[ 22 ]

113 20 6
                                    

"..jasmine," panggil nathan pelan.

jasmine yang lagi asyik sama caramel macchiatonya itu nengok, "ya?"

nathan menjatuhkan pandangannya ke cup yang dia puter puter perlahan di tangannya. dia lagi mikir, gimana ya caranya mau bilang ke jasmine?

"lo.."

alis jasmine mengkerut sedikit, mukanya yang tadinya senyum juga perlahan berubah jadi serius.

"lo.. suka cafe ini?"

sekilas tersirat kebingungan dimuka jasmine, tapi sedetik kemudian dia langsung tersenyum. mungkin cuma angin lewat.

jasmine ngangguk semangat, "enak banget cupcakenya, serius. gue bisa beli segaban sampe isi dompet lo habis kali, kalo gue mau. untung gue baik, ya gak?" katanya yang diakhiri kekehan.

jasmine nggak bohong, kalo manusia gak punya rasa iba mungkin udah diporotin dompetnya nathan.

nathan ketawa kecil, "jahat,"

mereka pun hening lagi, cuma tersisa suara seruputan kopi. dua duanya ngelirik asal ke seluruh ruangan. ke mana aja asalkan bukan natap mata satu sama lain.

"jas," panggil nathan sekali lagi. kalo panggilan pertama tadi udah pelan, somehow, sekarang lebih pelan lagi. kayak ada sesuatu yang nahan dia buat bicara.

"lo gimana?" tanya nathan lirih. "sama.. radhifan. apa.."

mulut nathan tertutup pas dia ngeliat jasmine nelen ludah sambil perlahan nyender ke kursinya.

jasmine senyum kecut, "jujur, gue gak tau than," jawabnya

"eh, kalo nggak mau ngomongin tentang ini-"

"bukan gitu kok! gue bukan gak nyaman, tapi bingung aja. apa gue masih sayang sama dia? masih suka? apa gue kangen sama dia? gue gak yakin apa jawaban semua pertanyaan tadi, than.."

nathan tersenyum, mencoba buat nenangin jasmine. nenangin pikiran, nenangin hati juga. saat ngeliat senyuman nathan, jasmine langsung narik napas dalem dalem dan dia buang.

jasmine harus berpikir jernih. kepalanya gak boleh terlalu berantakan dan overthinking kalo dia mau menemukan jawaban akhir dari pertanyaan dia tadi. apa hatinya masih harapin radhifan?

lelaki didepan jasmine itu memajukan badannya terus dia bertopang dagu, bibirnya masih tersenyum manis. pandangannya konsentrasi ke gadis di depannya, menandakan kalo nathan bersedia dengerin setiap kata yang keluar dari mulutnya.

jasmine tarik napas sekali lagi, dan akhirnya dia buka suara.

"waktu itu, kita pisah bukan karena udah nggak sayang. bukan juga karena ngerasa nggak cocok. cuman anak kecil mana bisa ldr, kan? apalagi udah beda kota, beda negara," jasmine tersenyum simpul di tengah kata katanya.

"bodo amat kalo dibilang cinta monyet, karena rasanya kayak cinta beneran. he was my.. first love.." ucapan jasmine menggantung. di saat itu juga pikirannya kembali keruh.

selama ini jasmine nggak pernah mikirin perasaan dia sama radhifan. suatu saat setelah radhifan pergi, jasmine lupa sama perasaannya, dan udah. jasmine gak pernah mempertimbangkan apakah dia masih sayang sama radhifan atau nggak.

sebagai lelaki, karena kalo sebagai teman dia yakin jawabannya iya.

"hahhh gue jadi bingung,"

jasmine ikut bertopang dagu di hadapan nathan. dia masang muka kebingungan sambil natap ekspresi nathan. jasmine lagi baca reaksi dari muka nathan, mungkin dia bisa bantu masalahnya.

cherrybelle ; lee jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang