CHAPTER 10

280 8 0
                                        

Lydia menghubungi pengacara kho membuat janji untuk bertemu kakeknya. Pengacara kho mengatakan bahwa kakeknya ada janji dengan beberapa pejabat, dan akan berada di menteng sampai jam 2 siang. Lydia meminta tolong untuk menyelipkannya di jadwal kakeknya, pengacara kho tidak bisa berjanji tapi dia menyuruh Lydia untuk datang saja. Toni menyesap kopinya dan melihat wajah Lydia yang tampak khawatir setelah menutup telponnya.

"are you alright?" tanyanya

"ya, its okay. Papa menyuruhku menemui kakek dan meminta maaf"

"kamu mau aku temani?" toni menawarkan diri , Lydia tersenyum dan menggelangkan kepalanya

"that was not good idea, after all we do in his garage" merekapun tersenyum dan menikmati waktu sarapan mereka bersama

Lydia akhirnya setuju dengan toni yang bersikeras ingin mengantarkannya ke menteng. Mobil mereka sampai di dekat masjid sultan agung, setelah memasuki belokan, merekapun sampai si sebuah rumah besar bewarna putih berpagar hitam tinggi. Mobil toni berhenti di depan pagar,membunyikan klakson dan seorang security keluar. Lydia membuka jendelanya dan security itu megenalinya

"siang non" sapanya dan langsung membukakan pintu.

"pak kho ada di mana?" Tanya Lydia begitu turun dari mobil

"semuanya di lantai 2 non, lagi pada meeting." Lydia melirik sebuah mobil dinas dengan plat khusus, beberapa driver berseragam safari berdiri di ruang tunggu driver. security tersebut mengarahkan mobil toni ke ruang driver, Lydia tertawa dan memanggil security tersebut

"no no no pak, dia langsung balik kok." Security itu mengangguk. Lydia menghampiri mobil toni dan mengetuk kaca pengemudi, ia tertawa begitu melihat wajah toni yang membuatnya bingung

"tega sekali security itu mengira pacarku yang tampan ini supir." Lydia mengelus pipi toni, toni menengok ke belakang dan mendengus melihat security itu. Lydia berpamitan dan mengecup toni sebelum mobilnya keluar melalui pintu belakang.

Lydia masuk ke dalam rumah, di sambut dengan pohon natal besar yang mejulang tinggi, pohon natal itu di pajang karena Lydia & Stephanie menyukai pohon natal. kakeknya membuat itu untuk cucunya, dahulu setiap tahun ia dan adiknya akan menggantungkan pita yang berisi keinginan mereka di pohon itu, dan pita-pita itupun masih ada terpajang rapih tanpa debu sedikitpun. Lydia melihat salah satu pita miliknya

"semoga tahun depan aku dapat pergi ke Disneyland kembali"

sebuah harapan ketika Lydia berumur 10 tahun. Lydia menarik nafas dan tersenyum lalu berjalan menaiki tangga melingkar di sisi kiri pohon natal menuju lantai 2. Lidya melihat sebuah ruangan yang di depannya di jaga oleh beberapa pengawal berbadan besar berpakaian batik. Pengawal itu melihat Lydia dan hendak menghampirinya tapi setelah 3 langkah ia berhenti dan mendengar sebuah suara di earphonenya, ia melihat ke arah lydia,mengangguk ramah lalu ia kembali ke tempatnya semula berdiri.

Lydia berjalan menuju tangga ke lantai 3, memasuki sebuah ruangan favoritnya, perpusatakaan kakeknya. Di mana terdapat semua buku-buku tentang anatomi manusia & kedokteran dari seluruh dunia dengan berbagai bahasa. Dahulu lydia gemar berada di ruangan ini. ia duduk di bangku kerja kakeknya, melihat sebuah pigura foto diriya dan adiknya bersama kakeknya di Disneyland ketika mereka berumur 10 tahun. Lydia tersenyum lalu memotret pigura tersebut dengan ponselnya lalu mengirimkannya ke stephanie.Tak berapa lama pengacara kho datang bersama seorang ART membawakan teh untuk mereka.

"sudah lama kamu datang?" Tanya pengacara kho, ia duduk di sebrang meja Lydia, dan memberikan secangkir teh untuknya lalu mengambil untuk dirinya sendiri.

"aku baru sampai suk (*) apakan rapatnya masih lama?"

"sepertinya tidak,tapi kakekmu tidak dalam mood yang bagus, jangan mengungkit hal 'tersebut'."

THE SUNFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang