Deru napas Arisha tidak beraturan karena telat sampai ke sekolah. Untunglah, lima menit sebelum gerbang ditutup Arisha sudah tiba di sekolah. Ini karena Remon yang tidak membangunkannya. Padahal, biasanya laki-laki itu membangunkannya bahkan berangkat bersama.
Tanpa menunggu apapun Arisha segera menuju mading, mencari namanya diantara nama puluhan siswa lainnya. Pada deretan nama dua belas ipa dua, disanalah Arisha menemukan namanya.
"Ah, akhirnya kita bertiga sekelas lagi!" seru Celline setelah menyadari ketiganya berada di kelas yang sama.
"Tapi gak enaknya kita harus naik turun tangga," keluh Amara karena letak kelas yang berada di lantai tiga.
"Udahlah, nanti juga terbiasa," jawab Celline hingga tidak lama ia langsung menarik Amara untuk pergi bersamanya. "Eh Ra, lo ikut gue."
"Sha, kita duluan ya!" teriak Celline yang sudah menjauh.
Arisha menggeleng menatap kedua temannya. Tidak terasa ia sudah berada di kelas akhir, rasanya baru kemarin Arisha menginjakkan kakinya di sekolah ini sebagai murid baru.
Arisha membalikkan tubuhnya berniat kembali berjalan. Namun, baru beberapa melangkah, gadis itu berhenti tepat di tengah koridor.
Pandangannya lurus, tatapannya sangat dalam saat kedua netra itu bertemu setelah sekian lamanya. Sampai akhirnya, Arisha menyunggingkan senyuman saat laki-laki itu kembali melangkah untuk mendekatinya.
"Rey."
Bukannya berhenti Rey justru melewatinya begitu saja. Tubuh Arisha menegang, senyuman diwajahnya perlahan memudar. Rey bahkan tidak menoleh sedikitpun ke arahnya. Arisha memandang punggung laki-laki itu yang semakin menjauh.
Mengapa Rey bersikap seolah tidak mengenalnya?
"Rey!" teriak Arisha berjalan lebih cepat untuk mengejarnya.
"Rey, tunggu!"
Arisha kesulitan menyusulnya karena banyaknya siswa yang berkumpul di depan mading. Ketika berhasil keluar dari kerumunan Rey justru sudah hilang dari pandangannya.
Gadis itu mempercepat langkahnya. Arisha sangat yakin bahwa yang ia lihat dalah Rey, sampai akhirnya langkahnya terhenti saat tubuhnya menubruk seseorang. Untunglah orang itu dengan sigap menahan Arisha.
"Arisha? Lo ngapain buru-buru gitu?" tanya Remon.
"Rey, gue tadi liat Rey di sini!" kata Arisha membuat Remon mengerutkan dahi.
"Rey?"
"Iya, Rey. Jelas-jelas tadi dia jalan ngelewatin gue!"
Remon menghela napas. "Sha, Rey gak ada di sini. Dia di luar negri."
"Enggak, Remon. Gue beneran liat Rey tadi. Lo gak percaya sama gue?" tanya Arisha.
"Sha, bukan gitu---"
"Biar gue yang cari Rey sendiri," potong Arisha kembali melangkah pergi begitu saja tanpa menunggu perkataan Remon.
Arisha menaiki undakan tangga terburu-buru menuju deretan kelas dua belas. Membuka pintu kelas satu persatu hanya untuk mencari Rey. Arisha sangat yakin bahwa laki-laki tadi adalah Rey, bukan halusinasinya.
Hampir seluruh kelas dua belas Arisha memeriksanya, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Rey di sana. Arisha menghela napas sebelum melanjutkan langkahnya yang tertunda.
Tubuh seorang laki-laki menghalangi jalannya, begitupun Arisha. Rey, laki-laki itu hanya memandang Arisha datar hingga Arisha segera mendekatinya.
"Rey, lo kenapa? Kenapa lo---"
![](https://img.wattpad.com/cover/284617236-288-k593093.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Arisha!
Roman pour Adolescents"Permohonan maaf lo, gak berlaku buat gue. Sikap lo yang kayak gini, justru nunjukkin kalo lo emang laki-laki rendahan, Darka." Bayang-bayang masa lalu membuat Arisha merasa ragu jika berdekatan dengan Darka. Tetapi sayangnya, Darka selalu mempunya...