Chapter 10: Americano and Mocca Latte.
"Kita yang tak berubah meski musim gugur telah tiba."
_______
Seattle, 2012
Daun-daun kering berserakan di trotoar, udara musim gugur yang lembab dengan angin dingin yang mampu membuat kulit ikut menjadi dingin. Derya menginjak daun-daun kering itu sehingga menimbulkan bunyi 'kres' yang berulang kali, sepanjang kakinya melangkah. Dua cup kopi berada di tangannya, kopi dengan varian yang berbeda. Mocca Latte dan Americano. Kedua matanya melirik jam tangan yang ada pada pergelangan tangannya sekilas kemudian mempercepat langkahnya. Ia sudah berjanji akan datang satu jam sebelum rapat di mulai dan ia tak boleh mengingkari itu.
Daun-daun kering tertinggal di sana, trotoar yang kini Derya pijak bersih tanpa daun kering musim gugur karena area trotoar ini berada dalam pusat bisnis dan perekonomian. Banyak gedung pencakar langit yang berjejer agung sehingga petugas kebersihan tak boleh lengah dan harus senantiasa membersihkan trotoar dari daun-daun kering agar kesan elegan terlihat. Ia memasuki pelataran gedung tempatnya bekerja sebagai seorang staf disain di perusahaan rintisan yang bergerak di rana kesehatan dan kebugaran. Dan hari ini ia akan menghadiri rapat pagi, rapat bulanan yang rutin di adakan untuk meningkatkan kinerja para staf disain.
Ia menekan lift dan tak menuju ke lantai lima belas tempat kantornya berada, melainkan lantai dua puluh, tempat Zayn bekerja. Inilah tujuannya datang sepagi ini karena ingin menemui Zayn terlebih dahulu karena kekasihnya itu lembur dan tak pulang. Sebenarnya agak takut menemui Zayn di kantornya karena mereka berbeda perusahaan. Zayn bekerja menjadi seorang technology officer di sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang hiburan. Meski berbeda tapi tetap saja sama-sama perusahaan rintisan.
Rupanya Zayn sudah menunggu kedatangannya dengan berdiri di depan lift dan tersenyum menyambutnya sembari merentangkan kedua lengannya. Derya pun menerima pelukan singkat dari Zayn karena takut kopi yang ia bawah tumpah pada kemeja yang Zayn kenakan. "Aku cuma bisa bawain kamu kopi soalnya aku buru-buru, jadi gak sempat bikin sarapan. Ini aja aku belum sarapan." Ia memberikan kopi Americano itu pada Zayn dan Zayn menerima kopi itu.
"Kamu datang gak bawa apa-apa aja aku udah seneng banget." Kemudian Zayn meminum kopi Americano yang Derya bawakan untuknya.
"Kamu udah bawah baju ganti sama peralatan mandi, kan," tanya Derya pada Zayn dan pria itu mengangguk.
"Yaudah kalo gitu, aku ke kantor dulu ya dan jangan lupa buat sarapan." Sebelum Derya berjalan untuk menekan lift, Zayn meraih tangan Derya dan mengecup kening Derya singkat dan itu membuat Derya menatap Zayn kesal karena malu bila ada yang melihat sedangkan Zayn malah tersenyum menatapnya.
Meskipun orang-orang sekitar tak peduli dengan ciuman yang Zayn berikan padanya, ia tetap saja malu karena menurutnya ciuman tak bisa diberikan di saat berada dalam ruang publik. Itu terlihat menggelikan karena ciuman termasuk hal intim yang pribadi. Pada dasarnya, keintiman tak perlu di umbar di hadapan publik meski tak ada yang peduli dengan itu. Ciuman di tempat umum di Amerika bukanlah hal tabu melainkan biasa namun Derya tak terbiasa akan hal itu.
Derya mencium aroma cologne Zayn pada blazer yang ia kenakan, berpadu dengan aroma parfum yang ia kenakan. Ini membuatnya malu dan geli sendiri karena pikirannya mengingat akan tiga hari yang lalu, dimana ia dan Zayn tak sengaja tertidur bersama di sofa selepas pulang kerja, padahal tadinya tengah menonton acara teve. Ingatan tentang itu pun hilang saat suara lift berdenting, ia pun keluar lift, berjalan memasuki kantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Truth || Zayn Malik [Tamat]
ActionRate Usia 18+ Kematian yang membuka rahasia besar akan masa lalu mereka yang telah tiada, membuka misteri persaudaraan, persahabatan, percintaan dan penghianatan. Semuanya terbungkus rapi dalam file Dark Truth yang sengaja ditinggalkan oleh Zayn dal...