••••"Jadi bagaimana? Apa anda jadi membelinya?" Tanya Wanita paruh baya berbicara melalui benda pipih yang di tenpelkan pada telinganya.
"Apa dia masih Virgin?"
Wanita itu tertawa pelan lalu mengangguk walaupun tidak dilihat oleh orang di sebrang sana. "Tentu saja, Anda akan jadi orang pertama yang menidurinya"
"Kalau begitu baiklah, aku akan menjemputnya Minggu depan"
Senyum wanita itu semakin terangkat mendengarnya. "Baik tuan, tapi jangan lupa untuk mentransfer uangnya. Berhubung dia masih perawan jadi harganya sangat mahal" ujarnya tanpa memerdulikan yang di jualnya adalah anaknya sendiri.
"Masalah bayaran kau tenang saja. Saya akan mentransfer 5 kali lipat dari harga yang anda sebutkan tadi"
"Baiklah kalau begitu saya tutup ya tuan" ucap Wanita itu dengan suara sopannya. Setelahnya sambungan telepon ditutup sepihak.
Wanita itu tersenyum bahagia karna akan mendapatkan banyak uang hasil menjual anaknya.
Sungguh tidak ada rasa kasihan sama sekali dari wanita itu. Apakah masih pantas orang sepertinya di beri gelar Ratu di hati seorang anak?
••••
"Lo harus makan-makanan yang sehat, Al. Jadi sekarang lo makan apel yang udah gue kupasin susah payah ini" Seru Sharen yang bersemangat menyuapi Althea.
Yang di ajak bicara hanya menatap kosong kedepan.
Sharen menghela nafasnya gusar, sudah berbagai cara mereka lakukan agar Althea berekspresi, namun tetap saja tatapan datar yang mereka dapatkan.
Lihatlah Althea sekarang, seperti Raga tanpa mempunyai jiwa. Zea juga sudah lelah menggelitik perut Althea namun gadis itu tetap pada pendiriannya.
"Anjing emang, cape. Mending sumpel tuh idung kembang kempis Althea pake kaos kaki keramat gue aja." Sarannya yang mendapat tabokan sayang dari Prischa.
"Inget tempat kalo mau kumat." Ucap Prischa memperingati.
Zea meringis, cenat-cenut rasanya jidatnya. "Gereget gue, dari tadi sampe sekarang tuh cewe tetep kek patung." Ucapnya sembari menggertakan giginya gemas.
Sharen mengunyah apel yang dia kupas untuk Althea. "Nungging di mukanya aja, Ze. Terus Lo kentut. Siapa tau mempan." Ucapnya sembari tersenyum menyebalkan dan menarik turunkan alisnya.
Zea tersenyum mengerikan, gak itu membuat Prischa yang sedari tadi mengawasi bersiap akan kejadian-kejadian yang akan terjadi.
"Ide bagus!" Serunya.
Siaga satu!
Prischa mendengus. "Gausah aneh-aneh!" Tegurnya yang di anggap angin lalu oleh Zea dan Sharen.
Maura yang duduk tenang sedari tadi menoleh pada Althea, bingung ingin mengatakan sesuatu yang mengganjal hatinya. Bagaimana caranya dia mengatakan kalau dia adalah Rana?!.
Aura Maura semakin kuat saja rasanya, tatapannya yang tajam itu mampu membuat 1 ruangan terasa pengap luar biasa, hal itu membuat mereka tidak ada yang berani mengusiknya terkecuali 'DAFFA'.
Ara mencoba memutar otaknya, berfikir keras agar Althea dan Maura dapat kembali seperti semula hingga satu ide terlintas di pikirannya.
"Oh iya, Minggu depan Dies Natalis sekolah yang ke 23 kan? Gak sabar deh gue buat ikut tampil." Ucap Ara semangat.
Ara melirik pada temannya yang lain dengan melas berharap mereka faham dengan situasi sekarang. Cia berdehem pelan lalu tersenyum menanggapi.
Nadya mengangguk menyetujui. "Bener, gue gak sabar ngeliat cowo pada pake baju ala-ala Sugar daddy hott"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)
Teen Fiction[Transmigrasi 2] ON GOING Murni dari saya! Apa bila ada kesamaan dari tokoh, alur cerita bahkan kata itu murni ketidak sengajaan. ____________________ Ini menceritakan dua gadis cantik yang terlempar masuk ke dalam Novel buatan dari Abang salah satu...