Setiap murid yang berada di labor desain termangu. Mereka sangat kaget akan informasi yang didapat tiba-tiba. Termasuk Jullia, ia berasa ingin marah-marah saat mendengarkan informasi tersebut.
"Untuk UKK desain yang kedua akan dilakukan minggu depan. Pembagian sesi akan disampaikan oleh wali kelas kalian, dan jangan lupakan protokol kesehatan." Ketua jurusan kembali menambahkan ucapannya.
Nana mengangkat tangannya. "Tiba-tiba gini, Bu?"
Kajur mengangguk, kemudian tersenyum layaknya menyayangkan informasi itu. "Sepertinya kalian juga belum terbiasa sama sekolah kita. Ibu juga sangat menyayangkan info yang telat diberitahukan ini. Terkadang hal seperti ini sering dilakukan oleh waka kurikulum, ibu sendiri kesulitan memikirkan bagaimana menyampaikan dan mengatur jadwal ini. Oleh karena itu, untuk UKK yang sulit seperti animasi, videografi, juga web, akan diusahakan diberitahukan dari jauh hari sehingga dapat kalian persiapkan sesuai tema yang akan dibawa."
Jullia mengeluh di dalam hatinya. Meskipun dirinya suka menggambar, tapi ia paling tidak suka ujian desain dengan tema yang sudah ditentukan. Menurutnya itu menyusahkan. Ia jadi harus memikirkan konsep, warna dan komposisi yang sesuai untuk desainnya.
Setelah mengeluarkan rasa sedihnya dalam satu malam, Jullia merasa sedikit lega sejujurnya. Walaupun ia takut akan ditanyai mengapa matanya terlihat sembap.
"Jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, Ibu izin dulu, mau memberitahukan ini ke kelas yang lain."
Ruangan labor tidak terlalu sunyi setelahnya. Beberapa murid mulai sibuk memikirkan tentang UKK desain yang kedua.
Bagi beberapa dari mereka tidak masalah akan desain, mengingat saat di tahun pertama sudah melaksanakan UKK desain dengan tema pandemi yang sedang berlangsung.
"Jul! Lu gimana?"
Jullia yang sejak tadi menidurkan kepalanya di atas meja, menatap Nana dengan sangat terbatas. "Apanya gimana?"
"Itu, komik," balas Nana sedikit berbisik.
"Oohh, kalau ini emang untuk angkatan kelas sebelas, Evan pasti bilang buat libur," jawab Jullia. Ia menegakkan kepalanya, kemudian bersender pada kursi.
"Gak mepet deadline?"
Jullia terdiam sejenak, kemudian menyadari sesuatu. "Apa lu sendiri ga ngerasa aneh, komik aksi bisa update dua kali seminggu padahal komikusnya masih anak sekolahan? Harusnya mepet deadline juga, kan?"
"Ah, iya. Padahal kesibukan sekolah banyak. Belum lagi dia ikut OSIS dan bisa nylesain dua musim dalam setahun. Yang bantuin dia banyak?"
"Bertiga? Kalau ditambah dia berempat. Ada gue, Tora, sama Andi anak jurusan perhotelan. Kan lu udah tau, Na soal ini," jawab Jullia sembari mengeluarkan hp dari kantongnya.
"Pas sebelum lu, emangnya dia ngerjain bertiga doang? Apa masih ga terlalu cepat?" Nana masih tidak mengalihkan pandangannya dari Jullia.
"Evan update setiap senin sama sabtu. Sebelumnya kayaknya ada juga yang bantu dia. Reina mungkin namanya?"
Nana mengerutkan dahinya. "Siapa tu? Kenapa bisa lu kenal atau bahkan nyimpulin kayak gitu?"
Jullia memasukkan kembali hp-nya dan kini membalas tatapan Nana. "Kemarin mereka nyebut nama Reina. Beberapa hari lalu juga, pas gue nanya siapa yang bikin color palette, dia bilang teman, tapi dia langsung marah, waktu tanya siapa namanya. Jadi cuma nyangkut pautin. Terus, selama ini, saat menyelesaikan satu bab, dan melanjutkan bab selanjutnya, semuanya terasa acak, tidak sesuai urutan bab yang seharusnya."
Nana ber-oh ria kemudian menyumpal telinganya dengan handsfree sembari menunggu guru selanjutnya datang.
Sejak pembelajaran tatap muka diberlangsungkan secara per-sesi, semuanya bisa merasakan jika itu tidak produktif sama sekali. Banyak guru-guru yang masih tidak mendatangi kelas, atau bahkan hanya meninggalkan tugas di kelas. Belum lagi, banyaknya informasi yang tertinggal di setiap sesinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Melanjutkan Komik Karena Salah Akun✅
Teen FictionEthan, komikus yang sudah lama hiatus kembali muncul di permukaan sosial media karena kesalahannya me-retweet sebuah postingan gambar penggemar milik artist bernama JULLY. Kesalahannya semakin terasa fatal setelah editor mulai menelponnya dan menje...