Vote.
Perlahan luna mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam netranya. iris mata coklat yang biasanya ada keceriaan kini hanya kekosongan itu tengah menelisik setiap ruangan asing bagi dirinya. Bagaimana tidak?ia sedang berada di ruangan bercat abu dengan barang-barang mewah di dalamnya, tapi ini bukan kamarnya ruangan ini 2 kali lipat luas dari kamarnya.
Tangannya merayap ke kepalanya yang sudah beberapa kali dibaluti dengan perban. Untung saja bekas lukanya gampang dihilangkan jika tidak sudah dipastikan kening luna akan banyak bekas luka karena perbuatan darwin dan fiona.
"Gue dimana?" Monolognya pelan seraya memegang kepalanya.
"Ternyata kamu sudah bangun" Ucap seorang pria paruh baya yang terlihat tampan dengan senyum tipisnya, sembari mengelus surai panjang luna. Membuat gadis itu mengerutkan dahinya bingung.
"Maaf tuan siapa?dan dimana saya?"
Pria tadi hanya tersenyum tipis, kemudian keluar dari ruangan asing meninggalkan luna yang penasaran menunggu jawaban.
"Ih ini dimana sih?!tuh orang juga siapa sih bukannya jawab malah ninggalin, bikin penasaran aja!" Gerutu luna sebal.
Gadis itu mencebikkan bibirnya kesal hingga terlihat imut di mata pria tadi yang masih ada diluar mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit.
"Permisi tuan, saya mau mengantarkan obat dan makanan untuk nona"
Pria itu hanya mengangguk sebagai jawaban kemudian berlalu dari sana meninggalkan maid yang masih berdiri di depan pintu sembari membawa nampan berisi makanan dan obat-obatan untuk luna.
Tok tok tok
"Permisi non"
"Masuk"
"Ini non bibi bawa makanan sama obat dimakan ya bibi mau keluar dulu"
"Oh iya makasih, tunggu dulu bi, bibi siapa ya dan sekarang saya dimana?" Tanya luna namun, maid tadi langsung berlalu dari sana membuat luna semakin mengacak rambut nya frustasi karena tidak mendapat jawaban lagi.
"Argh udahlah!"
Luna menyibak selimut dengan kasar. Tatapan nya memandang ke arah jendela besar mulai menyantap bubur tadi, tak lupa meminum obatnya.
*****
Hoam
Luna menguap, menyibak selimutnya dan berjalan keluar masih mengenakan piyama yang di berikan pria kemarin.
Pemandangan yang ia lihat dari atas adalah pria kemarin, sedang duduk sendiri tanpa ada yang menemani di sofa keluarga sembari menyeruput secangkir kopi panasnya. Luna turun ke bawah menghampiri pria itu yang masih belum sadar jika Luna sudah ada di sebelahnya.
Luna menepuk pundak pria itu pelan. "Om!"
"Eh kamu udah bangun? "
"Duduk sini" Lanjutnya seraya tersenyum menepuk sofa sebelahnya
"Maaf om saya kesini cuman mau tanya bukan mau duduk" Ucap luna sambil tersenyum ramah.
"Duduk dulu sini"
"Nggak saya mau tanya bukan mau duduk!"
"Duduk dulu!"
Luna masih berusaha tersenyum ramah walau dalam hatinya dongkol pada pria itu, dan sekarang kesabarannya sudah mulai habis. "Om udah deh gak usah godain saya!om gak takut apa anak sama istri om marah, ntar kalo saya di sangka pelakor gimana?!" Seru luna kesal.
Pria itu hanya tersenyum menatap wajah cantik luna yang merah karena menahan amarah.
"Istri saya udah gak ada" Ucapnya tenang menatap ke depan.
Luna terperanjat kaget menatap pria itu dengan rasa bersalahnya, sudah lancang membahas keluarga pria itu.
"Om saya minta maaf, saya gak tau"
Ia mengangguk menatap luna sembari tersenyum hangat. Seketika pandangan luna jatuh pada manik teduh pria paruh baya tadi. Tapi tunggu sepertinya ia kenal siapa pemilik manik teduh itu, luna mengetukkan jarinya di dagu seperti orang sedang berpikir. Dan ya ia kenal siapa dia, ternyata pria itu yang beberapa minggu ini mengawasinya.
"Om orang yang beberapa minggu ini ngawasin saya kan?!"
"Iya itu saya" Bola mata luna membulat tak percaya. Sebenarnya siapa lelaki di hadapannya, dan untuk apa ia mengawasi dirinya.
"Om serius?! Kenapa om ngawasin saya!" Tuding luna duduk di sebelahnya.
"Ya karena saya itu daddy kamu"
Luna terperangah kagetnya menjadi 2 kali lipat saat mendengar pengakuan orang yang tidak ia kenal. "Om jangan ngada-ngada ya, saya tau kalo saya itu bukan anak kandung ayah saya tapi bisa gak om jangan bercanda!"
"Saya serius"ucapnya
"T-tapi apa buktinya?!"
"Tanda lahir di tengkuk kepalamu" Ujarnya kelewat santai menyeruput kopi yang hampir dingin karena sudah lama didiamkan.
"Pasti om udah liat jadi tau deh kalo saya punya tanda lahir" Gadis itu berusaha menyembunyikan wajah kagetnya meski dalam hati dadanya berdegup sangat kencang seperti sedang marathon.
"Akta kelahiran, fotomu ketika masih bayi, foto saat penyerahan dirimu pada darwin dan fiona, dan masih banyak lagi"
Tbc.
Garing? Iya tau
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA (Hiatus)
FantasíaGak suka skip aja oke [Dimohon follow terlebih dahulu jika ingin membaca terima kasih] Aluna Felicia Zamora gadis cantik,periang, humoris namun agak jutek jika mood nya tidak baik-baik saja.gadis itu berakhlak minus petakilan dan bar-bar.setiap hari...