Arisha membaring tubuhnya di atas ranjang kamarnya. Pikirannya kembali teringat pada apa yang dikatakan Remon kepadanya siang tadi. Mengapa segalanya menjadi rumit seperti ini?
"Leo pasti punya alasan ngelarang lo buat deket sama Rey, Sha."
Arisha menoleh ke arah Amara yang duduk di sisi ranjangnya. Malam ini Amara memang berada di rumahnya, Remon berniat pergi keluar bersama Amara. Namun Amara justru menemuinya setelah mendengar penjelasan Remon. Arisha mengubah posisinya menjadi duduk, dan memandang gadis itu.
"Apapun alasannya, lo pikir itu yang terbaik?" tanya Arisha menghela napas berat. "Gue berasa jahat sama Rey, Ra. Kesannya, setelah Rey nyelematin gue, gue malah menjauh dari dia."
"Tapi gue percaya kok apa yang dilakuin Leo. Sha, gue gak bilang kalo Rey cuma pura-pura amnesia. Tapi gak ada salahnya kan lo ikutin apa saran dari kakak lo sendiri?"
"Gue percaya Rey, Ra. Kalo emang Rey pura-pura, dia pasti punya alasan. Tapi gimana kalo seandainya Rey emang bener-bener amnesia karna kecelakaan itu? Kecelakaan itu terjadi karna gue," ujar Arisha pelan.
"Saat ini gue cuma bisa bilang, turuti apa kata Leo. Karna kita gak tau nyawa lo bener-bener aman atau enggak setelah tragedi kecelakaan itu," ucap Amara membenarkan.
Amara mengusap bahu Arisha. "Lo gak usah khawatir, gue bakal coba bicarain baik-baik sama Leo, dan cari solusi lain."
Arisha mengangguk. "Thanks, Ra."
"Gue pergi dulu ya? Leo udah nungguin di bawah." Amara melangkah pergi meninggalkan Arisha yang hanya berdiam diri menatap kepergiannya.
Mungkinkah ada solusi lain selain menjauh dari Rey?
*****
"Lo serius nyuruh kita jauhin Rey dari Arisha?"
Remon mengangguk membalas pertanyaan Saka. "Iya."
"Kenapa?" tanya Gema.
Remon memandang Saka dan Gema bergantian. Ya, ia sadar meminta kedua laki-laki itu untuk menjauhi Rey dari Arisha. Perkataan Remon pada Arisha, Remon sungguh membuktikannya.
"Itu yang terbaik buat mereka," jawab Remon.
"Terbaik buat siapa maksud lo? Arisha?" Gema kembali membalas ucapannya.
"Lo paham maksud gue. Cuma itu permintaan gue, pastiin aja itu terjadi," kata Remon berbalik berniat pergi namun lagi-lagi perkataan Gema menghentikannya membuat Remon kembali menatap laki-laki itu.
"Gue gak setuju lo bilang ini yang terbaik. Ya, mungkin emang terbaik buat Arisha. Tapi Rey? Lo sadar, Mon?"
"Karna gue sadar, makanya gue minta kalian buat jauhin Rey dari Arisha," desis Remon yang mulai menahan amarah.
Gema menggeleng tidak percaya, berbeda dengan Saka yang sama sekali tidak berani mengucapkan sepatah kata pun karena memang ia menyadari bahwa keadaan sekitarnya mulai mencekam. Sepertinya tidak lama lagi akan ada perkelahian. Saka segera menahan Gema yang melangkah mendekati Remon, namun Gema menepisnya seolah tidak lagi menganggap kehadiran Saka di sana. Syukurlah mereka sedang berada di rooftop, sehingga tidak perlu menjadi pusat perhatian.
"Apa kalo Darka ada di sini, lo bakal jauhin dia dari Arisha juga?"
"Ini bukan saatnya bahas---"
"Kita semua tau. Antara Rey dan Darka, yang paling nyakitin Arisha itu Darka. Tapi kenapa lo malah jauhin Rey dari Arisha?" cecar Gema.
Remon terdiam, pertama kalinya melihat Gema yang menatapnya nyalang. Karena selama ia mengenal Gema, Gema adalah yang paling dewasa diantara mereka. Jika mereka bertengkar, pasti Gema yang akan melerainya.
"Sikap kasar Darka, segala ucapannya, dan cara gimana dia perlakuin Arisha. Siapa yang selalu ada buat Arisha saat itu?"
Kedua tangan Remon terkepal, saat itu Remon belum mengetahui tentang hubungannya dengan Arisha sehingga ia tidak menganggapnya penting. Namun siapa yang tahu, keadaannya kini berbalik.
"Rey, cuma Rey yang peduli sama Arisha. Gue masih inget jelas, gimana susahnya gue misahin Rey dan Darka waktu mereka berantem. Gak cuma itu, Rey bahkan harus ngalamin kecelakaan," tutur Gema mulai merendahkan nada suaranya.
"Ge, udah," ucap Saka mencoba menarik Gema kembali, mengingatkannya untuk berhenti.
"Gak sepantasnya lo halangin jalan mereka berdua, kita tau kalo Rey butuh Arisha, begitupun sebaliknya. Apapun hubungan mereka, menurut gue itu gak penting. Karena yang penting, keberadaan mereka," ujar Gema.
Remon tidak lagi menatap Gema, laki-laki itu membuang pandangan ke arah lain. Apa yang dikatakan Gema, memang benar adanya. Namun, Remon hanya melakukan apa yang menurutnya benar untuk saat ini. Kecelakaan yang menimpa Arisha, masih menjadi trauma bagi Remon. Remon tidak ingin hal buruk menghampiri adiknya.
"Kali ini, gue yang halangin kalo lo mau misahin Rey dari Arisha. Lo gak perlu khawatir Arisha dalam bahaya, Rey udah buat gue janji untuk jagain Arisha sebelum dia kecelakaan," ucap Gema.
Remon yang terkesiap mendengarnya kembali menatap Gema. "A-apa? Tapi kenapa---"
"Seberapa deket gue sama Arisha?" tanya Rey yang tiba-tiba berada tidak jauh darinya. Rey melangkah mendekati mereka dengan penuh tanda tanya pada Gema.
"Jawab gue, seberapa deket gue sama Arisha? Gue gak mungkin minta lo jagain Arisha kalo gue cuma sekadar kenal dia kan?" lanjut Rey.
Gema menghela napas. "Gue gak tau."
Rey mengerutkan dahinya, sampai akhirnya Gema berdecak kesal.
"Gue gak tau karna lo gak pernah cerita hubungan lo sama Arisha," balasnya kesal.
"Kalo gitu kenapa gue minta lo buat jaga Arisha?" tanya Rey tengah berpikir, berusaha mengingatnya.
"Kalo dibilang temen doang ya ... sikap lo nunjukkin kalo itu lebih dari temen. Dibilang pacaran ... tapi kan---mending lo tanya Arisha langsung deh," ucapnya pada Rey karena faktanya Gema tidak dapat mendeskripsikan hubungan mereka lebih jelasnya seperti apa.
Rey terdiam mencerna perkataannya, mungkinkah itu artinya ia memang berteman dekat dengan Arisha?
"Gak perlu." Perkataan Remon menghentikan Rey yang berniat pergi menemui Arisha.
"Gak perlu, karna gue gak ngizinin lo buat ketemu adik gue," tegas Remon.
"Adik?" Rey menaikkan sebelah alisnya, kini ia memberikan tatapan penuh tanya pada Gema. Rey yang mengerti hanya mengangguk perlahan.
Gema memandang Remon tidak percaya. Laki-laki iti benar-benar keras kepala, semua yang ia katakan Remon seolah tidak berarti apa-apa baginya.
"Lo bener-bener ...." Gema menggelengkan kepalanya memandang Remon.
Untuk sesaat keadaan hening bersamaan dengan Remon dan Rey yang saling memandang satu sama lain. Namun, tanpa mengatakan apapun Rey berbalik pergi begitu saja. Rahang Remon mengeras, ia sangat yakin bahwa Rey akan menemui Arisha.
"Berhenti," tegas Remon berhasil menghentikan langkah Rey. "Berhenti selagi gue minta secara baik-baik, Rey."
Rey membalikkan tubuhnya, dan membalas tatapan Remon yang tersirat menahan amarah. Meskipun begitu, Rey tetap pada tujuannya.
"Lo gak bisa nyuruh gue berhenti, karna cuma Arisha yang berhak hentiin gue," kata Rey sebelum pergi melanjutkan langkahnya yang tertunda.
Karna bagi Rey, ia tidak dapat menyakiti Arisha dengan perubahan yang ada pada dirinya.
•
•
•
Yg nungguin Darka, harap bersabar☺🙏🏻
Yg nungguin cerita ini update, coba absen dulu👇🏻
Jangan lupa spam next biar author semangat nulis 👇🏻
See you next chapter❤
21 Mei 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine, Arisha!
Fiksi Remaja"Permohonan maaf lo, gak berlaku buat gue. Sikap lo yang kayak gini, justru nunjukkin kalo lo emang laki-laki rendahan, Darka." Bayang-bayang masa lalu membuat Arisha merasa ragu jika berdekatan dengan Darka. Tetapi sayangnya, Darka selalu mempunya...