Xiaojun yang baru saja kembali ke apartemen selepas berbelanja di toserba terdekat langsung meletakkan kresek plastik berisi belanjaan yang ia bawa ke atas meja, lantas pandangan Xiaojun menyapu ke sekeliling apartemennya.
Sepi dan sunyi. Xiaojun telah melakukan berbagai aktivitas untuk menghilangkan rasa jenuhnya, bahkan demi menghilangkan rasa jenuh itu Xiaojun memutuskan pergi ke luar apartemen dan berbelanja bahan makanan di toserba terdekat padahal bahan-bahan makanan yang ada di dapur masih sangat banyak dan utuh. Namun nyatanya Xiaojun tetap merasa jenuh setelah pergi berbelanja.
Selepas meletakkan belanjaan itu di dapur Xiaojun pun beranjak menuju ruang tengah, merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di depan televisi.
"Berasa gue tinggal sendirian di bumi." Gumam Xiaojun.
Merasakan getaran panjang dari ponsel pintar miliknya membuat Xiaojun bangkit dari posisi rebahannya untuk meraih ponsel pintar yang ia kantongi di celana training hitam yang ia kenakan.
Panggilan dari Tuan Xiao.
"Ya, Ayah?" Sahut Xiaojun begitu panggilan suara tersebut berhasil terhubung.
"Xiaojun, kamu harus pulang ke rumah."
"Xiaojun nggak mau pulang." Tanpa pikir panjang Xiaojun langsung menolak perintah tersebut.
Xiaojun dan Tuan Xiao memiliki hubungan yang kurang baik dan karena itu keduanya jarang sekali berbincang jika tidak menyangkut hal penting dan tentang urusan perusahaan, sebenarnya tidak ada masalah serius yang terjadi hingga membuat hubungan keduanya renggang, hanya saja sejak dulu Tuan Xiao selalu sibuk dengan pekerjaannya sedangkan Xiaojun adalah pribadi yang tertutup dan selalu pilih-pilih jika ingin dekat dengan orang lain.
"Ayah dapet kabar dari Dokter Qian kalo Leukemia kamu sekarang makin parah dan masuk stadium 4."
"Kamu harus dirawat inap di Rumah Sakit sesegera mungkin, Xiaojun."
Meski Xiaojun tidak melihat jelas wajah Tuan Xiao, tapi ia langsung bisa tahu kalau beliau memang sedang cemas lewat nada bicaranya. "Itu nggak perlu, buktinya sekarang Xiaojun masih hidup." Balas Xiaojun dengan tenang.
"Ayah khawatir banget sama kesehatan kamu, Xiaojun. Kamu itu pewaris tunggal dan kamu harus sembuh total buat bisa jadi pemimpin selanjutnya di perusahaan milik keluarga kita."
Ucapan Tuan Xiao barusan membuat Xiaojun terdiam sejenak untuk berpikir, apakah Tuan Xiao memang benar mempedulikan kondisi dirinya atau beliau hanya mempedulikan masa depan perusahaan milik keluarga Xiao? Karena di saat kondisi kesehatan Xiaojun yang sedang tidak baik-baik saja, Tuan Xiao justru masih memikirkan nasib perusahaan dan bukan lebih mengutamakan kesehatan sang putra tunggal.
"Ayah nggak perlu khawatir sama Xiaojun, yang harus Ayah khawatirin itu cuman perusahaan milik keluarga kita karena Xiaojun nggak mau jadi pemimpin selanjutnya gantiin Ayah. Ayah harus cari orang lain buat dijadiin pemimpin perusahaan selanjutnya dan bukan nunggu Xiaojun." Ujar Xiaojun.
"Xiao Dejun!"
Xiaojun sadar kalau ia adalah anak tunggal dan menggantikan posisi Tuan Xiao di perusahaan memang sudah menjadi tanggung jawabnya, namun dunia yang digemari oleh Xiaojun berlawanan dengan dunia yang digeluti oleh sang ayah. Xiaojun tidak suka dunia bisnis.
"Sejak awal Xiaojun udah konsisten sama keputusan Xiaojun, Xiaojun nggak mau jadi pemimpin perusahaan gantiin Ayah." Tegas Xiaojun.
"Xiaojun cuman pingin kehidupan normal." Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Times : Xiaoting Xiaojun ✓
Fiksi PenggemarSejak Xiaojun mengidap penyakit Leukemia, ia merasa bahwa dirinya tidak lah istimewa yang harus memiliki seseorang yang sayang padanya dan juga seseorang yang ia sayangi karena pada akhirnya Leukemia akan tetap merampas semua itu dari Xiaojun pada w...