Jangan lupa Vote and komen! Aya sangat berterima kasih sama kalian yang enggak jadi silent reader cerita Aya.
Happy reading 🌸
••••••
"Eh, sicupu baru nyampe"
Maura tidak menghiraukan ucapan dari Kiranti yang ada di depannya, ia lebih memilih meneruskan langkahnya melewati manusia kurang kerjaan itu.
Kiranti menggeram marah, dia mengkode Haura untuk menahan Maura agar tidak pergi begitu saja.
"Eeitts, mau kemana?" Haura menghalangi jalan Maura sehingga mau tak mau harus berhenti.
"Minggir!"
Haura tertawa mengejek. "Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?". Maura maju semakin mendekati Haura, entah kenapa tatapan Maura kali ini sangat berbeda dengan saat terakhir kali mereka membullynya.
Tanpa sadar Haura memundurkan langkahnya seiring dengan majunya Maura. "Minggir atau Lo bakal tau akibatnya!" Desis Maura tajam tidak ingin di bantah.
Kiranti melotot pada Haura yang memberikan Maura jalan untuk lewat. "Lo apa-apaan sih!"
"Sorry, Ti. Gue gak kuat sama tatapannya." Ucapnya tidak enak pada sahabatnya.
Maura yang sudah lumayan jauh menyunggingkan senyum miring. Dia bukan Maura yang akan bergetar ketakutan hanya karna cabe-cabean.
Kiranti melanjutkan langkahnya dengan rasa kesal. Dia kesal pada Haura yang malah melepaskan Maura begitu saja. Padahal dia sangat ingin kembali menyiksa gadis culun itu.
Kembali pada Maura, dia berjalan dengan santai menuju kelasnya. Perubahan Maura sangat drastis saat Althea di nyatakan Koma. Dia menjadi sangat menutup diri, bahkan dengan ketiga sahabatnya sendiri.
Maura baru sampai di kelasnya. Hari ini ada ulangan fisika, maka dari itu dia memilih sekolah, andai tidak ada ulangan, Maura lebih memilih berada di rumah sakit untuk menemani Althea.
"Gimana, Ra?" Tanya Cia.
Maura lebih memilih duduk dahulu, setelahnya dia menjawab. "Gue bisa" ucapnya.
Nadya menghela nafas panjang, mereka tau kalau papa Maura sangat terobsesi dengan nilai sempurna, tidak sekali dua kali pipi Maura akan memar saat sekolah setelah ulangan.
"Kalo lu butuh bantuan nanti kodein aja". Maura mengangguk saja, tapi dia tidak akan melakukannya, dia ingin tau. Seperti apa nilai sempurna yang di harapkan papanya.
••••
"Shujae, Luna boleh ikut jenguk Althea ga?" Gadis bernama Luna itu terus membuntuti shujae kemana-mana.
"Ga."
Shujae sangat jengah dengan Luna yang selalu menempelinya, dia risih. Gadis ini sangat menyebalkan, liat saja sekarang. Gadis itu tidak ada henti-hentinya mengikuti Shujae.
"Yah, tapi Luna mau jenguk Althea" ucapnya sedih.
Shujae tidak peduli, dia tetap berjalan menuju kelasnya. Sampai di ambang pintu dia berhenti, mengakibatkan Luna menabrak punggung lebar Shujae.
"Kok kak Shujae berhenti mendadak sih? Kan hidung aku jadi sakit." Protesnya sembari mengelus hidungnya.
Shujae berbalik, netranya menatap tajam Luna, gadis itu jadi merasa ciut di buatnya, tapi Luna tetaplah Luna dia tetap menekan rasa takutnya dengan menampilkan senyum manis pada Shujae.
"Luna boleh jenguk Althea?" Tanyanya lagi.
Shujae semakin menajamkan tatapannya. "Ga!" Jawabnya dengan nada rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)
Teen Fiction[Transmigrasi 2] ON GOING Murni dari saya! Apa bila ada kesamaan dari tokoh, alur cerita bahkan kata itu murni ketidak sengajaan. ____________________ Ini menceritakan dua gadis cantik yang terlempar masuk ke dalam Novel buatan dari Abang salah satu...