SHORT DIRTY STORY [Naémi & Dane 2]

17.4K 443 9
                                    

Naémi &Dane (II)
.
.

Pukul 6 pagi, Naémi dengan wajah segarnya telah berkutat di dapur, sedikit berbanding terbalik dengan Lucy yang hanya diam berdiri mengamati tangannya dan masih dengan wajah bantal. Naémi menggeleng sekali, tangannya mengambil semangkuk bubur yang baru saja ia buat untuk Dane.

"Lucy, antarkan bubur dan obat ini untuk Dane," ujar Naémi. Keadaan mereka saat ini persis seperti seorang ibu yang sedang merawat kedua anaknya.

Lucy berdehem, "Kau saja. Aku belum mandi, bagaimana jika Dane malah mual menghirup bauku."

"Hanya mengantarkan makanan, setelah itu kau bisa keluar. Lagipula aku tidak menyuruhmu mendekati Dane."

Lucy melengos pergi menuju kamarnya kembali setelah melambaikan kedua tangannya pada Naémi. Pertanda wanita itu tidak mau. Naémi melotot, "Hey! Kau harus membayarku untuk merawat Dane!"

Telinga Naémi mendengar gumaman tidak jelas temannya. Ia menghela napas panjang, dengan sedikit terpaksa, kakinya mulai melangkah menuju kamar Dane.

Tok, tok, tok.

Naémi membuka pintu kamar Dane yang tidak terkunci. Kamar pria itu gelap karena cat abunya dan juga gorden yang masih tertutup membuatnya menghalau cahaya matahari. Naémi menemukan Dane masih berbaring miring seperti posisi semalam ketika dirinya meninggalkan pria tersebut.

"Dane," panggil Naémi. Ia meletakkan nampannya di atas nakas di samping kasur Dane. Sebelum dirinya membangunkan Dane, Naemi membuka gorden agar mendapatkan cahaya untuk menerangi ruangan itu.

Naémi berbalik badan dan melihat Dane yang bergerak mengubah posisinya menjadi terlentang. "Bangunlah, aku sudah membuatkan makanan untukmu."

Naémi menarik sedikit selimut yang digunakan Dane, lalu tangannya mengecek suhu badan Dane. Ia menghela napas lega, meski pria itu belum sembuh total, setidaknya, panasnya sudah berkurang.

"Naémi,"

Naémi membantu Dane untuk duduk bersandar. Kedua lengannya melingkar di perut dan punggung berotot pria tersebut. Ketika Dane sudah dalam posisi nyaman, Naémi melepaskan rangkulannya. Hendak bergeser menjangkau mangkuk berisi buburnya, namun lengan Dane yang besar gantian memeluk tubuhnya. Naémi terkesiap kaget. "Bisa tolong lepaskan sebentar?"

"Kau ingin kemana?" Ujar Dane dengan suara serak. Napasnya yang masih terasa sedikit panas berhembus di leher telanjang Naémi.

"Aku hanya ingin mengambil mangkuk di samping—"

"Tidak perlu," Naémi menahan napasnya saat Dane semakin mengeratkan pelukannya. Pria itu menenggelamkan wajahnya di leher Naémi.

"Tapi kau perlu. Kau harus makan," Naémi melepas paksa rangkulan tangan kekar Dane. Ia menggeser posisinya sedikit menjauh, lalu mengambil mangkuk dari atas meja nakas. Setelahnya, Naémi menyuapi pria itu yang mengerutkan hidungnya. "Kenapa? Apa bubur buatanku tidak enak?"

Dane menggeleng, ia membuka mulutnya setiap Naémi menyuapi dirinya. Matanya yang masih sedikit sayu terus menatap Naémi tanpa beralih sedikitpun. Terus begitu hingga suapan terakhir dan Naémi memberikan obat untuk diminumnya.

"Sudah, sekarang kau mandi." Naémi membereskan mangkuk dan gelasnya ke atas nampan kembali. Lalu ia berbalik menatap Dane yang sedang menyibak selimutnya—melakukan apapun yang Naémi perintahkan. "Jika kau masih pusing, aku akan menuntunmu hingga ke dalam. Ayo."

Naémi memapah tubuh besar Dane dengan susah payah hingga ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar pria itu. Naémi mendudukkan Dane di atas closet yang tertutup. Beruntung shower berada di sampingnya, jadi Dane tidak perlu berdiri atau berjalan-jalan untuk mandi.

ONEshoot : Short Dirty StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang