09. Sudden Approval

183 36 5
                                    

Jake dan ibunya berjalan menuju balai desa pagi-pagi sekali jam masih menunjukkan pukul enam pagi jika Jake tidak salah lihat, bahkan Jake belum sarapan dan masih mengantuk. Itu semua dikarenakan sang ibu yang penasaran dan ingin segera memastikan pesan yang Jake dapatkan kemarin dari orang yang asing.

Tak lama, mereka berdua tiba di depan pintu balai desa dengan sambutan para penjaga pintu kepada sang ibu yang hanya dibalas anggukan dari Ibu Jake dan anggukan canggung dari Jake. Lantas, mereka berdua segera masuk ke balai desa tersebut yang masih tergolong sepi.

"Ibu, ini bahkan masih sepi," ujar Jake malas.

"Tidak apa-apa, Jake, sebentar mereka akan datang, percaya pada ibu," timpal Ibu kemudian duduk di salah satu kursi diikuti oleh Jake yang duduk di sebelahnya.

Jake menguap beberapa kali karena masih mengantuk dengan mata yang terasa berat sedangkan sang ibu hanya menatapnya dengan senyuman yang bisa dibilang gemas dengan Jake yang masih mengantuk.

Selang beberapa menit, apa yang Ibu Jake bilang benar. Para satu persatu petinggi balai desa sudah datang, termasuk dengan ayah dan ibu Sunghoon yang berjalan berdampingan dan pergi menuju masing-masing. Ibu Jake kemudian menyentuh pundak Jake sekilas dan mengisyaratkan untuk berdiri menyambut mereka semua lalu menghampiri ketua.

"Ada perlu apa kalian kemari?" tanya ketua petinggi desa setelah dihampiri oleh Jake dan Ibunya.

Ibu Jake tersenyum kemudian memberikan surat pemberitahuan yang Jake terima kemarin kepada orang di hadapannya.

"Apa ini?" tanyanya.

"Itu ..., surat yang diterima oleh anak saya kemarin," balas sang ibu apa adanya.

Sang ketua hanya mengangguk kemudian menerima surat tersebut. "Anda yakin? Sepertinya kita tidak mengederkan surat pemberitahuan belakangan ini".

Sang ibu mengangguk. "Anda bisa menanyakan kepada anak saya untuk lebih jelasnya".

Ibu Jake bergeser sedikit kemudian menyuruh Jake untuk maju beberapa langkah mendekati meja.

Ketua tersebut menghela napasnya bingung. Ia juga tidak mengerti, bagaimana bisa ada surat seperti ini beredar?.

"Kapan kau mendapatkan surat ini? Dan orang seperti apa yang memberikannya?" tanyanya kepada Jake.

"Sekitar pagi menjelang siang, saya tidak tahu pasti ciri-ciri orang tersebut, yang pasti ..., dia terlihat tidak begitu muda dan tidak terlalu tua juga," jawab Jake apa adanya.

Orang di hadapannya hanya mengangguk. "Apa orang tersebut pernah kau lihat sebelumnya?".

Jake menggeleng. "Tidak".

Sang ketua kemudian meletetakkan surat yang genggam, lalu mengusap dagunya untuk berpikiri sejenak dan mencerna apa yang Jake katakan. 

"Kau yakin tidak pernah melihatnya?" ujarnya lagi.

Jake mengangguk yakin. Ia benar-benar tidak pernah melihat orang tersebut. "Saya yakin".

"Apa kau masih ingat pakaian apa yang dia kenakan?" tanya pak ketua lagi.

Jake menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, berusaha untuk memikirkan dan mengingat kembali warna dan model pakaian yang orang tersebut kenakan. Celana kuliat berwarna cokelat, baju berwarna merah, dan ..., topi? Ah tidak, sepertinya orang tersebut tidak mengenakan topi, ah! Jake ingat, orang tersebut mengenakan Jaket kulit berwarna hitam pula.

Ia kemudian menceritakan semua detil pakaian yang ia ingat tersebut kepada ketua petinggi desa.

"B-Baju merah?" tanyanya sedikit kaget begitu pula dengan ibunya.

Forest 'Sungjake'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang