Happy Reading
•••
《Tandai apabila kalian menemukan typo》Pagi-pagi Gina sudah berkutat di dapur apartemen Clay. Ia memang tidak pandai memasak, tapi jika hanya membuat toast beef pastinya siapapun bisa membuat. Gina membuat toast beef dengan bahan-bahan yang ada dikulkas cowok itu. Meski Clay seorang cowok, ternyata kulkasnya penuh dan lengkap sudah seperti supermarket. Ah ya, ngomong-ngomong soal Clay, cowok itu sepertinya sedang mandi. Sebab tadi ia sempat keluar mengambil handuk yang dijemur.
Gina menyajikan toast bikinannya itu pada piring yang sudah ia siapkan. Sesekali Gina menghampiri ponsel yang sejak tadi merekam aktifitas memasaknya. Begitulah Gina, suka mendokumentasikan hal-hal yang menurutnya akan berkesan kemudian hari.
Ceklek...
“Udah selesai Clay? Sarapan dulu yuk!” ucap Gina saat menyadari Clay baru saja keluar kamar dan masih berkutat dengan rambut dan handuknya.
“Iya sebentar. Lagi ngeringin rambut,” jawab Clay tanpa menoleh, sebab wajahnya saja sekarang tertutup handuk.
Gina tersenyum simpul. Setelah meletakkan dua piring toast ke meja makan, ia menghampiri Clay. “Sini biar gue bantu!” ucapnya lantas mengambil alih handuk dari tangan Clay.
Gina sedikit berjinjit mengingat tubuh Clay yang tingginya jauh diatasnya. Dengan jarak sedekat itu, Gina bisa mencium wangi sampo yang menyeruak mengisi seluruh ruang dihidungnya. Membuat Gina tersenyum dalam diam. Sementara Clay hanya menunduk untuk memudahkan Gina mengeringkan rambutnya. Aktifitas itu tak luput dari kamera ponsel Gina yang masih on. Merekam setiap kejadian yang masih bisa masuk pada framenya.
“Udah, lo ganti baju aja. Siap-siap ntar telat!” titah Clay mengintrupsi untuk Gina menyudahi aktifitasnya.
“Okey. Lo juga sarapan dulu gih. Udah gue buatin.” Clay mengangguk dan langsung berjalan menuju pantri. Sebelumnya ia menyampirkan handuk basahnya di balkon agar kering terkena sinar matahari.
Clay menuangkan susu dingin untuk mereka berdua. Kemudian ia duduk di meja makan menyantap sarapan bikinan Gina dengan tenang. Sesekali Clay juga mengecek ponselnya, ada beberapa pesan dari Pak Panji untuk tim futsal SMA Nusa Bangsa.
Gina kembali dengan seragam khas Lima Sila dan mengambil tempat di depan Clay. Langsung menyantap makanannya dengan lahap.
“Lo berangkat bareng gue aja,” ujar Clay.
Gina mengangguk. “Okei.” Dia mengiyakan saja. Toh juga sebenarnya Gina mengharapkan untuk bisa berangkat bersama cowok itu.
Selesai sarapan, Clay kembali ke kamar untuk mengambil tasnya. Sementara Gina dibuat pusing karena tak kunjung menemukan ponselnya. Cukup lama ia mondar mandir di kamar mencari benda pipih tersebut. Namun tak kunjung ia temukan.
“Duh mana sih tuh hape!” gerutu Gina kesal. Ia lantas berjalan keluar kamar. Mengitari seluruh sudut apartemen Clay. Hingga kemudian saat di dapur, Gina baru melihat ponsel.
“Lah dari tadi masih disono?” gumamnya heran. Gina menemukan ponselnya masih berada di dapur. “Dari tadi masih ngerekam? Berarti ... “ Gina langsung tersenyum lebar saat menyadari ponselnya masih terus merekam bahkan saat ia sudah selesai memasak.
“Gin udah belom?”
Panggilan dari Clay sontak menyadarkan Gina dari lamunannya. “Eh iya... udah kok.” Gina langsung menyambar tas sekolahnya yang berada di meja pantry. Kemudian menyususl Clay yang sudah lebih dulu berjalan keluar apartemen.
•••
Di hari pertama masuk, Ratu tampak masih malas-malasan. Ia pulang berlibur beberapa hari yang lalu sebelum masuk sekolah. Padahal sudah diberi jeda untuk istirahat, tapi rasa malas diawal masuk sekolah memang tidak bisa dihindari. Beberapa kali Ratu masih menguap padahal cewek itu sudah rapi memakai seragam dan sedang sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Dare | End.
Teen FictionBudayakan vote sebelum baca. Tinggalkan jejak setidaknya satu komentar:) _____________________________________________________ Safira Ratu Sofya. Cewek cantik serba bermasalah. Selain terlambat masuk sekolah, hobi lainnya adalah masuk ruang BK. Enta...