08. Dream

121 76 235
                                    

Mereka memendam semuanya, mungkin sampai mereka mati.

Mereka membangun rumah di dalam hati mereka, dan tak pernah meninggalkannya.

Bahkan saat mereka kesepian mereka tidak mengakuinya, mereka lebih senang merenungkan kesepiannya.

°°°°

"Bu!" seruku sambil memasuki kedai.

"Ya! Mau kemana kamu?" tanyanya menyelidik.

"Aku pergi dulu sebentar Bu! Oh, Ibu inget Radith temen SMP ku?" tanyaku.

"Ah, iya. Kenapa?"

"Ini ada Radith, ternyata kita satu sekolah lagi," jelasku.

"Loh, Radith yang bikin kamu nangis gara-gara dia pergi ke China? Sekarang dia balik lagi?" tanyanya tanpa berfikir panjang.

"Iiih ibuu," ujarku merengek karena merasa malu.

"Iya bu," ujar Radith yang menyusul masuk ke dalam kedai.

"Ibu apa kabar? Sehat?" tanyanya sambil menyalami ibu.

"Iya, sehat Nak,"

"Bu, saya izin mau keluar sebentar sama Usnisha boleh?" kata Radith.

"Oh, iya silakan."

"Ya udah Bu, kita berangkat ya! Gak akan lama kok," ujarku kemudian menyalaminya.

"Iya."

°°°°

Mobil yang kami naiki melindungi kami dari tetesan hujan. Tetesan air hujan tak menghalangi setiap orang untuk menjalani aktivitas hari ini. Terlihat dari kesibukkan jalanan di hari Minggu, dan pedagang kaki lima yang memenuhi pinggiran jalan mengharap rezeki yang datang hari ini.

Kami duduk bersisian di kursi belakang, membiarkan supir yang mengendarai mobil.

"Eh, neng Usnisha ya?" tanya pak Maman memecah keheningan.

"Eh, iya pak."

"Loh, pantes kok kayak kenal saya pikir. Saya masih inget waktu nak Radith pergi ke China, neng Usnisha selalu main ke rumah kan?"

"A-ah iya pak, hehe," ujarku canggung kemudian memalingkan muka menghindari tatapan tanya Radith yang meminta penjelasan.

"Lukisan yang ada di kamar Nak Radith kan dari Neng Usnisha, sengaja bi Sur simpan disana. Soalnya katanya itu Neng Usnisha buat spesial buat Nak Radith," jelasnya semakin membuatku gelisah.

"Ah,haha." Aku tertawa canggung mendengar ocehannya.

Duh si bapak gak bisa diem aja apa? batinku.

"Cih, padahal dulu kalo di ajak maen gak mau, tau-taunya," gerutunya.

"Iya Nak Radith, Neng Usnisha gak pernah absen buat dateng-"

"Eh, p-pak Maman apa kabar?" tanyaku mencoba mengalihkan topik dan mencairkan suasana.

"Saya mah Alhamdulillah Neng! Neng Usnisha gimana?"

ORDINARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang