3. Yeonjun

1.5K 100 11
                                    

Gara-gara ke warung soto!

Gara-gara ke warung soto!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeonjun  Avantera

Yeonjun  Avantera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Soraya Jennie

----------------




Sedikit ku jelaskan tentangku dan kamu, agar seisi dunia tau”


Yeonjun, Yeonjun Avantera. Sosok lelaki yang berhasil membuatku kembali bangkit dari kegelapan, sosok yang berhasil memulihkan senyumku, membuat jantung serta nadiku kembali berdetak. Membuat tubuhku yang letih lesu ini kembali penuh dengan energi positif.

Bahkan rasanya separuh hidupku diisi oleh dia, aku berhutang. Berhutang kebahagiaan padanya, pada Yeonjun. Hampir setiap tahun, bulan, hari, jam detik ku lalui bersamanya. Yeonjun orang baik, tetapi hanya padaku....ups

Besar dari keluarga yang kurang harmonis membuat kita merasa se- frekuensi. Berbagi cerita bagaimana langkah-langkah kedua orang tua mengambil benda dan mulai memukuli mereka, bahkan disaat mereka tidak bersalah hukuman akan datang setiap hari.

Yeonjun menguatkan diriku, dan aku—Jennie menguatkan lelaki tampan tersebut.











“Keras kepalaku sama denganmu, caraku marah caraku tersenyum.”

“Seperti detak jantung yang bertaut, nyawaku nyala karena denganmu.”




2018, Yogyakarta

Hari ini Jennie serta Yeonjun berada di halaman depan rumah sederhana yang dipenuhi tanaman yang membuat sejuk, dengan Jennie yang menggerutu kesal sementara pemuda disampingnya hanya fokus terhadap handphonenya.

“Yeonjun kenapa sih jemput Jennie pagi banget, padahal ini masih jam 6 tau!” celoteh gadis itu. Netranya beralih menatap Yeonjun dan mendapati dasi lelaki tersebut berantakan.

Gadis itu berdecak heran, kenapasih pemuda dihadapannya ini sangat acuh dengan penampilan dirinya sendiri. “Kamu kebiasaan deh, nanti dihukum sama pembina OSIS ngamuk-ngamuk engga terima. Padahal sendiri salah,” lagi. Jennie berceloteh akan keacuhan Yeonjun.

“Biarin, wle.” akhirnya pemuda itu menyahut, memasukkan handphone yang terbalut soft case kedalam ransel putih milik Jennie.

Pluk!

“Ngeyel dibilangin! Nanti kalau dihukum jangan cari aku, hadapin aja pembina OSIS yang halal sendiri!”

“Udahlah Jennie berangkat sama ojek aja, males sama kamu!” kaki pendek Jennie hendak melangkah meninggalkan motor beat milik Yeonjun yang terparkir tepat di depan rumahnya.

Namun telat, tangan kekar Yeonjun sudah mengitari pinggang Jennie dengan erat. Lalu dengan mudah pemuda itu mengangkat Jennie dan mendudukkannya diatas jok motor.

“Engga! Sia-sia nanti aku jemput, tapi kamu malah naik ojek! Terus nanti kamu hilang melipir ke toko es krim, terus engga inget sekolah!”

Memakaikan helm pada gadis yang sedang mengerucutkan bibir, gemas. Itu yang dirasakan Yeonjun, setelah bertemu dengan Jennie. Pemuda itu merasa kalau setiap hari perutnya mengeluarkan kupu-kupu.

“Pelit! Yeonjun jahat!”

“Ga peduli!”

Lalu bak orang bodoh, mereka berdua tersenyum sambil tertawa. Perlahan motor beat hitam milik Yeonjun berjalan meninggalkan pekarangan rumah milik Jennie.










“Aku masih ada sampai disini, melihatmu kuat setengah mati.”

“Seperti detak jantung yang bertaut, nyawa ku nyala karena denganmu.”




Gundah, itu yang dirasakan Yeonjun sekarang. Ditinggal pergi tanpa kabar oleh Jennie, perasaannya tidak enak, kepalanya terus dipenuhi dengan pikiran kalau Jennie dalam bahaya sekarang. Dia bingung harus bagaimana, ingin mencari tetapi ia tak tau Jennie pergi kemana. Hanya saja pesan yang dikirim oleh Jennie 3 jam lalu bertuliskan “Yeonjun aku mau ke warung soto deket sekolah, sebentar aja. Kamu gausah ngikut, aku bisa bawa naik angkot kesana!”

Namun saat dia membalasnya, hanya ceklis 2. Lalu saat mengirim pesan lagi, hanya ceklis 1.

Jelas Yeonjun panik, cahaya dalam hidupnya tidak memberi kabar. Tak dirasa air bening itu menetes melewati pipi putihnya.

Dering handphone membuat Yeonjun sadar, tersenyum kala dilayarnya terpampang nama Jennie yang disimpan dengan gambar 🐻.

Namun perlahan senyum itu memudar, saat gendang telinganya mendapati bukan suara Jennie yang dia dengarkan.

“Halo Jennie, kamu kemana aja. Kok lama?”

“Maaf sebelumnya, anda kerabat dekatnya dari pemilik handphone ini?”

“Iya.” perasaan tak enak kembali menghampiri Yeonjun sekarang.

“Pemilik handphone ini sedang dilarikan ke rumah sakit, tolong datang secepatnya. Kerabat anda menjadi korban tawuran antar sekolah Garuda dengan sekolah Mahesa.”

Detik itu juga Yeonjun merasa seluruh raganya direnggut paksa.










•••







Masih terbayang dibenak pemuda itu bagaimana saat dia tiba dirumah sakit, melihat Jennie yang di dorong dengan darah meliputi sekujur tubuhnya menggunakan brankar khusus rumah sakit.

Darah yang menyelimuti wajah cantiknya, bahkan dengan berani darah itu melumuri rambut gadis itu. Yeonjun menangis melihat kondisi Jennie yang mengenaskan, tangannya menggenggam erat tangan milik Jennie yang juga terlumur darah.

Bahkan infus yang telah dipasang tak lekas membuat Jennie membuka mata sepenuhnya. “Y-yeonjun, J-je-jennie min-ta m-maaf. J-je-jennie salah, ninggalin Yeonjun.”

Pemuda itu menggeleng, “Jennie engga salah, jangan tinggalin Yeonjun!”

Tiba di lorong ruang operasi, brankar tetiba dihentikan. Dokter menatap panik kearah Jennie yang sedang terlelap.



















“Kami minta maaf.”

Jennie ft Boy [oneshoot] (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang