P A R T 0 6

5K 473 97
                                        

“Cukup ya. Gue gak mau, dan gue gak bisa ngelakuin ini!”

“Ra, dengerin gue dulu—”

“Apa? Lo aja yang ngelakuin sendiri, lo jauhin Arisha dari Rey sejauh yang lo mau. Lo bebas ngelakuin apapun karna lo kakaknya kan?”

Langkah Arisha terhenti memandang kedua sejoli tengah berdebat hebat di halaman rumahnya, terlebih mereka membahas tentang dirinya dan juga Rey.

“Amara, jangan marah. Gue cuma minta tolong lo buat Arisha ngerti, lo sahabatnya dan lo paling deket sama Arisha. Gue gak bisa percaya sama Rey,” ujar Remon, nada bicaranya begitu rendah. Laki-laki itu berusaha menahan diri agar tidak terbawa emosi.

“Seenggaknya biarin Arisha ngelakuin apa yang dia mau dulu, Leo. Sebelum ini Arisha cuma deket sama Darka, kehadiran Rey bisa mengobati luka Arisha.”

“Iya, tapi---”

“Gue akan jauhin Rey.” Arisha memandang Remon dengan lekat, namun tatapannya begitu datar.

“Gue turutin kemauan lo, asal jangan paksa temen gue atau bahkan temen lo lagi. Bisa kan?”

Baiklah, Arisha akan mengalah. Jujur saja, Arisha tidak tahan dengan semua ini. Kali ini ia akan menuruti permintaan Remon. Ya, sekali ini saja.

“Lo marah sama gue?” tanya Remon karna Arisha yang tiba-tiba menurutinya.

“Gue jauh lebih marah kalo lo nyuruh temen gue kayak gitu,” jawab Arisha memandang keduanya bergantian. “Gue masuk dulu.”

Kepergian Arisha membuat Amara kembali menatap Remon.

“Liat, Arisha udah nurutin permintaan lo. Semuanya udah beres kan? Gue mau pulang.”

“Amara ....” Remon menarik satu tangan Amara, ia memandang gadis itu dengan memberikan senyuman hangat. Tidak lama Remon mengacak rambut Amara dengan gemas.

“Jangan marah, nanti tambah cantik, Sayang. Gue anter pulang ya?”

Gadis itu menghela napas. Ya, Remon selalu dapat meredakan rasa kesalnya seperti ini.

Arisha meneguk air untuk melepas dahaganya. Saat ini sudah sore, namun sejak tadi Remon tidak menampakkan dirinya. Hingga tidak lama ia menyadari kehadiran Remon yang saat ini duduk di kursi meja makan. Arisha meletakkan gelas tersebut di atas meja karna sejak tadi Remon memandangnya terang-terangan.

“Kenapa?” tanya Arisha.

“Lo yang kenapa? Tiba-tiba nurut sama gue, aneh banget,” ujar Remon masih memandang Arisha penuh tanya.

“Lo sendiri kenapa harus minta temen gue, dan temen-temen lo buat jauhin gue dari Rey? Padahal dulu lo baik-baik aja sama Rey, kenapa sekarang lo seolah benci sama dia?”

“Gue gak benci, tapi berhati-hati. Berkali-kali lo hampir mati, Sha. Kali ini gue mohon, percaya sama gue. Kalo semuanya emang bener baik-baik aja, lo boleh kok deket lagi sama Rey. Ralat, lo boleh deket sama siapapun asalkan mereka orang baik.”

Remon bangkit dari duduknya, ia mendekati Arisha hingga keduanya saling berhadapan. “Gue gak mau kejadian dulu terulang lagi. Lo bisa kan percaya sama gue?”

Be Mine, Arisha!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang