𖠾13𖠾

9 6 0
                                    

Evan seharusnya berpura-pura saja jika ia tidak pernah mendengar ucapan dari Farel. Atau beranggapan jika Farel hanya membual tidak jelas. Hanya saja dirinya tidak bisa bepikir demikian. Nama Reina adalah satu-satunya penyebab kenapa ia jadi begitu. terlebih Farel adalah adik dari Reina, tentu saja semuanya membuat dirinya dilema.

Sepulang sekolah setelah menjelaskan bahwa ia akan kembali telat pada Jullia serta Tora, ia langsung pergi ke warung kopi milik ayahnya Tora. Tempat di mana ia Tora, Andi serta Reina sering berkumpul. Lalu, tempat di mana, ia bertemu dengan Jullia.

Di sudut ruangan, Farel sudah ada di sana, meminum secangkir kopi, sembari menunggu Orang yang ia cari. Evan dengan cepat menuju meja itu dan duduk di hadapan Farel.

"Sekarang, jujur saja. Apa yang mau kamu lakukan?"

Farel menoleh, kemudian bersuara. "Bang, apa lo senang mencari pelampiasan pada orang lain?"

"Jangan bicarakan hal yang ribet. To the point aja."

"Kakak ini pengganti Kak Reina, ya?" Farel menunjukkan sebuah foto, di mana Jullia dan Evan memasuki rumah berdua.

Tentu saja itu hanya sebuah momen yang di ambil secara sengaja. Jullia tidak akan berani masuk ke rumah Evan jika tidak disuruh masuk oleh Jeya atau bahkan ibunya Evan.

Evan mengerutkan dahinya. "Dia pekerja baru. Dari mana kamu dapat foto ini?"

Farel tersenyum cengir. "Apa jadinya jika anak OSIS punya rumor yang buruk?"

Dalam hatinya, Evan sangat ingin memaki saat itu juga. Jika tidak diizinkan memaki, dia akan memukul Farel, dia mau memilih salah satunya. Tidak peduli jika Farel dalah adiknya Reina, ia sudah melibatkan orang yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan mereka.

𖠾𖣇𖠾𖣇𖠾𖣇𖠾

Jullia yang baru saja membaringkan badannya di atas Kasur, berseru kaget saat mendapatkan tweet dari mutualnya yang berisikan informasi mengenai konser virtual hikikomori festival. Jari-jarinya dengan cepat me-retweet dan memberikan komentar pada penyanyi utaite yang terlibat.

Kemudian matanya tertuju pada tweet Evan yang muncul di berandanya, mengingatkannya pada bab baru yang belum ia selesaikan hari ini. Jullia kembali Mengingat apa yang terjadi pada Evan saat ia baru kembali dari urusannya.

Wajah Evan sangat masam, seolah-olah jika ada yang memancingnya sedikit saja, akan langsung dipukulnya, tidak peduli siapa pun itu.

Jullia resah. Tanpa melihat jam berapa saat itu, ia memutuskan untuk keluar dari rumah, mencari angin, dan membeli beberapa persediaan camilan untuk persiapan sebelum menonton anime. Kakinya berjalan dengan santai di atas trotoar, Mengingat jarak mini market dari rumahnya sangat dekat.

Dinginnya malam membuat dirinya merasakan sesuatu yang sangat tidak enak. Dingin yang berbeda, perasaannya menjadi aneh. Masker hitam yang menutupi mulut dan hidungnya, membuatnya leluasa berjalan tanpa perlu dikenali oleh orang lain. Hanya saja, pikirannya itu salah.

Saat ia hendak mengambil nori, tangannya bersentuhan dengan orang lain. Jullia memperhatikan tangan orang itu, dan menatap cincin hitam yang menurutnya tidak asing.

"Loh, Jullia?"

"Woaah, Andi? Rumah lu dekat sini?"

Andi melepas sebelah handsfree-nya, kemudian mengangguk. "Gue nge-kos dekat sini. Lu juga, atau lagi ada acara dekat sini?"

Jullia tertawa. "Rumah gue deket sini juga. Ternyata kita tetanggan, ye."

Jullia menatap keranjang belanjaan Andi yang dipenuhi dengan mi instan dan beberapa minuman bersoda. "Makannya pake sayur, Di. Ga sehat makan mi mulu."

Terpaksa Melanjutkan Komik Karena Salah Akun✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang