[ 25 ]

91 17 4
                                    

rena natap bingung jasmine yang baru dateng. yang ditatap itu berjalan males malesan dengan matanya yang setengah ketutup. fisiknya sih rapi dan bersih, tapi kelakuannya kayak orang nggak tidur lima hari.

"jas, lo kenapa sih? kayak orang mabok," tanya rena setengah becanda. bukannya jawab, jasmine malah mengerang.

rena beranjak dari tempat duduknya dan nyamperin sahabatnya yang baru aja ngejatohin pantatnya ke kursi. ia duduk di kursi samping jasmine.

"lo nggak tidur apa gimana?" tanya rena lagi. jasmine mengangguk males, kepalanya oleng kemana mana.

"hadeh, kenapa sih anak satu?" ucap rena yang nggak ditujuin ke siapa siapa.

"lo kemana sih kemaren? 'kepentingan negara' your eye. gue mau ngomong ke lo malah jadi ke nathan kan!" rengek jasmine. semua otot wajahnya mengkerut, ngebentuk ekspresi kesel.

"ya ngelakuin urusan penting negara, lah! lagian lo kok bisa sih salah omong ke nathan?" ujar rena heran. dia geleng geleng kepala nggak percaya.

"gue kemaren tuh masih mau ngomong tentang nathan, tapi telponnya udah dimatiin duluan sama lo," kata jasmine yang dijawab deheman rena.

"gue pengen bilang kayaknya gue mau mulai suka sama dia, kan. terus nggak lama abis lo matiin telpon tuh ada panggilan masuk lagi dan gue kira itu lo," jelas jasmine. dari sini rena udah mulai nebak dalam hati ke mana arah cerita jasmine.

"terus?"

"gue nggak baca penelponnya anjir! gue langsung bilang mau buka hati ke nathan, ke nathan!" teriak jasmine. dia ngejatohin kepalanya di lipetan lengannya.

rena langsung mengontrol volume ketawanya. karena nggak diliat jasmine, dia bisa ketawa aja yang penting nggak ada suaranya. pas mereda, dia langsung nepuk punggung jasmine.

"kan, lo ceroboh sih," ucap rena. tepukannya berubah jadi elusan di punggung jasmine yang nggak respon apa apa.

"dia jawab apa?" tanya rena.

"dia setuju," jawab jasmine singkat.

rahang rena langsung jatoh. bahkan elusannya di punggung jasmine berhenti karena harus nutup mulutnya yang menganga, sekarang dia luar biasa seneng.

jasmine yang kehilangan rasa halus di punggungnya itu langsung nengok ke arah rena, ekspresinya bertanya tanya. wajahnya langsung berubah datar pas ngeliat sahabatnya yang masih nutup mulut.

"biasa aja kali," ucapnya, balik lagi nurunin kepalanya.

"gue bener bener speechless, nggak boong!" seru rena, "gue support lo seratus persen, sih," lanjutnya.

"gue juga pengen nyamperin dia, deketin dia, tapi sekarang gue malu banget, sialan!" keluh jasmine yang kepalanya masih turun.

"udah, lah, jas. paling dia juga nggak mikirin," saran rena, nada suaranya meyakinkan.

jasmine ngangkat kepalanya, dia natap sahabatnya. rena pun ngangguk mantap dengan senyumannya.

🍒

seharian ini jasmine menghindar dari nathan. rena nggak ngambil berat tentang ini, dia maklumin aja perilaku jasmine karena kejadian kemarin walaupun gereget setengah mati. bahkan tadi pas mereka mau berpisah, rena nyelipin ceramah kecil tentang kenapa jasmine harus berani hadapin nathan secepatnya.

setelah ceramah, dia ngajak jasmine buat nyari cilok karena laper. jasmine setuju, bikin rena kaget karena dia pikir perut temennya ini penuh. pas ditanya, kata jasmine, "buat temen nonton netflix nanti."

rena cuma bisa iya iya aja. dia lanjut makan ciloknya, asyik di dunia sendiri daripada mikirin kelakuan jasmine. mungkin efek galauin cowok. masa bodo nanti sebelum nyampe rumah cilok jasmine udah dingin duluan, yang penting itu bukan punya rena.

sesampainya di rumah, jasmine langsung bergegas ganti baju dan bersih bersih. dia nyiapin laptopnya dan nyari posisi di kasur senyaman mungkin.

sejenak ngelupain pikirannya tentang nathan dengan nonton series favoritnya di netflix. kegiatan multitaskingnya—nonton netflix sambil makan cilok—terpotong oleh suara ketokan pintu depan rumahnya. karena inget di rumah lagi nggak ada orang, terpaksa jasmine yang turun.

"iya, sebentar!" teriak jasmine pas dia hampir di tangga paling terakhir.

jasmine ngebuka pintu setelah ngerapihin penampilannya sedikit biar nggak keliatan abis rebahan banget. saat dia lihat siapa tamu di depan matanya, tubuhnya langsung menegang. jantungnya berdetak nggak beraturan, cengkeramannya di gagang pintu menguat.

"pas banget, gue mau ngomong sama lo, jin."

cherrybelle ; lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang