P A R T 1 5

7.5K 384 140
                                    

Bel pulang sudah berbunyi, di ruangan kelas hanya ada Rey, Gema, dan Saka. Tentu saja Darka berada di kelas yang berbeda darinya, dan Remon sudah keluar kelas sejak tadi. Gema berdeham seraya memandang Saka dan Rey bergantian.

“Kita udah lama gak ngumpul, gimana kalo nanti malam ngumpul di rumah Darka?” tanya Gema.

Saka mengangguk. “Boleh, gue juga gak ada acara malam ini.”

“Lo gimana, Rey? Pasti bisa kan? Kita udah lumayan lama loh enggak---”

“Gue kayaknya gak bisa ikut, sorry ya,” potong Rey melenggang pergi begitu saja membuat Saka dan Gema saling memandang.

“Bukan gue aja yang ngerasa aneh kan?” Saka menggaruk tengkuknya.

“Udahlah, mungkin dia emang gak bisa. Kita susul Darka aja,” ujar Gema yang dibalas anggukan oleh Saka.

Di sisi lain Arisha memasukkan alat tulisnya ke dalam tas, setelah ia selesai ia mengambil almamater milik Darka yang diberikan laki-laki itu kepadanya beberapa waktu lalu untuk menutupi seragamnya yang basah. Arisha mengerutkan dahi karna rupanya Darka sudah tidak ada di kelas, entah kapan laki-laki itu pergi.

“Sha, udah selesai?” tanya Amara.

Arisha mengangguk dan mengambil tasnya. “Udah, ayok.”

Setelah keluar kelas, mereka kini berjalan beriringan di koridor. Amara menoleh kearah Arisha namun terus berjalan.

“Lo beneran gak kenapa-kenapa karna kejadian tadi? Ini pertama kalinya ada yang berbuat kayak gitu sama lo setelah Saras,” ucap Amara dengan berhati-hati.

“Enggak kok, tapi gak tau setelah nanti gue dipanggil ke ruang BK,” kekeh Arisha karna ia sangat yakin besok bukanlah hari yang baik untuknya.

“Tapi gue seneng lo bisa balas Sasha kayak gitu, lo orang pertama yang berani ngelakuin itu ke dia.”

“Lo serius?” tanya Arisha.

“Iya, selama ini gak ada yang berani bicara walaupun Sasha semena-mena. Dia selalu gunain jabatan bokapnya biar gak ada yang berani sama dia,” jawab Amara tentang apa yang ia dengar mengenai gadis itu.

“Tapi kok lo bisa tau kalo Sasha itu perokok? Lo bahkan tau soal universitasnya nanti di luar negri. Lo tau dari mana?”

“Itu gue gak sengaja denger tentang Sasha waktu gue di toilet, udah lama sih gue dengernya. Tapi tetap aja gue gak nyangka dia bakal ganggu gue kayak tadi,” ujar Arisha tersenyum miris.

“Iya sih, lo bener. Gue gak kaget sih tentang Sasha, tapi gue rasa lo juga harus hati-hati.”

Arisha mengangguk setuju. “Oh iya, Celline udah pulang duluan, Ra? Gue dari tadi gak ngeliat dia.”

“Iya, Sha. Tadi dia buru-buru pulang, jadi gak sempat---loh itu Rey, Sha! Dia berantem sama Darka!” pekik Amara hingga Arisha mengikuti arah pandangnya dan benar bahwa keduanya tengah bertengkar.

Tanpa menunggu Arisha segera berlari ke arah mereka, ia memandang Darka dan Rey bergantian. Wajah keduanya terdapat lebam, namun Darka masih terlihat marah bahkan tatapannya begitu tajam.

“Gue muak sama lo, Rey! Lo sengaja kayak gini biar gue keliatan buruk di depan Arisha kan? Udah gue bilang, lo harus berhenti!” teriak Darka.

“Berhenti? Harusnya gue yang marah, lo gak berhak ada di sini, Darka! Lo itu gak tau malu! Luka Arisha bahkan belum sembuh, bisa-bisanya lo deketin dia lagi,” decih Rey tajam.

“Sebelumnya lo gak pernah anggap keberadaan Arisha, tapi setelah lo sadar sekarang lo mau deketin Arisha lagi seolah gak ada apa-apa?”

“Lo gak pernah ikut campur sejauh ini tentang gue dan Arisha, Rey! Kenapa lo jadi kayak gini! Sejak kapan lo berubah hah?!” sentak Darka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be Mine, Arisha!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang