Teman
seseorang yang bisa melihat sisi terlemahTeman
Ia bisa menerima apa adanya tanpa perlu melihat atribut.°°°°
Glek
Fazwan menelan ludah untuk kesekian kalinya keringat mulai bercucuran, padahal hari masih pagi matahari belum terasa panas. Pasalnya ia tahu kelakuan tidak biasa yang biasa dilakukan salah satu teman gilanya itu.
"Gini, ikutin kayak gini!" Ia menunjukkan layar handphonenya yang memperlihatkan pose legend seorang Michael Jackson.
Posenya yang meletakkan tangan diatas topi bundarnya dengan pinggang condong ke kanan dan lutut sedikit di tekuk. Sepertinya tidak akan mudah untuk bertahan selama 20 menit dengan pose seperti itu.
Tapi mau tak mau harus dilakukan, terlepas dari rasa malu, mungkin ini akan sedikit... . Ah tidak, mungkin luar biasa pegal.
Fazwan melongo tak percaya dengan apa yang harus ia lakukan. Ia semakin percaya bahwa temannya itu benar-benar tidak waras.
"Lu gila! 20 menit kayak gitu pegel anjir!" ujarnya yang mulai terlihat frustasi.
"Udah, yok bisa yok!" kata Ken tersenyum dengan eye smilenya sambil menepuk pundaknya menyemangati.
Setiap orang mengambil posisi duduk paling nyaman menghadap Fazwan yang telah siap berpose dengan membelakangi danau. Ia dengan berat hati akhirnya menuruti permintaan gila seorang Farraz.
" Gaskeun!" ujar Janu kemudian menekan stop watch dari handphonenya.
Cuaca pagi yang hangat yang di ramaikan oleh kicauan burung yang bersiul menyambut hari yang menyenangkan dan pemandangan danau yang seakan tak pernah bosan untuk selalu di pandang. Suasana menyenangkan ini membuat kami berharap hari seperti ini akan terus hadir kepada kami, berharap waktu berhenti berputar saat itu untuk melupakan rasa khawatir, rasa sakit, rasa lelah, dan segala rasa yang menyesakkan.
10 menit berlalu
Tak terduga semua orang serius melakukan kegiatan ini, kecuali Fazwan yang kesulitan karena sedang sial di perintahkan berpose sebagai Michael Jackson. Semua terdiam tak bersuara kecuali tangan yang menggores kertas putih yang mulai terisi oleh goresan halus dan kasar, goresan lengkung dan lurus. Dan mata yang secara bergantian berpindah fokus dari sosok yang tengah gemetar karena kepegalan kemudian beralih pada kertas putih yang tergores pensil berwarna biru.
15 menit berlalu.
"Woy udh belom?" tanya Fazwan dengan tubuh gemetar menahan keseimbangan.
"Tahan 5 menit lagi," jawab Mirja merasa sedikit iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORDINARY
FanfictionSeorang siswi biasa, dengan hari biasa, di Minggu biasa, pada bulan biasa, dan tentunya juga tahun biasa. Yaah ... sebiasa itulah. Seperti angin lalu, melintas kemudian berlalu. tak menarik. Itulah pandangan orang yang datang kemudian berlalu da...