Sweet Escape

1K 161 4
                                    

Welcome.. Please enjoy this chapter<3

Seungmin kembali bersekolah dengan tenang. Setelah pulang terlalu larut kemarin, dirinya dimarahi oleh Ibu Lee dan ponselnya diambil sampai pagi. Ia tidak sempat mengabarkan Bang Chan bahwa ia sudah pulang.

"Ibu kembalikan ponselmu, ingatkan ibu untuk tidak memberi hukuman dengan mengambil ponsel lagi," Ibu Lee memijat pangkal hidungnya sembari berucap seperti itu. Seungmin mengambil ponselnya dan mengernyit melihat batrenya yang habis.

"Mengapa tidak akan mengambil ponselku lagi?" Seungmin merogoh tas sekolahnya mencari baterai portable untuk mengisi ulang baterai ponselnya.

"Bang Chan, anak itu," Ibu Lee menghela nafas lelah, Seungmin tersenyum terhibur dengan ekspresi yang ibu Lee tunjukkan. Ibu Lee terlihat sangat frustasi dengan kerutan yang terlihat lebih banyak pada bagian wajah.

"Dia tidak mengizinkan ibu untuk memejamkan mata, ponselmu terus berdering entah itu pesan atau panggilan darinya," Seungmin terkekeh kecil melihat Ibu Lee yang terlihat kesal pagi ini.

"Kenapa ibu tidak mematikan ponselku saja?" Seungmin berucap dengan senyum menggoda. Ibu Lee yang tahu segera menjawil hidung si bungsu.

"Bayi ini, apa kau lupa ibu tidak mengerti apa - apa soal teknologi? Nanti ibu salah menekan tombol dan menghilangkan sesuatu kau akan marah," Seungmin tertawa puas membuat tawa itu tertular pada sang ibu.

"Bayi kami, ibu tidak menyangka akan sedekat ini dengan dirimu," senyum Ibu Lee membuat hati Seungmin menghangat. Ibu Lee menaruh tangannya pada dagu Seungmin menangkup wajah anaknya, mengusapkan ibu jari pada pipi si bungsu. Seungmin memejam menikmati perlakuan Ibu Lee yang sangat jarang ia dapatkan di kehidupan pertama.

"Bayi kami sudah besar, sudah mengenal cinta yang sebenarnya ya?" Seungmin mengangguk.

"Aku tidak pernah tahu urusan cinta serumit ini," dahulu Seungmin hanya tahu tentang mengejar cinta dan menempatkan fokus utamanya untuk Bang Chan menjadi miliknya. Seungmin tidak pernah tahu ternyata cinta begitu rumit ketika ia mencoba untuk merelakan, melepaskan, atau melupakan, semuanya lebih sulit dijalani dibanding mengejar.

"Bayi ini ada - ada saja. Cepatlah berangkat sekolah, kakakmu tadi sudah berangkat duluan," Ibu Lee memberi kecupan singkat pada pipi si bungsu dna mendorongnya hingga sampai ke depan pintu.

"Aku duluan Ibu."

.

.

Seungmin berjalan menuju lokernya sembari mengenggam ponsel yang baterainya sudah terisi setengah penuh. Ia menggeleng sendiri melihat banyaknya notifikasi miscall maupun pesan yang belum terbaca dari Bang Chan.

Sekitar 50 panggilan dan 300 pesan. Seungmin berasumsi bahwa angka itu bisa saja akan bertambah namun sepertinya Bang Chan ketiduran atau ponselnya juga kehabisan baterai.

"Seungmin!" yang namanya dipanggil hampir berteriak karena sebuah tangan secara tiba - tiba melingkar pada pundaknya. Seungmin menatap pemilik tangan dengan kesal kemudian menghempaskan tangan itu.

"Kau ini mengangetkan saja!" yang diomeli oleh Seungmin mencebik.

"Kau sudah membuat khawatir masih bisa mengomel," dengan tidak terima sang pemilik tangan tadi ikut mengomel.

"Ponselku diambil oleh Ibu, Bang Chan," Seungmin menjawab dengan sabar, Bang Chan tidak menjawab lagi, untuk urusan keluarga Lee Bang Chan tidak bisa melawan. 'Demi kelangsungan restu,' katanya.

"Kau dimarahi?" Seungmin mengangguk membuat Bang Chan menatap yang lebih muda dengan tatapan prihatin. Seungmin mendapat tatapan seperti itu berdecak.

Back to the Past | ChanminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang