"Eh ada kurcaci manis," goda seorang anak lelaki kepada teman yang tubuhnya lebih kecil dibanding dengan tubuhnya sendiri. Andarren Daresta namanya, biasa di panggil Darren. Anak laki laki yang masih berusia 9 tahun, dan hanya tinggal di panti asuhan. Darren termasuk anak panti yang cukup nakal, menurut pemilik panti tersebut. Namun mau senakal atau seburuk apapun Darren, pemilik panti tersebut akan tetap merawat bocah tersebut hingga besar dan menjadi orang sukses. Dirinya hanya anak laki-laki yang di tinggal oleh kedua orang tuanya di sebuah panti asuhan yang cukup besar.
Ia tahu, kedua orang tuanya tidak menginginkan nya atau bahkan mereka membenci dirinya."Lagi apa manis?" Tanya bocah itu lembut. Sembari mengibaskan rambut depan nya kebelakang menggunakan telapak tangan nya.
Yang di tanya hanya diam, dengan tatapan kosongnya ia terus menatap ke arah depan. Di kursi taman ini, Ia duduk sendiri. Dan Darren hanya memperhatikan bocah kecil itu dengan polos."Hey manis" tangannya di kibaskan di depan wajah bocah berkacamata bulat itu. Namun tetap dia masih diam. Karena tidak mendapatkan jawaban akhirnya Darren duduk di samping bocah kecil itu. Selisih usia mereka hanya satu tahun, dengan Darren berusia lebih tua. Bocah itu bernama
Rafael Arkana
Dengan rasa kesal nya Darren membuka kacamata kecil itu dan menyembunyikannya di belakang badannya. Rafa yang merasa terganggu akhirnya bangkit dari duduknya dan meninggalkan Darren sendirian di taman itu. Lebih tepatnya di taman panti asuhan, karena anak-anak yang tinggal di sini tidak boleh keluar area panti.
"Kok aku di tinggal sih," gumam nya lirih.
.
.
.
.
."Kurcaci manis kamu kenapa sih?"
Darren bertanya dengan sedikit lebay. "Kok dari tadi cuek terus sama aku." Kesal nya tak tertahan. Coba bayangkan perasaan kalian jika teman dekat kalian tiba-tiba berubah drastis."Manis...." Panggil Darren.
Tidak tahu saja bahwa Rafa kini sedang menahan tangisannya. Bahkan kedua matanya terlihat berair dan memerah.
"Hikss" satu isakan terdengar dari mulut mungil Rafa.
Darren terkejut, "kok nangis, kamu kenapa?" Darren bertanya hal itu malah membuat Rafa semakin menjadi mengeluarkan isakan nya.
Darren memakaikan kacamata yang tadi ia ambil kepada tempatnya lagi."Darren!!" Teriakkan seseorang yang memanggilnya, ah ia lupa bahwa tadi diri nya sengaja menaruh cicak di salah satu piring anak panti.
"Kesini kamu!!" Teriak nya lagi. Darren sudah berancang-ancang ingin kabur, namun salah satu pergelangan tangan nya di cekal seseorang. Rafa yang mencekal nya.
"Lepas, kurcaci manis" kata Darren mencoba melepaskan genggaman tangan Rafa darinya. Namun yang di panggil si kurcaci malah menggeleng dan malah menarik Darren hingga Ia menabrak paha kecil Rafa.
"Ihh kok malah di tarik sih," kesal bocah nakal itu. Ia menjauhkan dirinya dari Rafa.
"Aku nggak mau pergi," katanya membuat Darren. terdiam sekejap.
"Pergi kemana? Tanya Darren, sembari duduk kembali di samping teman nya."Ada yang mau adopsi aku, mereka bakal bawa pergi aku dari sini" Rafa masih menahan tangisannya. Sedangkan Darren diam termenung, siapa yang akan membawa Rafa nya pergi? Kenapa mereka akan membawa Rafa? Apa itu adopsi? Pertanyaan beruntun Darren di pikirannya, membuatnya pusing sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession And Possessive | Taedo
Teen FictionPenyakit obsesi seorang Askara kepada teman dekatnya sendiri, Darren. Ini bxb oke, jangan keras kepala. Kalo keras kepala, mending kepalanya buat saya aja gimana? [End]