5. kursi roda (Revisi)

2.1K 168 1
                                    

Jangan lupa Vote!!!♥️
Komen juga
Typo tinggalkan jejak

Happy Reading🌺

______________________________

Maura menarik nafasnya panjang sembari melihat bangunan besar berisikan pelajar yang ingin menimba ilmu.

Iya, dia memaksakan diri untuk sekolah dengan menggunakan kursi roda.

"Apa nona yakin? Nona seharusnya masih beristirahat di rumah."

Maura mengangguk tanpa ragu, Tommy hanya bisa menghela nafas pasrah.

Padahal, Maura belum sembuh total. Dia masih harus mengistirahatkan tubuhnya. Tapi yang pada dasarnya Maura keras kepala, mereka tidak bisa memaksa.

Dengan pelan Tommy mendorong kursi roda Maura menuntun masuki kawasan sekolah elite.

Maura melihat kesekeliling dengan wajah tanpa ekspresi. Semua dibuat tertegun dengan paras cantik gadis itu yang sekarang tidak tertutupi oleh rambut panjangnya lagi.

Gadis culun yang selalu menunduk itu ternyata adalah bidadari yang tersembunyi, pikir mereka.

Netra Maura bertubrukan dengan pemuda tampan yang ternyata juga sedang menatapnya. Tatapan mereka terkunci satu sama lain.

Daffa.

Daffa tersenyum tipis lalu mengangguk kecil. Maura tidak membalas, dia langsung mengalihkan pandangannya menatap lurus kedepan.

"Anjir?! itu si culun?" ucap--Guntur-- yang menatap terkejut akan paras rupawan Maura barusan.

"Itu cewe kenapa pake kursi roda?" Heran--Rama-- bertanya entah kepada siapa.

"Kalau gue denger-denger sih jatuh dari tangga." jawab--Langit--tanpa tau yang sebenarnya Maura mencoba melakukan bunuh diri.

Guntur menggeleng prihatin. "Bisa-bisanya, tapi ada baiknya juga tuh cewe jatuh." Ucapnya.

Rama yang sedari tadi sempat diam menoleh, menatap bingung pada Guntur. "Apaan? Orang jatuh di bilang baik"

Guntur menatap secara bergantian pada temannya. "Lu gak liat? Culun jadi berani angkat kepalanya dan ngelihat sekitar." Ujar Guntur lagi.

Daffa berdecak. Dia kesal saat gadisnya diberi gelar 'culun' oleh temannya sendiri. Tangannya sangat gatal ingin merobek satu persatu mulut mereka.

Shujae mengerutkan keningnya melihat Daffa yang aneh. Merasa itu tidak terlalu penting dia kembali acuh dan lebih memilih menatap pada gerbang sekolah.

Sampai pada saat seorang gadis berpakaian urakan memasuki kawasan sekolah. Semakin lama, gadis itu semakin menjadi. Dulu, Althea tidak terlalu urakan. Mengenakan baju yang rapi walaupun kepribadiannya memang terbilang hiperaktif.

Shujae menghela nafas panjang, merasa lega entah karena sesuatu hal apa. "Cabut"

Rama berdecak, dia masih merasa nyaman duduk di motornya. Dia sudah dalam mode Pw, posisi wenak.

"Entaran lah, lagi mager gue" keluh Rama.

Langit mengangguk setuju. "Nunggu gue mau kentut dulu lah, Jae"

Shujae mengerlingkan matanya malas, banyak alasan sekali sih sahabatnya ini. Gemes pengen ngebacokin.

"Buru" desak Shujae.

Rama dan Langit sama-sama melemaskan bahu mereka. Guntur tertawa mengejek dua makhluk yang sangat malas walaupun hanya sekedar berjalan.

Mereka berjalan beriringan dengan Shujae yang memimpin. Mereka berjalan tepat di belakang Althea. Tanpa di sadari gadis itu.

Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang