panggilan yang cuma diucap satu orang di hidup jasmine itu langsung buat seluruh rambut di sekujur tubuhnya berdiri. dia terdiam di situ nggak bergeming sama sekali.
"so? kita bisa ngomong sebentar, kan?" tanya lelaki tersebut.
jasmine mengangguk kecil. dia buru buru nutup pintu di belakangnya dan balik badan lagi natap tamunya. saat mereka kontak mata, refleks jasmine langsung nunduk.
laki laki di depannya, radhifan, tersenyum lemah. hatinya mencelos sedikit ngeliat perempuan di depannya yang nggak banyak berubah dari gadisnya beberapa tahun lalu.
radhifan ikut nunduk, memainkan jarinya tanda gelisah. dia jinjit dan napak lagi, merasa canggung. sedetik kemudian, dia mantapin diri buat buka suara.
"aku yakin kamu tau aku sayang banget sama kamu kan?" tanya radhifan dengan suara lembut, nggak tau emang sengaja atau karena malu, "kita saling sayang," ralatnya.
dia akhirnya ngangkat kepalanya, beraniin diri buat natap gadis yang dulu sempet jadi gadis kesayangannya.
bahkan mungkin sampai sekarang.
radhifan ngeliat jasmine yang nggak kunjung merespon itu lanjut bicara, "tapi kamu setuju nggak, kalo sayang kita sekarang beda?"
perlahan jasmine mendongak dan natap lelaki di depannya.
"iya, kan?" tanya radhifan lagi. nada lembutnya nggak pernah hilang. nada lembut yang bertahan bukan cuma dari dua menit yang lalu, melainkan dari dua tahun lalu.
pikiran jasmine bergelut hebat, semua organ tubuhnya bekerja keras. dari jantungnya yang berdebar nggak beraturan sampe perutnya yang mendadak mual.
akhirnya, yang bisa dia keluarin cuma anggukan kecil.
senyum radhifan ngembang, kepalanya jatoh sedikit ke kanan. ia memperhatikan lekuk wajah bidadari di depannya. matanya merekam gambar wajah jasmine dan disimpan baik baik di otaknya. berjaga jaga siapa tau suatu saat nanti mereka nggak akan bertemu lagi.
jari jari radhifan yang tadinya bertaut terlepas, pindah ke kedua sisi tubuhnya.
"kita mungkin masih ditakdirkan buat bersama," radhifan bersuara, "except, not as lovers."
jasmine nyembunyiin tangannya ke belakang, bermain dengan jarinya di balik punggung. dia nggak suka situasi ini. situasi yang bikin dia mau kabur, sembunyi, dan nangis sekuat mungkin.
"kamu ngerti, kan?" tanya radhifan. setiap kata yang keluar dari mulutnya bagai dorongan yang semakin lama numpahin air mata jasmine.
"iya.." jawab jasmine lirih, hampir berbisik. tundukan kepalanya semakin rendah, poni tipisnya nutupin wajahnya.
radhifan melangkah mendekati jasmine. gadis itu langsung nutup matanya rapat.
"yujin, aku boleh jujur?" ujar radhifan hati hati, takut merusak jasmine yang sedang rapuh.
jasmine menarik napas dalem, dia ngangguk pelan.
"aku.. ketemu seseorang," radhifan mulai bercerita. jasmine tetep diem nggak bersuara.
"perempuan."
di detik itu juga, pertahanan jasmine runtuh. matanya mulai perih berkaca kaca. tapi ia tetep berlindung dari tatapan radhifan di balik helaian rambutnya yang menjuntai.
"aku sayang dia. sayang layaknya kita dulu," lanjut radhifan diakhiri dengan kekehan kecil diujung kalimatnya.
tetesan air mata pertama jasmine turun. air mata yang berisikan segalanya yang dulu radhifan berikan. jatoh begitu saja.
"dia cantik, indah, dan berharga. kayak kamu," ucap radhifan, "tapi ada yang beda di antara kalian."
ada jeda panjang sebelum radhifan lanjutin kata katanya. jeda panjang yang bikin radhifan terdengar ragu.
emang, radhifan ragu. ragu untuk berkata, bukan ragu tentang apa yang akan dia katakan. dia yakin semua yang dia bilang fakta. tetapi ragu apakah gadis di depannya kuat mendengarnya atau nggak.
"apa.. bedanya?" tanya jasmine, suaranya parau. suara yang nampung perasaan jasmine. perasaan sakit, perasaan hancur. dada radhifan langsung pedih dengarnya.
"aku sayang kamu dan dia. tapi bedanya, aku juga cinta dia."
air mata jasmine jatuh semakin deras. kedua tangannya pindah dari belakang ke samping tubuhnya, meremas celananya yang udah lama dia punya. bahkan jasmine yakin radhifan sering liat dia pakai celana itu ketika mereka santai berdua di rumahnya. dulu.
dengan gerakan cepet jasmine hapus air matanya. dia ngangkat kepalanya, menatap lelaki berwajah manis di hadapannya.
bibirnya tersenyum indah. walaupun begitu, pipinya dihiasi kilapan air mata. sorot matanya nunjukin kesedihan dan sakitnya hatinya yang hancur.
"dia hebat ya, bisa curi hati kamu. dulu aku di posisi dia, loh," ucap jasmine dengan tawa getir.
tanpa diundang, mata radhifan ikut berair. dia ngangguk kecil dengan senyumnya, "iya, dia hebat."
jasmine terus ngusap pipinya yang masih dihujani air matanya.
tolong, berhenti. gue nggak mau terlihat lemah.
"a- aku-" kata kata jasmine tercekat. tubuhnya jatoh membungkuk, tangisannya sekarang bener bener pecah. air mata radhifan juga mengalir lepas.
"yujinia.." bisik radhifan. dia melangkah mendekati jasmine dan nangkup pipi gadis di depannya.
radhifan ngangkat wajah jasmine, menatap gadis itu lembut. dia hapus air mata di pipi jasmine, mengabaikan pipinya sendiri yang sama basahnya.
dia narik wajah jasmine mendekat dan dicium dahinya. habis itu dia tatap gadis di depannya dengan senyuman penuh arti.
"kamu tau kan, aku masih sayang kamu?" ucap radhifan. emang bener, jasmine akan selamanya tersimpan di hati radhifan. selamanya menjadi gadis berharga di hidup radhifan. selamanya akan radhifan pastikan kalau dia aman.
aman tanpa goresan, walaupun bukan di dekapan dia. bukan di pelukan dia, tapi di pelukan lelaki yang pantas memiliki jasmine.
di mata radhifan, saat ini jasmine bagaikan lukisan di museum. indah, bisa aja dia tatap seharian. tapi, sekarang dia nggak ada keinginan untuk dia ambil atau miliki.
"aku juga sayang sama kamu. selalu," ucap jasmine, lesungnya mengintip keluar karena senyumnya.
"aku peluk ya?" tanya radhifan. dalam hatinya ngebatin kalau permintaannya ditolak pun dia tetep akan menyelimuti jasmine dengan kedua lengannya.
untungnya bagi dia, gadis pramudita itu ngangguk setuju. tanpa kata kata lagi, radhifan langsung mengundang jasmine ke pelukannya.
jasmine nenggelamin wajahnya ke dada radhifan. dada pelindung jantung radhifan yang dulu selalu berdetak cepat setiap kali jasmine tidurin kepalanya diatasnya. dada yang selalu dilapisi kain yang harumnya khas radhifan.
tubuh jasmine terbungkus di dalam pelukan hangat radhifan yang selama ini dia rindu. mungkin sekarang bisa dibilang jasmine sedang melepas rindu. tapi apakah bisa dibilang melepas rindu kalau nanti bisa aja nggak ketemu lagi?
radhifan emang membintangi kisah cinta jasmine. tapi, babnya kini udah di penghujung. tinta pena yang menulis nama radhifan semakin dekat menuju tetesan terkhirnya.
waktunya jari lentik jasmine membuka halaman baru kisah cintanya, kisah cinta yang selalu berkembang bersama kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
cherrybelle ; lee jeno
Hayran Kurgu[ lokal au ] kayak kata orang lain, pertemanan beda jenis pasti selalu menimbulkan rasa.. rasa apalah itu jasmine gak peduli. non baku, harsh words, lowercase small conflict on going