13. MUNCRUT

52 30 209
                                    

Mereka anak yang terlihat dewasa, tak pernah mengeluh.

Mereka hanya terbiasa dengan dunia dewasa dan tumbuh dengan ilusi yang mengelilinginya.

Seorang anak yang terlihat dewasa nyatanya, hanyalah anak-anak.

°°°°

"Jadi gimana? Apa temanya?" tanya Mirja memulai diskusi.

"Hmm ... tema ya?"

Menyangkut dengan tema, terlintas satu lagu yang tiba-tiba muncul di kepala. A million dreams dari P!nk, lagu ini bercerita tentang bagaimana seseorang yang berambisi untuk mengubah hidupnya dengan jutaan impian yang ia miliki.

"Gimana kalo lagu a million dream dari P!nk," ujarku menyela di antara keheningan saat semua orang berfikir lagu apa yang akan mereka bawakan.

"Boleh juga!" sahut Raka.

"Iya gue suka lagu itu," kata Mirja menambahkan. "Tapi lo bisa cocokin ketukan musik band sama lagu ini Ka?" tanyanya kepada Raka. Raka menjawabnya dengan anggukan.

"Gue ikut aja!" jawab Kenzie.

"Ikut-ikutan lo! Harus punya pendirian dong!" ujar Farraz dengan sangat menyebalkan. "Gue sih lagu e milyen drim!"

"Itu sama aja, kampret!" ujar Janu merasa gemas dengan tingkah salah satu temannya itu. Sedangkan Kenzie hanya geleng-geleng pasrah.

"Oh, gue ada satu lagu usulan," ujar Fazwan. "Lagu Dreamer dari Axwell, gimana?"

"Asik nih lagunya!" sahut Farraz.
Lagu yang bagus, kami mengangguk bersamaan.

"Ok, ya udah yok mulai!" ajak Mirja kemudian.

Fazwan mulai memasang alat-alat yang diperlukan untuk latihan, dan Janu memasang kamera untuk mendokumentasikan video latihan. Setiap latihan memang didokumentasikan untuk kaca perbandingan sejak awal latihan hingga akhir latihan nanti. Dan sekali dalam seminggu Janu biasa mengunggahnya di akun sosial media, sebelum di unggah Janu mengeditnya semenarik mungkin untuk menarik penonton.

Raka menjadi mentor yang baik selama latihan. Ia paling berpengalaman dalam dunia musik, seluruh kesalahan dievaluasi di akhir latihan.Aku mendapat banyak pelajaran baru hari ini, dan latihan ini cukup menyenangkan. Karena latihan ini aku bisa melupakan sejenak segala masalah yang tertimbun di kepala, dan dengan bernyanyi aku bisa menghilangkan sedikit stress agar sedikit lebih relax.

"Udah kan latihannya?" tanyaku. "Gue langsung balik ya?"

"Jangan dulu!" ujar Kenzie.

"Kenapa? Mau lanjut latihan?" tanyaku sambil melirik arloji yang terpasang manis di pergelangan tangan. "Udah jam sepuluh lewat loh!"

"Sisihin dulu waktu lo sebentar lagi ya," kata Kenzie sambil tersenyum lembut.

"Mau ngapain?" tanyaku lagi.

"MUNCRUT!" ujar Farraz.

"Hah? Mau ngapain? Muncrut?" tanyaku yang semakin terheran.

Muncrut katanya? Tersirat di dalam kepalaku sesuatu yang berwarna kekuningan dan berbau ...

Ewh ... menjijikkan.

ORDINARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang