Part 45

1.3K 81 15
                                    

Menuruni satu persatu anak tangga luna menyampirkan ranselnya di bahu. Gadis itu, sudah siap dengan seragam kebanggaan SMA venus, 2 hari lagi ujian kenaikan kelas selesai dan ia tidak sabar dengan segala kejutannya.

"Iya, sabar anjir gue laper mau makan dulu"

"Cepet woy soal makan entar gue traktir deh, takut kesiangan nihh!"

"Ogah lo kan pelit, lagian nih ya ini masih jam 6. Terus tumben-tumbenan lo mau berangkat pagi lan" Cibir nya, sambil memutar bola mata malasnya menatap ke setiap ruangan mencari revan maupun aron.

"Y-yy ada deh lo gak perlu tau, udah ah byee!"

Tut!

Telpon di matikan secara sepihak oleh dylan, ya laki-laki itu entahlah tidak biasanya dia minta di jemput seperti ini apalagi harus berangkat pagi-pagi sekali.

"Aneh!" Gumam luna. Menyimpan ponselnya di saku seragam nya.

"Kenapa?"

"Astaghfirullah, bocah edan! Ngagetin aja lo" Kesalnya memukul belakang kepala revan sampai laki-laki itu meringis kesakitan.

"Kasar banget sih lo!"

Luna menye-menye membuat revan mendengus kesal tak segan laki-laki itu menarik bibir Luna sampai monyong.

"Udah ah gue mau berangkat"

Revan mengernyitkan dahinya. "Tumben, biasanya juga lo dateng ke sekolah pas ujian udah mau mulai"

"Si dylan minta jemput, terus kudu berangkat pagi-pagi" Balas luna, tangannya mengambil satu lembar roti dan mengoleskan sebuah selai coklat tak lupa gadis itu meminum susu coklat kesukaannya.

"Dad luna berangkat dulu"

"Nanti pulangnya jangan terlambat ya!"ucap aron membuat kening luna dan revan kompak mengernyit.

"Loh kenapa, emang mau ada acara ya?"kata luna sambil menatap aron yang tengah sibuk dengan ponselnya.

" Udah nurut aja"

"Iya dad"

*****

Mobil lamborghini putih milik luna melesat dengan cepat menuju sma venus dengan dylan yang berada di sebelahnya seperti tengah menahan gugup, apalagi pria yang menganggap dirinya seperti saudara itu terus berkeringat tanpa henti sebenarnya ada apa? AC di dalam mobilnya terus menyala di tambah jendela tepat di sebelah dylan sedikit terbuka.

Ia terus memperhatikan dylan lewat spion kecil, meskipun beberapa kali ia harus tetap fokus pada jalan yang cukup senggang seperti ini karena banyak anak kecil maupun ibu-ibu selalu menyebrang tanpa melihat kanan kiri.

"Lan, lo kenapa sih?"

"H-hah? Gue kenapa?"

Luna memutar bola matanya cukup malas ia curiga pada pemuda itu ada sesuatu yang dia sembunyikan darinya tapi apa?

"Lo gerah apa, lagi nahan boker nyet?"tanya luna greget.

" Matamu boker!"

"Lo kenapa sih anjir kesel gue liat muka burik lo yang makin burik aja" Ketus luna pandangan nya tetap fokus ke depan tapi bibir mungil itu tetap saja mendumel.

"Gue sebenernya...,"

"Sebenernya apa?!"

"Guesebenernyasukasamasiaya" Ucap dylan cepat dan tidak jelas tapi tetap saja luna paham apa yang di maksud pemuda itu.

Gadis itu mengerem mendadak laju mobilnya, membuat kepala dylan terhantam dashboard mobil. Pipi putih dan bersihnya merah merona, luna syok? Tentu saja! Bagaimana tidak dylan dan ayana itu seperti tom and jerry yang selalu bertengkar dimana pun dan kapan pun jika mereka bertemu, tapi dylan? bagaimana bisa pemuda itu menaruh perasaan lebih dari sekedar teman pada gadis yang merupakan sahabatnya?

Luna masih loading sambil menatap dylan yang memalingkan wajahnya ke samping, sepertinya pemuda itu masih belum bisa menatap luna apalagi pipinya tambah merah sampai menjalar ke telinganya.

"Lan lo serius? G-gimana bisa" Tanya luna, di balas dengan dylan berupa anggukan singkat.

"Liat gue anjir, masa iya tuh emak-emak lebih cakep dari gue!"

Dengan kesal gadis itu membalikkan badan dylan walaupun agak kesulitan karena tenaganya tidak sekuat yang kalian bayangkan.

Pipinya kembali bersemu merah ketika berhadapan dengan luna. Dylan malu! Ia sangat lah malu! Sejujurnya ia tidak ingin mengaku tapi bagaimana lagi? Ia juga tidak mau menyembunyikan fakta bahwa dirinya jatuh cinta pada ayana gadis bar-bar dan petakilan itu.

"Sejak kapan lo suka sama dia?" Ucap luna nadanya seperti tengah menahan tawa, dylan kesal tapi ya sudah ia biarkan saja gadis itu tertawa senang meledek dirinya.

"Gue gak tau, yang jelas perasaan gue ke dia tiba-tiba muncul gitu aja" Jelas dylan mengangkat bahunya menatap ke arah luar jendela agar tidak bertatap langsung dengan iris coklat milik luna.

"Terus lo mau gimana-in perasaan lo?"

"Gue gak tau"

Di dalam mobil hanya hening, namun suara luna memecah keheningan tersebut yang membuat dylan melotot tak percaya. "Lo tembak aja ayana, soal di terima apa enggaknya belakangan. Kalo lo gak gini siapa tau ada orang yang lebih dulu suka sama si aya terus di tembak deh"

"T-tapi..,"

"Sutt, diem ntar gue bantu lo tenang aja" Potong luna kembali menyalakan mesin mobil setelah melihat jam yang melilit di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 06.50.


ALUNA (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang