3. Maaf ya Alena

49 7 1
                                    

Kaki putih itu mulai menurunkan kakinya dari kursi roda yang selama ini menjadi penopangnya. Alena berusaha agar tidak selalu dengan kursi roda, apakah ia selemah itu? Tidak. Itu pilihan Arka.

Alena menunggu kehadiran Arka yang tak kunjung datang.

Bi Darmi melihat dari kejauhan proses penyembuhan Alena terbilang cukup membaik dari sebelumnya. Bi Darmi memotret Alena untuk ia kirimkan kepada Arka.

Sakit, itu yang Alena rasakan saat tiba-tiba ia mulai berjalan tegap mungkin itu karena efek ia sering duduk dikursi roda. Selama Alena mengidap penyakit gagal ginjal Arka memintanya untuk sekolah homeschooling supaya lebih aman awalnya Alena menolak tetapi karena dorongan Arka ia mau untuk mengikuti homeschooling.

"Abangggg" teriak Alena dari dalam. Ia melihat Arka yang letih memasuki ruang tamu dengan menggendong anak kucing yang sangat lucu itu.

Arka yang melihat Alena berusaha untuk berdiri dan bangkit,wajah yang terlihat letih lesuh itu kini mengukir senyuman yang selalu ia beri pada Alena.

Alena berlari kecil menuju Arka yang mencopot sepatu. Arka khawatir dengan Alena ia berteriak agar Alena pelan-pelan dan tak terburu-buru.

Ia tak melihat jika didepannya lantai licin yang masih belum kering sepenuhnya. Alena melaju saja dan tak terjadi apa-apa tetapi pada saat lantai depan sofa ia terkejut dan terjatuh saat kucing kecil yang Arka bawa mengagetkannya.

Dug

"ALENAAA" teriak Arka.

Arka berlari dengan cepat dan segera membantu Alena yang tengah keskitan.

Sang bunda,Jennie, mendengar jeritan dari bawah dan segera turun untuk melihat kejadian apa yang sedang terjadi.

"ALENAA" teriak Jennie.

Jennie yang melihat Alena sedang dibopong Arka membuatnya takut.
Arka membantu Alena untuk pergi ke sofa dan segera mengambil minum di dapur.

"Astaga Alena kamu tidak apa?" Tanya Jennie yang khawatir.

"Tak apa bunda.. tapi lumayan sakit sebelah sini" Alena menunjukkan bagian yang sakit menurutnya.

"Yaampun kok bisa, siapa yang membuat kamu begini"

"Tadi ada kucing lewat bund jadi jatuh deh" jawabnya dengan nada yang menahan sakit agar sang Bunda tak terlalu khawatir untuk nya.

Arka kembali dengan membawa segelas minum air dan segera memberikannya kepada Alena.

"Arka,kenapa Alena bisa terjatuh?"
Tanya Jennie.

"Maaf bund"

"Kok minta maaf?"

"Tadi Arka bawa kucing dan kucingnya ngagetin Alena" jawab Arka. Alena hanya terdiam tak berkutik saat mendengar penjelas sang Abang. Jika ia angkat bicara pasti Arka akan kena marah.

"Kamu harus istirahat,tadi kan habis cuci darah Alena" tegas Jennie.

"Baiklah bund"

"Ada apa ini ribut-ribut" Johny datang menanyakan apa yang sedang terjadi.

Alena terkejut saat suara besar itu menggema.

"Tidak ada apa-apa ayah" jawab Arka.

"Ini kenapa anak penyakitan ada dihadapan saya?" Ujar Johny.

"JOHNY!" Teriak Jennie yang tak terima bila Alena dihina seperti itu.

"Memang benar kenyataannya bukan?" Faktanya Alena penyakitan sudah umur 14 tahun yang lalu.

"Johny diam kamu hina anak kamu sendiri dengan menyebutnya anak penyakitan?"

"Anak sendiri? Halu kali" jawabnya langsung pergi ke kamar.

Alena hanya tertunduk dan menahan tangisannya dengan sangat kuat agar tak jatuh begitu saja. Jennie mengubah posisinya yang semula berdiri dan sekarang berlutut menyamakan dengan Alena. Jennie mengusap rambut Alena yang lembut itu dan berucap "jangan dengerin ayah kamu ya nak.. ayah sayang sama kamu" tak ada jawaban selain anggukan.

Jennie menyuruh Arka untuk membawa Alena ke kamar dan beristirahat. Arka mendudukkan Alena disamping ranjang dan menenangkannya dalam dekapan hangat itu.

Pintu balkon yang terbuka lebar dengan cepat Arka menutupnya. Alena yang melihat itu menolak untuk ditutup pintu balkon yang mengarah ke hutan.

"Abang jangan tutup ya"

"Ga bisa kamu ntar sakit Alena!"

"Jangan ya Abang Alena mau lihat suasana hutan kalau malam"

"Takut serem ada hantu ga baik!"

"Ih abanggg" Alena menunjukkan sikap yang tak bisa ditolak oleh Arka.

"Ish yaodah yaudah"

"Abang.."panggil lirih Alena.

"Hm?"

"Apa sebenarnya Alena bukan anak ayah Johny ya?" Tanya absurd Alena yang dibantah oleh Arka.

"GAK"

"Sifat ayah beda sama temen-temen Alena"

"Emang punya temen?"

"Tidak"jawaban Alena membuat Arka tertawa kecut.

"Padahal cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayah, tetapi kok Alena tidak merasakan cinta dan kasih sayang seorang ayah ya bang?" Pernyataan Alena.

"Alena.. dulu Abang kan udah janji, Abang akan jadi ayah sekaligus Abang buat Alena.. jadi cinta pertama Alena ya Abang" Arka meyakinkan Alena untuk mempercayai janji nya itu.

"Alena kalau denger kata-kata yang buruk keluar dari mulut ayah jangan ditanggepin ya sayang?" Sambungnya.

"Iya"

"Sekarang tidur ya Abang mau ngerjain pr"

"Lah bukannya abang tadi chat Alena kerja kelompok ya? Pasti kan udah buat pr!"

"Em a- anu a- anu banyak pr Alena jadi nggak cukup untuk satu waktu" Arka gugup saat menjawab pertanyaan Alena.

"Tapi Alena mau nya bobo sama Abang!"

"Yaudah sini" Arka menepuk-nepuk dadanya agar Alena tidur dalam dekapannya.

15 menit berlalu, Arka mengira Alena sudah tertidur ternyata Alena belum juga tidur.

"Abang.."

"Hm?"

"Hutannya bagus kalau malam ya" Alena menunjuk hutan yang lumayan jauh dari rumah tetapi masih bisa terlihat.

"Bagus"

"Alena mau kesana"

"Kalau mau minta sesuatu itu dipikirkan dulu jangan langsung ucap"

"Emang salah?"

"Hutan itu tempat tidur nya hantu Alena"

"Ha? Masak si bang?"

"Iya Abang ga bohong kok,emang bener biasanya buat tidur hantu dan tempat tinggal mereka" Arka memang tak bohong bukan? Di hutan biasanya para makhluk tak kasat mata tinggal disitu.

"Ga jadi deh serem"

"Haha" Arka tertawa dengan suara deep voice nya.

"Oh ya besok Abang ada pentas nyanyi"

"Abang nyanyi?"

"Iya"

"Lagu apa?"

"Emmm ada deh ntar Abang suruh Atuy video call sama kamu"

"Baiklah"

Tak ada percakapan apapun mereka tertidur pulas dengan balkon yang terbuka lebar, angin semilir masuk dan menghembuskan nya pada mereka.

4U [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang