P A R T 0 4

6.4K 551 52
                                        

Seorang gadis bergerak menjauh setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan untuknya. Setelahnya, ia menggeleng kuat.

“Enggak, gue gak bisa ngelakuin itu.”

Laki-laki yang berdiri di hadapannya menghela napas. “Lo harus ngelakuin itu.”

“Enggak! Itu sama aja gue bohongin sahabat gue sendiri,” balasnya menolak permintaan yang diberikan laki-laki itu.

“Dengerin gue, saat ini lo harus dengerin semua permintaan gue. Selama ini gue gak pernah minta apapun kan? Jadi, gue mohon. Jaga rahasia ini.”

“Pasti ada cara lain, kita gak harus gunain---”

“Cuma ini caranya. Lo gak harus berbuat apa-apa. Lo cuma harus rahasian ini semua. Lo bisa kan?”

Gadis itu terdiam bersama pikirannya sendiri. Memikirkan apa yang mungkin dilakukannya akan berakibat fatal. Tanpa sadar kedua tangannya terkepal karena merasa sulit mengambil keputusan. Terlebih, apapun yang terjadi, ia tidak dapat melangkah mundur dari laki-laki ini.

“Kenapa lo bertindak sejauh ini? Lo harus tau---”

“Lo tau sekarang keadaannya seperti apa, seenggaknya biarin gue ngelakuin ini,” jawabnya yang lagi-lagi membuat gadis itu terdesak.

Ia melangkah mendekati laki-laki itu, menatapnya penuh pertanyaan dan ketidakpercayaan. Untuk sesaat keduanya saling memandang satu sama lain dengan jalan pikiran yang berbeda sampai akhirnya gadis itu yang berbicara.

“Jadi, lo ngelakuin ini semua ... karena Arisha?”

*****

“Sha, ada yang nanyain lo di luar,” ucap salah satu teman sekelasnya yang baru saja memasuki kelasnya.

“Siapa?” tanya Arisha.

“Gue gak nanya namanya, lo temuin aja sana.”

Arisha mengangguk dan segera beranjak pergi ke luar kelasnya. Sesampainya, disaat yang bersamaan Rey membalikkan tubuhnya. Laki-laki itu menyunggingkan senyuman saat tatapan mereka bertubrukan.

“Rey?”

Arisha terkesiap karena Rey menemuinya. Sebelum melangkah, Arisha melihat sekitar memastikan keberadaan Remon yang mungkin ada di dekatnya.

“Udah bel, lo gak mau ke kantin?” tanya Rey yang sebenarnya merasa ragu untuk bertanya.

“Ehm, g-gue ini mau ke kantin kok, tadi gue beresin buku dulu di kelas,” jawab Arisha.

“Mau ke kantin bareng?”

“Boleh,” balas Arisha tersenyum tipis.

Setelah cukup lama Arisha mengaduk minumannya, Rey belum juga memulai pembicaraan sejak mereka memasuki kantin. Begitupun Arisha. Tentu saja, Arisha benar-benar merasakan kecanggungan diantara mereka. Arisha bahkan masih belum mengerti mengapa Rey secara tiba-tiba mengajaknya ke kantin seperti ini di saat laki-laki itu tidak mengenalinya.

Ya, untuk sesaat Arisha melupakan larangan Remon yang memintanya untuk menjauh dari Rey.

“Gue boleh nanya sesuatu?” tanya Rey yang akhirnya memulai pembicaraan.

“Boleh, kenapa?”

“Kita udah kenal berapa lama?”

“Sejak gue pindah ke sekolah ini, hampir setahun,” jawab Arisha.

Arisha memperhatikan Rey yang kembali terdiam. Terlihat laki-laki itu seperti berusaha untuk mengingatnya. Arisha yang teringat perkataan Rey dulu, tersenyum tipis.

Be Mine, Arisha!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang