta karier yang cemerlang nyatanya tak cukup membuat Isabella Putri Wijaya merasakan kebahagiaan dalam hidup. Penghianatan yang dilakukan oleh ayahnya menjadikan Bella tumbuh menjadi seorang gadis yang dingin dan tak tersentu...