★ 55 ★

395 51 12
                                    

Saat ini Yansa tengah berada di kantor tempat Lucas bekerja. Ia langsung pergi ke sini setelah mendapat banyak notifikasi dari Lucas yang tak terjawab. Dan ini pertama kalinya Yansa datang ke sini.

"Duduk" ucap Lucas datar karena sedari tadi Yansa masih berdiri dekat pintu. Pandangannya masih pada berkas di depannya.

"Udah puas bareng Soobinnya?" nada bicara Lucas memang terdengar santai, namun ada penekanan di setiap kata.

"Gue ga bareng Soobin"

Lucas menaruh bolpoin yang digenggam secara kasar. "Coba jujur"

Yansa menghembuskan nafas sebelum menjawab, "Iya, gue nemenin Soobin. Dia sakit"

"Terus kenapa ga ngangkat telepon?"

"Hpnya mati"

"Jangan banyak alesan"

"Tapi gue jujur!"

"Seneng banget ya bisa berduaan sama Soobin, seharian lebih" Lucas menyunggingkan senyum paksanya.

"Cas, bisa tolong hargai gue? Gue cuma nemenin Soobin, ga lebih dari itu. Gue ada hubungan sama dia pun ga mungkin, lo tau sendiri dia udah ada pacar"

Kesal rasanya saat Lucas tak mempercayai ucapannya. Setelah mengatakan itu, Yansa berdiri dan berjalan ke pintu keluar. Muak jika terus berada di sini.

Namun Lucas tak tinggal diam. Ia berhasil menahan Yansa agar tidak pergi. Memeluknya dari belakang dan menaruh kepalanya pada pundak Yansa.

Posisi seperti ini mengingatkan Yansa pada Soobin tadi pagi yang—

Lupakan. Kenapa pikirannya masih bersama Soobin, sedangkan dia tengah bersama Lucas.

"Gue takut" ucap Lucas dengan suara rendahnya, tangannya semakin erat memeluk.

"Kenapa?"

"Lo bakal pergi dari gue"

Yansa berbalik, menangkup pipi Lucas sambil tersenyum tipis. "Jangan dipikirin lagi. Gue ga kemana-mana"

"Lo emang ga kemana-mana buat sekarang, tapi gatau buat hari besok atau kapan, siapa tau lo bakal pergi."

Lucas memegang tangan Yansa yang menangkup pipinya, menggenggam dengan hangat lalu menatap tepat di matanya.

"Gue ada rencana buat nikahin lo. Lo mau?"

Kenapa tiba-tiba sekali. Yansa bahkan belum berpikir sampai ke arah pernikahan.

Jika dilihat lagi, sorot mata Lucas menunjukkan bahwa ia serius. Lagi pula tidak ada yang salah jika Lucas mempunyai rencana menikah. Namun di hatinya masih tersimpan nama Soobin.

"Kita bicarain lagi lain waktu"










Beberapa hari kemudian...

Soobin. Lagi dan lagi pikirannya hanya berputar mengenai Soobin. Sebenarnya ada apa dengan Yansa? Beberapa hari ini perasaannya tidak enak.

Bukankah seharusnya Lucas lebih pantas untuk ia pikirkan? Namun kenapa hanya Soobin yang terlintas.

Sesaat kemudian lamunan Yansa hancur saat Lucas duduk di sampingnya dengan rambut basah.

"Keringin dulu rambutnya"

Lucas menyerahkan handuk pada Yansa, "Keringin"

Dengan paksa Yansa mengeringkan rambut Lucas. Kenapa sempat keramas malam-malam begini?

Dijodohin: CSB [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang