Gais aku cuma mau bilang, kalo kalian merasa alur cerita ini tidak sesuai ekspetasi kalian, kalian boleh kok gak lanjut baca. Aku tau setiap orang punya minat baca yang berbeda, kalo sekiranya kalian gak suka sama alurnya ya udah stop aja. Jangan memberi komentar yang bikin penulis down. Bisa kan ya?
Mohon pengertiannya ya, soalnya mood menulis aku tergantung komentar kalian :)
So, happy reading :)
****
“Belum dua puluh empat jam kamu di sekolah sebagai senior, dan sekarang kalian langsung buat ulah?”
Remon dan Rey berhadapan langsung dengan guru BK, keduanya terdiam tanpa ada yang berniat menjawabnya.
“Seharusnya kalian berikan contoh yang baik, bukannya bertengkar seperti itu.”
Tatapan Pak Bagas kini terkunci pada Remon. “Kamu Remon, catatan keburukan kamu itu sudah numpuk. Kamu gak takut jika tidak lulus? Kelas akhir ini satu-satunya kesempatan kamu untuk memperbaiki sikap kamu.”
“Iya, Pak,” balas Remon singkat.
“Kenapa kamu bertengkar dengan Rey? Setelah Darka, sekarang kamu bermusuhan dengan Rey? Tidak habis pikir saya sama kamu, Remon.”
“Ya gak usah mikirin saya, Pak,” jawab Remon.
“Remon!” Sang empu nama meringis karena teriakan yang mampu membuat telinganya berdengung.
“Kita salah paham aja, Pak,” ujar Rey.
“Salah paham? Sampai harus baku hantam seperti itu?”
“Bener kok, Pak. Kita cuma salah paham,” tutur Rey.
“Yasudah kali ini saya maafkan, saya gak mau dengar kalian bertengkar lagi. Terutama kamu, Remon. Berhenti membuat masalah,” kata Pak Bagas.
“Iya, Pak.” Remon berdiri diikuti Rey yang berjalan di belakangnya, namun sebuah suara menghentikan mereka.
“Oh iya.” Rey dan Remon kembali membalikkan tubuhnya memandang Pak Bagas.
“Jangan lupa bersihkan seluruh toilet sebelum pulang sekolah. Sekarang kalian boleh pergi.”
****
“Jadi maksud lo, gue selalu jaga Arisha bahkan gue yang nyelametin dia waktu kecelakaan?”
Gema mengangguk membalasnya, memandang Rey yang tengah berpikir bingung. Saat ini mereka berada di rumah Saka sesuai permintaan Gema. Setelah pertengakarannya dengan Remon, Gema memang meminta agar mereka berkumpul setelah pulang sekolah.
“Paling parahnya lo sering berantem sama Darka, ya walupun gue tau sikap Darka keterlaluan tapi lo yang biasanya gak pernah ikut campur urusan orang, malah rela belain Arisha habis-habisan,” tutur Gema menjelaskan.
“Sikap Darka keterlaluan? Keterlaluan gimana maksud lo?” tanya Rey.
Gema beralih menatap Saka, seolah bertanya apakah ia harus menceritakannya. Sampai akhirnya Saka yang menjawab.
“Darka benci Arisha, intinya mereka berdua punya masalah pribadi yang kita sendiri gak tahu pasti,” ujar Saka.
“Gue bener-bener gak inget itu semua,” ucap Rey memijat keningnya yang terasa pening.
“Mau gue anter ke Dokter? Gue takut---”“Enggak, gak usah. Dokter pernah bilang kemungkinan ingatan gue gak bisa sepenuhnya pulih dengan cepat setelah koma. Gue jawab baik-baik aja karna gue rasa gue inget semuanya, tapi kenyataannya ....” Rey menggantungkan ucapannya seraya berpikir. “Biar nanti gue sendiri yang temuin Dokter dan minta resep.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Arisha!
Teen Fiction"Permohonan maaf lo, gak berlaku buat gue. Sikap lo yang kayak gini, justru nunjukkin kalo lo emang laki-laki rendahan, Darka." Bayang-bayang masa lalu membuat Arisha merasa ragu jika berdekatan dengan Darka. Tetapi sayangnya, Darka selalu mempunya...