Part 40

1.6K 99 1
                                    

Vote.

Deburan ombak, diiringi angin sepoi-sepoi yang berhembus sejuk menerpa wajah cantiknya membuat luna semakin tenang dengan suasana pagi ini apalagi duduk di pasir putih sembari di suguhi pemandangan sunrise indah yang memanjakan matanya. Ia tidak hanya sendiri melainkan bersama sahabat-sahabatnya.

Ah ia sangat menyesal tadi subuh marah-marah pada mereka karena datang terlalu pagi!

Luna menggambar abstrak di pasir sembari menatap ayana dan dylan yang tengah berlarian di tepi pantai sambil memperebutkan mainan cetakan pasir. Huh seperti anak kecil saja!

Perutnya keroncongan, memang ia tadi belum makan apapun karena dylan dan ayana sangat antusias untuk melihat pemandangan sunrise.

Ia berjalan menuju penjual kaki lima meninggalkan sahabat-sahabatnya yang sedang bermain air di tepian.

"Bang baksonya satu ya!"

"Siap, duduk dulu neng" Mang bakso memberikan bangku plastik pada luna dan gadis itu langsung duduk begitu saja setelah menemukan tempat rata.

Ia menatap jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Ternyata masih pukul 08.00 pagi, hah sangat membosankan!

Tak lama bakso pesanannya selesai, ia makan begitu lahap sehingga tidak perlu duduk lama-lama disini.

"Berapa bang?"

"Sepuluh ribu neng"

Luna mengambil uang dua puluh ribu di dalam saku kemeja dan menyodorkan nya.

"Kembalian nya ambil aja bang" Ucap luna lalu pergi setelah mengucapkan terimakasih.

*****

Menikmati angin sepoi-sepoi luna berjalan berkeliling di tepi pantai dengan baju basah yang melekat di tubuhnya. Ia sudah puas bermain air dan saat ia menikmati suasana yang menjelang sore ini, dan ia sudah berjanji bahwa akan menghabiskan waktu seharian bersama mereka walaupun ada rasa sedikit malas.

Mereka memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai gelap.

"Ayok balik, besok kan kita ujian terus harus nyiapin keperluannya" Ujar keana di angguki mereka.

Setelah berganti pakaian mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Mobil mewah milik milka melaju dengan cepat, luna duduk di dekat kemudi samping milka. Sementara keempat lelaki itu satu mobil menggunakan mobil milik sagara.

Setelah sampai luna langsung merebahkan tubuhnya di atas, karena hari ini begitu lelah apalagi besok ada ujian kenaikan kelas jadi ia harus beristirahat dengan total.

"Kapan ya gue jujur sama mereka kalo gue itu bukan pemilik tubuh ini, huh sabar lun abis ujian juga tuh masalah bakalan kelar dan lo bakal ketemu mami!" Monolog luna menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru dengan hiasan awan putih.

"Gue juga harus jujur sama daddy. Gimana pun juga dia harus tau kalo anak kandungnya udah gak ada beberapa bulan lalu"

"Dan apa dia bakal kembali kalo masalahnya udah selesai, terus gue gimana? Dan gue gak mau itu terjadi" Ujar luna lalu bangun dari duduknya dan menatap pantulan dirinya di cermin dengan sendu.

"Gue tau gue emang egois tapi gimana pun juga gue yang udah nyelesain masalah dia! Dan dia sendiri yang nyerahin tubuh ini ke gue!" Teriak luna menggema di kamarnya sambil mengacak rambutnya frustasi.

Semenjak mimpi itu... Ah sudahlah!


Tbc.

ALUNA (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang