Jangan lupa vote and komen!!♥️♥️
Happy Reading♥️
________________________Diruangan yang dikatakan sebagai ruangan horor bagi murid lain, kini menjadi tempat Althea berada. Mendengarkan sebuah kultum indah yang mengalun dari Pa--Udin--selaku guru Bimbingan konseling.
Beberapa kali dia menguap lebar lantaran bosan mendengarkan hal yang membuat telinganya panas.
Tadi, saat Althea bersantai di kantin. Pa Omas masuk dengan menarik tangan Pa Udin dan melaporkan hal yang dia lakukan.
Alhasil, dia harus berada di ruangan keramat ini. "Minta kopinya ya pak?" Izin Althea setelah sudah meminum 2 tegukan kopi yang bahkan belum di minum Pa Udin.
"Enak juga!"
"Kopi apa nih, Pa? Pulang sekolah mau beli soalnya." Tanya Althea.
Pa Udin menghela nafas lelah, dia sudah kepalang pusing menghadapi anak nakal seperti Althea. Bahkan nama Althea sudah di tulis dengan tinta merah oleh Pa Udin.
"Bapa bingung harus dengan cara apa lagi mengasih hukuman agar kamu jera, Althea." ucapnya dengan suara yang terdengar sangat lelah.
"Mana saya tau, kok tanya saya?"Jawab gadis itu enteng.
Bahkan dengan santainya dia mengupil tanpa malu di sana lalu menempelkan upil ke kursi yang dia duduki.
Pak Udin melotot melihat anak muridnya yang dengan lancang menempelkan upilnya sembarangan.
"Kamu!" Sentak Pa Udin.
Pa Udin menutup mata untuk meredakan amarahnya. Dia harus banyak bersabar untuk menghadapi murid seperti Althea.
"Tolong Althea, apa kamu bisa bersikap sopan kepada saya sebagai orang yang lebih tua dari kamu?"pinta Pa Udin.
Althea menghentikan kegiatannya, sebelah alisnya terangkat heran.
"Saya gak tau sopan itu apa." Jawab Althea.
Pak Udin memijat pangkal hidungnya lelah. "Kamu, apa kamu tidak malu dengan sikapmu yang begini?" Tanya Pa Udin sembari tertawa mengejek.
Althea mengangkat bahu acuh. "Ngapain ngurusin pandangan orang lain?! Ga guna" sahut Althea lagi dengan santai.
"Kalau kamu begini terus menerus, Bapak tidak akan segan-segan melaporkan kamu pada ibumu!" ancam Pa Udin.
Pa Udin memperhatikan gelagat Althea, berhadap muridnya yang satu ini takut dan memohon untuk tidak di laporkan.
Tapi tidak ada, ekspresi wajahnya sangat terlihat tenang dan sangat tidak perduli dengan ancaman yang Pa Udin katakan.
Althea melihat kuku-kuku cantiknya sesekali meniup kecil di sana seakan tengah meniup kotek agar kering.
"Terserah. Mungkin besoknya saya udah jadi Ubi"
"Astagfirullah".
"Sekarang juga kamu bersihkan perpustakaan dan juga taman belakang! tidak ada bantahan!" Putus beliau karna terlalu geram dengan anak muridnya yang satu ini.
Tanpa mengucapkan apapun Althea keluar dari ruangan bimbingan konseling dengan wajah malas, sepertinya dia harus pulang terlambat hari ini.
Dengan kesal gadis itu menendang sepatu yang entah punya siapa sembarang melampiaskan kekesalannya.
Dia berjalan pergi dari sana dengan bersedekap dada dan alis di tekuk. "Di suruh jangan ngaca sekarang, malah ngaca tuh guru" dumel Althea.
"SIAPA YANG NENDANG SEPATU NI KEKEPALA GUE!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)
Teen Fiction[Transmigrasi 2] ON GOING Murni dari saya! Apa bila ada kesamaan dari tokoh, alur cerita bahkan kata itu murni ketidak sengajaan. ____________________ Ini menceritakan dua gadis cantik yang terlempar masuk ke dalam Novel buatan dari Abang salah satu...