4. Winwin

986 113 27
                                    


"Guru les privat”

"Guru les privat”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagastian Winwin

Bagastian Winwin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A Dara Jennie

———————————————

"Bab ini sedang dalam perbaikan, harap menunggu di ruang tunggu..."









“Jennie kamu remedial Bahasa Mandarin lagi?” tanya seorang laki-laki paruh baya yang rambutnya sudah beruban, memegang sebatang nikotin atau sering disebut sebagai rokok ditangan kiri sementara di tangan kanannya memegang lembar kertas ujian milik anaknya.

“Kamu kenapa sudah banget untuk engga remedial di Bahasa Mandarin? Itu bahasa wajib yang harus kamu tahu dan hapal di keluarga kita Jennie! Apa kata nenek nanti kalau tahu cucunya remedial!”

“Kamu itu lahir di Tiongkok, dimana bahasa resminya Mandarin! Kamu sebagai warganegara yang terdaftar disana harus bisa bahasanya!”

Laki-laki paruh baya itu terus mengeluarkan perkataan dengan nada tinggi tanpa memberi waktu bagi Jennie untuk mengeluarkan sepatah kata pembelaan.

“Pokoknya ayah engga mau tahu, mulai besok kamu bakal ayah pindahkan ke Tiongkok dan les privat disana!” tutur akhir dari pak tua selaku ayah Jennie.

Mata Jennie membelalak mendengar itu, andaikan ayahnya tahu kalau dia sudah berusaha keras. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. “Ayah, Jennie engga mau kesana! Apalagi nanti kalo ayah nyuruh Jennie tinggal sama nenek, makin ogah!”

Kepala ayah Jennie menggeleng, membuang puntung rokok ditangannya ia lantas berdiri bersiap meninggalkan putrinya di ruang tamu. “Bagaimanapun, sekeras apapun Jennie menolak. Keputusan ayah sudah bulat untuk mengirim kamu ke Tiongkok!” ujarnya mengabaikan Jennie yang semakin membelalak kesal.

Sepeninggal ayahnya, Jennie menggerutu kesal. “Guru cepu! I inget u sampe mati!”

















—————————





Tiongkok





Jennie mengerjapkan matanya bingung kala sang nenek mengajaknya langsung menuju gedung apartemen seusai dirinya sampai di Tiongkok, bahkan koper serta mini bag yang dia bawa dari Indonesia juga ikut menuju apartemen ini.
Beberapa kali Jennie nampak kalau sang nenek menekan bel apartemen bernomor 105 itu, lalu tidak lama kemudian keluar lelaki muda nan tampan yang asyik menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil.

Jujur saja Jennie terpesona akan ketampanan lelaki bernama Winwin itu, kalau boleh Jennie langsung ingin menyerobot memeluk tubuh atletis lelaki itu yang sekarang hanya terbalut kaos putih.

“Oh ternyata nenek, mari masuk.” ajak Winwin kala menyadari siapa yang memencet belnya berulang kali.

Nenek menggeleng, lantas tersenyum lalu melirik ke arah Jennie yang sekarang sedang duduk diatas kopernya. “Nenek cuma mau mengantarkan cucu nenek yang akan jadi murid kamu,” Winwin mengangguk mengerti.

“Nah Jennie ini guru les kamu, nenek harap kamu jangan nakal disini, karena kamu akan tinggal disini. Nak Winwin juga sudah setuju. Kamu bakal nenek jemput lagi kalau kamu sudah fasih berbahasa Mandarin.” kata nenek santai mengabaikan Jennie yang terkejut syok.

Setelah dirinya diusir dari Indonesia lantas dia ditelantarkan di apartemen milik guru les privat nya?














—————————

Beberapa saat setelahnya....

“Jennie cara bacanya itu bukan kaya gitu! Harusnya Zai Jian! Pakai Z bukan S! Coba ulangi!”

Mendengar perkataan Winwin bukannya malah menurut untuk mengulang, Jennie malah mengerucutkan bibirnya bosan.

“Jennie!” panggil Winwin dengan nada yang dinaikkan

“Apa hah!” balas Jennie tak kalah tinggi

Dalam sekejap Winwin langsung menciut dan kembali ke nada awalnya.

“Coba ulangi kata tadi, saya mau mendengar.”

Sudah dengan sabar Winwin menunggu Jennie untuk mengulang, namun yang dia dapat dari menunggu hanyalah keheningan.

“Jennie! Saya suruh kamu ulangi! Kalau kamu tidak mau maka akan saya beri hukuman!”

Jennie tetap saya menyeleweng tak peduli, malah fokus menonton kartun cocomelon yang muncul saja dari televisi yang ia hidupkan.

Mendapati Jennie yang tetap acuh, lelaki muda itu menghela napas lelah. Meregangkan jari tangannya bersiap untuk menyeret Jennie menuju kamar miliknya.

“EH EH EH! OI MAU DIBAWAA KEMANAAA SAYA INIIII!!” teriak Jennie kaget karena lengannya ditarik tiba-tiba.

“Ke kamar! Karena kamu engga mendengarkan perintah saya, hukuman yang saya katakan itu akan dilaksanakan sekarang!”

“Satu hal yang harus kamu tahu Jennie, saya engga pernah main-main!”




















Bersambung...

Jennie ft Boy [oneshoot] (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang