Pagi nya, mereka sudah siap dengan semua persiapan nya untuk pindah, seperti yang di katakan Darren kemarin.
Tidak semua barang di bawa, hanya yang penting dan di butuhkan saja. Contohnya, pakaian, dan tentunya yang paling penting adalah black card berisi uang yang jumlahnya tak sedikit.
Bibi Diva sudah tahu, maka dari itu bibi Diva membantu persiapan mereka.
Chris pun tahu, karena Chris lah yang akan mengantarkan mereka menuju tempat tujuan. Semenjak pertemuan kala itu mereka menjadi dekat kembali.
Jujur saja, Chris senang karena mengetahui bahwa Darren dan Deon akan pindah. Merasa ada kesempatan, Chris menawarkan untuk tinggal di rumah nya yang berada di Bali. Dan yang membuat nya lebih senang lagi adalah saat mereka berdua menerimanya dan ingin tinggal bersama. Karena pada dasarnya Chris tak punya teman, di sekolah maupun di rumah. Di sekolah tak ada yang mau menemani nya sama sekali karena Chris sendiri adalah anak dari seorang pembunuh berantai. Mengetahui hal itu, teman-teman Chris menjauh. Karena takut terjadi apa-apa. Sedangkan di rumah, Chris hanya tinggal sendirian di rumah yang bisa dibilang cukup besar.
Hari-hari nya begitu membosankan, karena tak ada yang menemani nya sama sekali. Kedua orang tua nya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka yang sama sekali tak penting menurut nya.
Harapan Chris pada saat itu hanyalah mempunyai seorang teman yang selalu bersama nya dan mendengarkan semua cerita tentang hidupnya selama ini. Sekarang harapan itu terwujud, Tuhan telah mengirimkan dua orang teman yang baik kepadanya. Walaupun saat pertama melihat Darren, Chris merasa bahwa pria itu tak suka dengan nya. Nyata nya, Darren hanya takut adik nya kenapa-napa.
Bukan Chris saja yang senang, Darren dan Deon pun sama-sama senang karena bisa bertemu orang sebaik Chris selain bibi Diva.
.
.
.
.
.
.Di rooftop sekolah Kelvin tampak melamun dengan tubuh nya yang ia sandarkan di pagar pembatas.
Jam pelajaran masih berlangsung, tetapi Kelvin sedang tak enak badan. Maka dari itu ia bolos jam pelajaran.
Namun, bukan nya pergi UKS, Kelvin malah berdiam diri di rooftop. Mungkin hanya sekedar mencari angin.Entahlah, akhir-akhir ini dada nya selalu terasa sakit secara tiba-tiba. Membuatnya sangat tidak nyaman, dan kepalanya menjadi pusing.
Kelvin sangat merindukan Deon yang selama ini entah berada dimana. Menunggu takdir mempertemukan mereka kembali, apakah itu mungkin? atau hanya angan-angan nya saja.
Rasanya Kelvin ingin menangis, mengingat bagaimana ia menyakiti Deon yang tak bersalah. Emosi nya benar-benar tidak bisa di tahan. Menyiksa Deon tanpa ampun, lalu menyesal setelahnya. Menyedihkan sekali bukan.
Rokok yang telah ujung nya ia buang ke sembarang arah. Walaupun dada nya terasa sakit, tetapi ia tetap merokok. Guna menenangkan pikirannya.
Suara langkah kaki terdengar mendekat, Kelvin tidak peduli. Dan memilih melanjutkan menghisap sebatang rokok nya.
Orang tersebut duduk di samping Kelvin, lalu mengambil rokok yang berada di tangan Kelvin dan menghisapnya tanpa rasa bersalah. Membuat Kelvin menoleh dan melihat siapa orang itu.
"Ngapain lo di sini??" Kelvin tampak kesal, karena niatnya ia ingin menyendiri untuk menenangkan pikirannya. Namun seseorang yang ia tak suka malah datang dan menganggu nya.
"Santai bro, gue cuma pengen ngadem doang" kata nya, kembali menghisap rokok yang di ambil nya tadi.
"Mana ada ngadem di rooftop anjir" Kelvin memasang wajah julid nya, aneh sekali pemuda ini, padahal di sini panas sekali cuacanya. Kelvin saja sampai berkeringat saking panas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession And Possessive | Taedo
Teen FictionPenyakit obsesi seorang Askara kepada teman dekatnya sendiri, Darren. Ini bxb oke, jangan keras kepala. Kalo keras kepala, mending kepalanya buat saya aja gimana? [End]