14. Deja Vu

212 21 2
                                    

"Sayangnya tidak, tapi aku yakin jika orang itu menerobos masuk ke desa ini ketika diriku sibuk mengabsen anggota-anggota yang lain". ucap Sunghoon sembari menggeleng.

"Bukankah pembatas selalu dikunci?". balas Jake.

Sunghoon mengangguk dengan yakin. 

"Tidak mungkin para anggota lupa untuk mengunci pembatas, lagipula kunci selalu diberikan kepada petinggi setelah mereka mengunci pembatasnya," lanjut Sunghoon.

"Apa kita harus kembali ke menara untuk memastikan?" ajak Jake.

Sunghoon menghela napasnya. "Sepertinya bukan ide yang bagus".

"Kenapa begitu?" ujar Jake dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Karena, ini sudah dini hari, juga hal tersebut hanya memunculkan sebuah huru-hara di desa ini, aku tidak ingin desa ini menjadi lebih ketat dan terisolasi lagi," Jelas Sunghoon.

"Lebih baik kita mangecek sekitaran tempat ketika kau melihat orang itu tadi, kita juga harus berhati-hati karena aku juga belum yakin jika desa ini sepenuhnya aman. Kau ingat kejadian di mana banyak hewan ternak yang mati, bukan?" jelas Sunghoon lalu menghela napasnya dalam.

Jake mengangguk.

"Apa kau berpikiran jika monster itu benar-benar ada?" sahut Jake.

Sunghoon mengangguk.

"Manusia tidak mungkin melakukan hal sekeji itu, Jake. Belum lagi, hewan ternak tersebut adalah sumber pangan dan penghasilan masyarakat desa ini, aku pikir, itu mustahil jika manusia yang melakukan pembataian itu," jelas Sunghoon lagi.

"Tapi Sunghoon, apa kau yakin ingin mengecek keadaan sekitar? Apa yang kita persiapkan? Kita belum ada persiapan untuk mencari orang itu, belum lagi yang kau katakan itu. Monster yang masih berkeliaran," balas Jake dengan ragu.

Sunghoon menghela napasnya. Benar juga, mereka benar-benar tidak ada persiapan apapun untuk melakukan 'pencarian' di dini hari seperti ini. Jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada mereka bagaimana?. Lebih baik Sunghoon harus memikirkan hal itu dua kali.

Jika tidak, itu hanya membawa petaka bagi mereka berdua. Belum lagi, mereka juga tidak sempat untuk tidur kemarin. 

"Lebih baik kita pulang saja dulu, Sunghoon. Ini sudah telat untuk melakukan hal seperti itu," utus Jake kepada Sunghoon agar tidak tergesa-gesa.

Memang awalnya Jake juga sedikit tergesa untuk mencari pria misterius itu, tapi Jake sadar. Dirinya hanya bermodal dengan lampu lentera yang remang-remang saja. Walau dirinya sekarang bertemu dengan Sunghoon, tetap rasanya tidak mungkin untuk melakukan hal gila itu tanpa persiapan yang matang.

Dan juga ..., jika mereka diserang oleh 'monster' itu benar-benar menjadi petaka untuk mereka.

Sunghoon mengangguk mengerti. "Kalau begitu ..., apa kita coba lakukan besok dini hari?" 

"Boleh juga, desa ini juga sudah sangat sepi di waktu-waktu seperti ini," tukas Jake pertanda setuju.

Sebelum Sunghoon mengangguk, dirinya tersadar sesuatu.

"Sial! Besok waktu untuk kita menjaga menara pengawas," ucap Sunghoon baru sadar.

"A-Ah ..., kita jadi tidak bisa leluasa?"balas Jake bingung.

Sunghoon mengangguk pasrah.

"Kalau begitu ..., bagaimana jika kita melakukan persiapannya di menara? Kita juga bisa melihat situasi sekitar melalui menara lebih jelas lagi," ujar Jake memberi solusi.

"Sedikit sulit, Jake. Besok kita berjaga lebih dari empat orang dalam satu menara, itu akan sulit untuk kita dengan orang sebanyak itu di satu menara," jelas Sunghoon.

Forest 'Sungjake'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang