jasmine berjalan santai menuruni anak tangga rumahnya seraya mengikat surai gelapnya. sebelah pundaknya menggendong ransel kesayangannya yang dipakai setiap hari.
hatinya berdegup kencang, senyumnya mengembang mengingat janjinya dengan nathan bahwa hari ini ia akan diantar lelaki mata elang tersebut ke sekolah. membayangkannya saja jasmine sudah salah tingkah sendiri, bagaimana nanti saat terjadi?
itu masalah buat masa depan, pikir jasmine. kali ini dia fokus bersiap-siap sekolah saja dulu.
bunda tersenyum kala melihat putrinya muncul dari kamarnya, putranya mengekor beberapa detik kemudian. gadis itu meletakkan ranselnya asal di sofa ruang keluarga lalu berjalan menghampiri ibunya di meja makan.
"kenapa tuh, senyum-senyum sendiri?" goda bunda dengan alisnya yang naik-turun jahil melihat anak gadisnya tidak berhenti tersenyum.
"tau tuh bun, tadi echan denger teteh ketawa sendiri pas turun tangga," sahut hassan seraya menarik kursi meja makan.
bunda terkekeh melihat anak sulungnya merengut. lagi-lagi kedua anaknya itu saling mengejek dan bertengkar kecil. rasanya seperti rumah tangga pramudito ini bukan beranggotakan ayah, bunda, jasmine, dan hassan—melainkan ayah, bunda, tom, dan jerry.
di saat jasmine dan hassan harusnya bergegas melahap sarapannya, mereka malah saling melontarkan umpatan ke satu sama lain. jasmine dengan wajah ketus serta mata melototnya dan hassan dengan ekspresi jahilnya yang sangat mengundang untuk kakaknya tampar.
untung jasmine masih bisa jaga diri.
"husss, teteh, echan! udah, ah, masih pagi!" omel bunda sambil meletakkan masing-masing semangkuk bubur di hadapan kedua anaknya, dan satu mangkuk di depan kursi kosong untuk ayah. tidak lupa tangannya mengelus pelan pundak putri sulungnya dan menyolek dagu anak bujangnya.
"cerewetnyaa pangeran bunda ini," kata bunda.
hassan menyengir lebar. ia menunjuk kakaknya dengan bibir bawahnya.
"lagi kasmaran, bun," bisiknya sebelum menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya.
bunda tertawa pelan, kepalanya menggeleng-geleng kecil. jasmine sebenarnya mendengar hassan, namun ia memutuskan untuk diam. malas meladeninya.
"dah, makan aja." ucap bunda sebelum melenggang ke dapur.
kakak beradik tersebut kemudian sibuk dengan makanan dan ponsel masing-masing. tidak ada suara yang terdengar selain dentingan sendok dan suara video tiktok yang hassan tonton. jasmine sih masa bodo, asalkan adiknya tidak mengejeknya terus-terusan.
saat buburnya setengah habis, jasmine mendapat notifikasi pesan masuk yang ternyata dari nathan. giginya cekatan menggigit bibir bawahnya, menahan senyum sekaligus menahan salting. tanpa basa-basi jasmine membuka notifikasinya.
jasmine meletakkan hpnya dan menghabiskan sarapannya. ia menyelesaikan kegiatan sarapan paginya lebih cepat daripada adiknya. gadis itu meneguk sisa air di gelasnya sampai habis, lalu bergegas menuju rak sepatunya.sang gadis pramudita itu memakai sepatunya sambil bersenandung pelan. saat ia sedang mengikat tali sepatunya, bunda menghampirinya dari belakang.
"udah siap, teh?" tanya bunda.
"iya, udah, bun. teteh hari ini dianterin nathan," jawab jasmine dengan senyumnya sambil memastikan tali sepatunya terikat kencang.
tanpa jasmine sadari, ibundanya tersenyum kecil. ia tahu pasti ada sesuatu di antara anak gadisnya dengan nathan. bunda sudah kenal nathan dan teman-teman jasmine yang lainnya. bahkan bunda hapal nama-nama teman jasmine hampir satu angkatan. pastinya bunda tahu yang mana lelaki yang berhubungan romantis dengan putrinya. atau.. yang baru akan berpacaran dengan putrinya.
kebetulan ayah terlihat menuruni tangga baru selesai siap-siap. jasmine pun bergegas pamit kepada kedua orang tuanya.
"berangkat sama siapa, teh?" tanya ayah.
"sama si nathan," jawab jasmine singkat. ayah cuma merespon jasmine dengan anggukan.
"chan, duluan!" teriak jasmine, mengintip ke meja makan tempat adiknya yang baru selesai makan. tanpa menengok hassan mengacungkan jempolnya tinggi sambil meneguk air putih.
jasmine melangkah ke teras rumah sambil menunggu nathan yang sebentar lagi akan datang. bunda mengekori jasmine membuat dia keheranan.
"bunda ngapain ikut keluar?" tanya jasmine.
bunda tersenyum penuh arti, "nggak papa, mau ketemu nathan aja. udah lama."
jasmine perlahan mengangguk walaupun masih sedikit heran dan malu karena merasa ibundanya ini ingin tahu bagaimana interaksinya dengan nathan. ia pun memutuskan untuk memasukkan hpnya ke dalam saku rok karena merasa kurang sopan bila asyik sendiri di depan bunda.
setelah hening beberapa detik, bunda bersuara.
"kamu lagi pdkt sama nathan ya?"
jasmine langsung nengok ke arah bunda sambil melotot, "hah!?"
bunda pun terkekeh. sentuhan hangatnya terasa di pundak jasmine.
"bunda sih setuju kalo sama nathan. yaa, bunda kan cukup kenal sama dia, udah tau kalo dia anaknya baik-baik. jadi bunda percaya sama dia buat jagain kamu," ucap bunda, senyum manisnya nggak pernah luntur.
jasmine jadi ngerasa malu, terharu, semuanya campur aduk. tapi yang keluar cuma senyuman canggung tipisnya yang bahkan hampir tak terlihat. tangan bunda yang tadinya cuma menyentuh pundak jasmine kini berpindah merangkul putrinya.
"yang penting bunda tau kamu bahagia sama dia," bunda berhenti sejenak, "bahagia kan?" tanyanya.
jasmine mengangguk-angguk membuat senyum ibundanya melebar.
"yaudah, bagus kalo gitu."
tepat setelah itu, gelegar motor nathan terdengar melaju mendekat. ia parkir di depan rumah jasmine kemudian mematikan mesin motornya dan turun, nggak lupa melepas helmnya. ia berjalan menghampiri jasmine dan ibundanya untuk berpamitan.
"eh, ngapain turun, nak?/lo ngapain turun?" tanya bunda dan jasmine bersamaan.
"mau pamit, tante," jawab nathan dengan cengirannya yang membuat kedua matanya membentuk bulan sabit.
"oalah, iya," kata bunda. bunda mengelus kepala nathan yang menunduk untuk menyalaminya.
"dah, jasmine berangkat yaa, bun!" seru jasmine seraya melambai kecil.
"aku berangkat ya, tante," lanjut nathan.
"iya, sayaang. hati-hati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
cherrybelle ; lee jeno
Fanfiction[ lokal au ] kayak kata orang lain, pertemanan beda jenis pasti selalu menimbulkan rasa.. rasa apalah itu jasmine gak peduli. non baku, harsh words, lowercase small conflict on going