Daerah yang jauh dari ibukota atau bahkan daerah yang jauh dari perkotaan. Terletak di pedalaman pinggiran hutan, desa dengan masyarakat yang kurang dari seratus kepala keluarga.
Desa yang teknologinya tertinggal jauh dari perkotaan, begitu pula dengan obat-obatan dan hal-hal yang berbau modern lainnya. Semua yang terletak di desa ini hanyalah sebuah kultural dan tradisional.
Tidak ada kata modern dan campur tangan orang kota seperti biasanya.
Askati Village, tempat orang-orang yang ingin hidup jauh dari perkotaan dan kejamnya dunia luar. Meski mereka semua tertinggal dalam teknologi dan banyak hal lainnya, masyarakatnya tetap damai dan tidak ada perselisihan satu pun.
Mereka semua hidup damai didampingi oleh para petinggi desa yang senantiasa merawat dan mengatur desa tersebut agar makmur dan tentram.
Hari ini, para petinggi sedang melakukan rapat bulanan untuk mengevaluasi kehidupan di desa mereka.
Sunghoon, pemuda yang sedang berjalan menuju balai kota dengan secarik kertas di kantung jaketnya. Hari ini, ia berharap diperbolehkan keluar dari desa untuk mencari tahu dunia luar.
Tok... Tok... Tok...
Sunghoon mengetuk pintu balai kota dan langsung disambut oleh penjaga pintu tersebut sembari membuka. Para petinggi pun lantas menoleh dan menatap ke arah Sunghoon.
Sunghoon hanya tersenyum canggung, berjalan mendekati mereka dengan helaan napas yang keluar dari mulutnya. Ia meraih kertas yang berada di kantungnya.
Sebelum dirinya membacakan apa isi kertas tersebut, dirinya lebih dulu membungkukkan badannya dengan maksud meminta izin dan niatan sopan santun.
"Saya, Park Sunghoon. Ingin meminta izin kepada para petinggi sekalian untuk keluar dari desa ini dan pergi menuju dunia luar, perkotaan."
"Saya ingin sekali pergi ke daerah perkotaan karena saya penasaran dengan dunia luar, saya ingin menjelajahi dunia luar dengan tekad dan kemauan saya sendiri."
"Mohon izinkan saya," final Sunghoon sembari melipat kertasnya kembali.
Para petinggi pun serentak menatap Sunghoon dengan tatapan tidak percaya dan juga kaget secara bersamaan.
"Kau mau apa? Keluar dari desa ini?" ucap salah satu petinggi.
"Apa kau tidak tau bagaimana bahayanya daerah perkotaan, Sunghoon?" ujar petinggi lainnya.
"Keluarlah, kami tidak mengizinkan mu untuk pergi dari desa ini," larang petinggi lainnya.
"T-Tapi... Izinkan saya, untuk kali ini saja," pinta Sunghoon berusaha meyakinkan para petinggi.
"Memangnya ada keperluan apa? Bukankah ingin tahu dunia luar itu tidak penting?" Balas salah satu petinggi dengan kening yang berkerut.
"Dunia luar, terutama perkotaan itu terlalu berbahaya, Sunghoon. Kami tidak bertanggung jawab jika kau kenapa-kenapa nantinya," tukas salah satu petinggi lainnya.
"Sunghoon, jika kau ingin melakukan hal ini, lebih baik jangan kau lakukan. Askati Village adalah tempat yang terbaik untuk saat ini, perkotaan terlalu berbahaya dan tidak menjamin keselamatanmu," final ibunya yang juga merupakan salah satu petinggi tersebut.
Sunghoon mendengus gusar, ia kembali membungkukkan badannya dan meninggalkan para petinggi tersebut tanpa sepatah kata pun.
°
°
°
"Apa yang kau pikirkan, Sunghoon?" tanya ibunya ketika dirinya melihat Sunghoon yang terduduk di tangga rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forest 'Sungjake'
FanfictionHidup di tengah hutan, jauh dari perkotaan, dan teknologi yang tertinggal tanpa tahu bagaimana kehidupan dunia luar. Membuat Sunghoon dan Jake berpikir, bagaimana keadaan dunia luar? 👉Sungjake Dom👉Sunghoon Sub👉Jake Rated 15+ [30.09.21 - Present] ...
