°°°°
"Kepo!" Ia mengikuti langkah kecilku dan menyejajarkan langkahnya, mengikutiku menaiki eskalator menuju toko buku yang menjadi tujuanku.
"Btw, motor lo mana? Jangan-jangan lo lupa bawa motor dan cuman bawa helm doang ke sekolah!" tuturku menyatakan spekulasi yang ngawur tapi mungkin saja terjadi pada makhluk langka yang ada di sampingku.
"Bisa jadi," ujarnya.
"Sudah kudugong."
Nah kan, dahlah, no komen. Aku meliriknya sekilas dengan wajah datar lalu menghela nafas pasrah.
Kami menaiki eskalator dan berdiri sejajar di atasnya, eskalator ini mengantar kami menuju sebuah toko yang menjadi tujuanku. Sebuah toko dengan barisan buku yang terpampang di dalamnya, nampak jelas bahwa toko ini adalah sebuah toko buku.
Terlihat dari luar susunan buku yang berjejer rapi. Aku selalu terkesan dengan susunan buku dengan berbagai warna yang berbeda dan berbagai jenisnya yang berbeda. Terutama bau khas kertas dari buku yang belum terjamah oleh tangan, itu selalu menjadi favoritku.
Aku memperhatikan setiap rak buku yang telah terkolektif sesuai jenisnya. Toko ini terlalu besar, sehingga aku kesulitan untuk menemukan buku yang kucari.
"Jan, lo tau letak buku buat anak SMP ga?"
"...."
"Jan?"
Aku berbalik memeriksa keberadaan Janu yang kukira berada di belakangku.
"Eh, buset!"
Aku memutar bola mata melihatnya yang tengah sibuk menggoda seorang pelayan kasir, dan sepertinya ia berhasil menggodanya. Perempuan itu terlihat salah tingkah karena rayuan buaya yang Ojan lontarkan.
Aku kembali mencari buku yang harus kubeli, meneliti setiap jajaran rak yang dipenuhi buku.
"Anjj-!" ucapku kontan.
Ketika hendak berbelok aku dikejutkan oleh penampakkan kepala yang tiba-tiba muncul di ujung barisan rak.
Ya ..., sepertinya kalian tau siapa yang berulah.Siapa lagi kalau bukan Ojan.
"Hiii, nyebelin!" Aku hendak memukulnya dengan buku setebal 7 centimeter. Namun urung, karena khawatir buku ini akan rusak.
Kalo rusak harus ganti.
Tapi aku punya ide lain, aku punya rencana untuk mendepaknya dari populasi penduduk bumi. Gampangnya nge- kick dia keluar angkasa. Sayang oksigen, kalo dibiarin nafas di bumi.
Beruntungnya tak lama aku bisa menemukan buku yang kucari. Aku mengambilnya dari jajaran buku yang berjenis serupa.
Aku menilik harga yang terpampang pada label buku tersebut. Bukankah Adisti bilang harganya 150 ribu? Tapi ini jauh lebih mahal, karena ternyata buku itu harus kubeli satu paket, terdapat beberapa buku di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORDINARY
FanfictionSeorang siswi biasa, dengan hari biasa, di Minggu biasa, pada bulan biasa, dan tentunya juga tahun biasa. Yaah ... sebiasa itulah. Seperti angin lalu, melintas kemudian berlalu. tak menarik. Itulah pandangan orang yang datang kemudian berlalu da...