P A R T 0 7

5K 476 55
                                    

“Darka ... dia ada di belakang lo.”

Rey membalikkan tubuhnya mengikuti arah pandang Arisha, benar saja Darka berdiri tidak jauh darinya. Cukup lama mereka hanya diam dalam posisi yang sama sampai akhirnya Darka berjalan kearah keduanya.

Darka mengulurkan tangan pada Rey. “Apa kabar?”

Setelah tersadar Rey membalas uluran tangan tersebut. “Baik, lo gimana?”

“Baik.” Darka mengalihkan pandangan kearah Arisha. “Kabar lo baik, Sha?”

“B-baik,” balas Arisha gadis itu masih tidak mempercayai apa yang ia lihat.

Darka terkekeh pelan menyadari keadaan diantara mereka sangat canggung. Kondisinya seperti mereka baru saling mengenal padahal Darka belum lama meninggalkan mereka.

“Canggung banget,” gumam Darka dengan nada suara merendah, ia kembali menatap Arisha.

“Remon, ada?”

Arisha menggeleng. “Dia belum lama pergi.”

“Kalo gitu ... gue boleh ngomong sama lo?” tanya Darka.

“Lo mau ngomong apa sama Arisha?” Nada bicara Rey terdengar dingin, dan Darka menyadari hal itu.

“Ini urusan gue sama Arisha.”

“Kalo lo berurusan sama Arisha, apa susahnya ngomong di sini? Gue juga lagi berurusan sama Arisha, kenapa gak bareng-bareng aja?”

Darka menghela napas panjang. Entah Rey yang tidak memahami ucapannya, atau Rey sengaja mencegahnya berbicara dengan Arisha. Darka tidak dapat mengetahui apa isi pikiran laki-laki itu. Namun tetap saja, Darka berusaha agar tidak terbawa emosi.

“Gue cuma mau ngomong sama Arisha, kenapa sikap lo seolah-olah ngelarang gue?”

“Rey---” Arisha tidak dapat melanjutkan ucapannya karna Rey lebih dulu membelakangi tubuhnya. Posisi Rey saat inu berada di tengah-tengah antara Arisha dan Darka.

“Urusan Arisha, urusan gue juga,” tegas Rey.

“Terserah,” balas Darka singkat namun melangkah mendekati Arisha, hal itu membuat Rey segera menahannya.

“Menjauh dari Arisha,” ucap Rey tajam.

“Gue gak mau berantem sama lo, Rey,” geram Darka sejak tadi berusaha mengendalikan dirinya.

“Sebenernya lo mau apalagi sih sama Arisha? Belum puas sakitin dia? Belum puas lo buat dia terluka gara-gara lo? Sekarang lo mau apa lagi?” cecar Rey.

“Udah gue bilang, ini urusan gue sama Arisha! Berhenti ikut campur, Rey!” Darka menaikkan nada bicaranya, tatapannya teralihkan pada Arisha.

“Apa Rey udah sepenting itu sampai dia berhak ikut campur urusan kita, Sha?”

Tatapan Arisha bertubrukan dengan Darka, saat ini Darka menatapnya dengan tatapan teduh. Arisha bahkan tidak mengetahui sudah berapa lama Darka tidak menatapnya seperti itu.

“Gak usah sandiwara, lebih baik lo pergi dari sini,” ketus Rey seolah tidak membiarkan Arisha menjawab pertanyaan dari Darka.

“Lo gak bisa melangkah terlalu jauh, Rey. Lo lupa, kalo lo gak punya hak?” tanya Darka.

“Gue punya hak di sini!”

Darka tersenyum miring, ia mendekatkan wajahnya pada Rey dan berbisik. “Posisi kita, sama di mata Arisha.”

Kedua tangan Rey terkepal kuat, tatapannya menajam saat tatapannya bertemu dengan Darka. Amarah semakin menjadi ketika mendengar perkataan Darka selanjutnya.

Be Mine, Arisha!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang