L I M A P U L U H E M P A T

688 120 83
                                    

Happy Reading
•••
Tandai apabila kalian menemukan typo

Clay menggeliat karena posisinya yang kurang nyaman. Punggungnya terasa nyeri karena tidur dalam posisi duduk. Perlahan ia membuka matanya. Bias cahaya lampu langsung menerpa, mengajak kedua matanya untuk beradaptasi.

Sesaat Clay bingung dengan ruangan disekitarnya. Sebelum kemudian dirinya teringat akan suatu hal. Alasan kenapa ia sekarang berada di ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat.

Bunyi alat detektor jantung menemani dalam sunyi. Clay menatap seseorang yang sedang terbaring lemah di atas ranjang di hadapannya. Ia tersenyum getir menatap wajah orang tersebut.

"Waktu aku buat bisa natap kamu dari jarak dekat gini, tinggal berapa jam lagi Tu?" tanya Clay yang sebenarnya ia hanyalah bermonolog, karena sudah pasti seseorang yang diajak berbicara tak akan bisa menjawab.

Clay membelai rambut milik Ratu yang selalu menjadi favoritnya sejak dulu. Meskipun sekarang sudah tidak hitam legam seperti dulu. Tetapi mungkin setelah ini, Clay tidak bisa lagi membelainya.

Keputusan Oma Laddy sudah bulat. Beliau akan membawa Ratu ke Aussie untuk menjalankan pengobatan yang lebih intensif. Tepat pukul 7 pagi nanti, pesawat pribadi milik keluarga Sofya akan membawa Ratu terbang. Penerbangannya dimajukan dari pukul 11 siang menjadi 7 pagi. Tidak tahu alasan pastinya apa, hanya Oma Laddy yang tahu.

Clay ingin menghabiskan sisa malam terakhirnya bersama Ratu. Untuk itu Oma Laddy mengijinkan Clay untuk tetap menemani Ratu di ruangannya. Hingga pukul 4 pagi ini.

Sempat terjadi keributan karena ketiga sahabat Ratu juga menginginkan hal yang serupa.

"Enggak bisa gitu dong. Kita sahabat Ratu yang bahkan jauh lebih dulu kenal Ratu daripada Clay. Kenapa cuma Clay yang diizinin?"

Kira-kira begitu bentuk protes Sandrinna saat itu kepada Oma Laddy mewakili dua sahabatnya yang lain.

Tetapi keputusan tetap ada pada seorang Laddy Sofya. Beliau hanya bisa mempercayai Clay. Tidak peduli seberapa lama orang lain mengenal Ratu. Tetapi Oma Laddy hanya tau Clay lah yang paling bisa dipercaya.

Pukul 3 pagi, setidaknya masih ada 1 jam sebelum waktu Clay menemani Ratu habis. Sejak semalam, tangannya tidak pernah lepas dari genggaman perempuan yang sudah tertidur lebih dari dua minggu itu.

Clay merogoh saku celananya. Mengambil sesuatu yang sejak tadi ia bawa.

"Maaf ya, tadi aku masuk appartemen kamu. Aku udah izin Oma kok ... Tapi kaget, ternyata aku masih dikasih akses masuk ke appart kamu."

Clay terus berceloteh. Ia tau kalau Ratu tidak bisa membalas ucapannya. Tetapi ia pun sadar kalau perempuan itu pasti mendengarnya.

"Aku masuk cuma nyari ini ..."

Benda yang ada di sakunya itu adalah gelang tali berwarna hitam dengan inisial huruf C. Gelang yang sempat Ratu beli saat mereka pergi ke pasar malam.

"Kamu pasti liat aku lepas gelang juga, makanya kamu ikut-ikutan di lepas."

"Maaf ya? Sekarang aku udah pake lagi, kamu juga pake ya? Biar aku yang pakein."

Clay menunjukkan gelang yang juga melingkar di tangan kanannya. Gelang hitam dengan inisal R. Lantas dengan hati-hati Clay pun memakaikan gelang milik Ratu untuk kembali pada tempatnya.

"Nah kan cantik!" seru Clay saat gelang itu kembali melingkar di tangan Ratu.

"Jangan dilepas lagi ya cantik!"

Lagi, Clay mengusap surai milik Ratu.

Waktu terus berjalan, dan Clay memanfaatkan sisa waktu bersama Ratu untuk bercerita. Pagi ini laki-laki itu banyak bersuara. Meskipun hanya terjadi dialog satu arah. Tetapi ia tetap bercerita, menceritakan semua hal yang terjadi selama Ratu pulas dengan tidurnya.

Because Dare | End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang