11. Shift Changer

146 20 0
                                    

Seperti biasa, Jake hanya duduk-duduk di tepian ranjang kamarnya dengan buku yang terpampang jelas di pangkuannya. Buku ini ia pinjam saat dirinya berjaga kemarin malam dan rencananya akan ia kembalikan saat jadwal berjaganya kembali Minggu depan.

Ia hanya perlu menyelesaikan kurang lebih enam puluh halaman lagi. Bisa dibilang cerita dari buku ini cukup rumit karena menggabungkan antara misteri dan sugesti para penduduk desa tersebut.

Membuat sang tokoh utama kebingungan, apa yang harus ia percaya, dirinya sendiri atau sugesti para penduduk yang sudah tertanam dalam diri mereka selama bertahun-tahun.

Berbagai kejanggalan ditemui oleh sang tokoh utama kita berada di desa tersebut. Mulai dari perkebunan yang selalu gagal panen, rumah dengan ruam-ruam berwarna merah di sekelilingnya, hingga beberapa hewan ternak yang mati tanpa sebab yang jelas.

Jake jadi berpikir, beberapa kejanggalan pernah dialami oleh warga sekitar Askati, kenapa hal tersebut sangat berhubungan dengan kehidupan desa akhir-akhir ini? Di dalam buku tersebut juga tertera beberapa kejanggalan yang sudah terjadi. Ada juga hal yang baru saja Jake sadari, misteri hutan yang berada di sekeliling desa tersebut.

Hawa mencekam sangat terasa walau Jake hanya membaca buku tersebut. Suasana dan latar demi latar yang digambarkan oleh sang penulis begitu terasa di benak Jake, ia jadi memikirkan bagaimana jika hal-hal tersebut benar-benar terjadi?.

"Jake!" panggil sang ibu dari bawah.

"Ada petinggi desa yang memanggilmu!" lanjut sang ibu lagi.

"Ck! Ada ada saja," batin Jake dengan sedikit kesal.

"Segera ke sana!" balas Jake kemudian.

Jake beranjak dari tempat tidurnya lalu menyingkirkan buku yang ia pangku ke sembarang arah. Ia berjalan munuju lemari untuk mengambil satu setel kemeja yang akan ia gunakan untuk menemui petinggi tersebut. Harus formal, walaupun seadanya.

"Datang juga kau akhirnya," ucap sang ibu dengan lega.

"K-Kenapa anda mencari saya?" tanya Jake dengan gugup.

Petinggi tersebut tersenyum simpul ke arahnya sembari memberikan sebuah surat kepada Jake.

"Kau ditugaskan untuk menjaga kembali menara pada sore hari ini," jelasnya dengan enteng.

"Lagi?!" timpal Jake dengan sedikit terkejut.

"Iya, karena kau harus menggantikan Riki karena ia sedang urusan bersama keluarganya," balas sang petinggi.

"Apa tidak ada orang selain diriku? Sepertinya..., aku sedang sibuk hari ini," tukas Jake berusaha mengelak.

"Sibuk? Ibu daritadi melihatmu hanya berdiam diri di kamar, Jake, bukan begitu?" sambar sang ibu yang menggagalkan elakan Jake.

Jake berdecih sebal. "Ibu tidak asik!".

"Bagaimana, Jake? Kau sanggup, kan?" tanya sang petinggi untuk memastikan.

Ibu Jake menyenggol lengan Jake sekilas mengode kepada Jake untuk memberi jawaban 'Sanggup' kepada sang petinggi.

Dengan berat hati, Jake mau tidak mau mengiyakan ajakan sang petinggi di hadapannya.

"Baguslah, tenang saja, Jake, kau tidak sendirian nanti di sana," timpal pentinggi dengan helaan napas lega.

"Kalau begitu, saya pamit," tukas sang petinggi yang dibalas senyuman dan lambaian kecil oleh Jake dan ibunya.

"Ibu! Kenapa ibu mengatakan hal itu kepadanya," rengek Jake kepada sang ibu karena kata-kata tersebut membuat Jake tidak bisa menolak ajakan sang petinggi.

Forest 'Sungjake'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang