22

965 83 1
                                    

Aska menjambak rambut nya frustasi.
Sudah beberapa hari ini Darren diam, dan tak mau berbicara. Bahkan makan pun harus di paksa. Hal itu membuatnya sangat frustasi.

Setelah kecelakaan yang di alaminya, Darren benar-benar berubah.

Chris dinyatakan meninggal di tempat, sedangkan Deon selamat. Hanya saja adik nya itu terbaring lemah di rumah sakit. Hanya Darren sendiri yang bangun, apakah Deon bisa bangun dari koma nya? Pertanyaan itu selalu terlintas di kepalanya. Darren juga merasa bersalah tentang kematian Chris.

Darren berharap waktu bisa di putar kembali. Apakah bisa?

"Darren makan, gue mohon," Darren masih diam tak menjawab.
Tatapan matanya terus mengarah ke depan. Darren seperti memperhatikan seseorang.

Aska masih memegang semangkuk bubur panas di tangan nya. Masih utuh, sesendok pun belum ada yang masuk ke mulut pemuda itu.

"Darren...."

Darren menggelengkan kepalanya menolak suapan bubur yang Aska berikan. "Deon...." lirih nya pelan.
Aska mengerang frustasi.

Prang

Lelaki itu melempar mangkuk nya, mengenai kepala Darren. Yang membuat kepala Darren penuh dengan bubur yang masih panas, wajah Darren juga terkena hamburan bubur tersebut. Aneh nya, Darren tak bereaksi sama sekali. Tak meringis sedikit pun, padahal itu sangat panas. Apa Darren gila? Atau pemuda itu kebal?

Aska pergi begitu saja, tanpa membersihkan pecahan mangkuk yang berada di atas rambut Darren.

.
.
.
.
.

"Hai Ansel! Apa kabar?" Pemuda yang menyapa duduk di samping makam yang bertuliskan nama seseorang yang selama bertahun-tahun ini mengisi hatinya. 'Ansel Wanara'

"Aku rindu."

Seon mulai menceritakan kehidupan nya selama ini. Hidup tanpa seseorang yang ia cintai di sisinya. Tak ada yang mengerti dirinya selain Ansel, kedua orang tua dan adik tirinya hanya bisa membuatnya sakit dan menangis setiap harinya.

Saat melihat kematian Ansel di depan matanya sendiri. hatinya terasa di tusuk beribu pisau. Mungkin menurut sebagian orang ini lebay. Akan tetapi bagaimana jika kalian berada di posisinya? Ayah kalian menikah lagi dengan sosok wanita yang salah. Seon mengira jika ayah nya menikah, ia akan mendapatkan sosok ibu yang sangat menyayangi nya. Namun semua nya tidak sesuai dengan keinginannya selama ini. Ayah nya sangat cuek dan jarang memperhatikan nya. Hal itu membuat Seon merasa bahwa ayah nya itu tak menyayangi nya sama sekali. Sedangkan adik tirinya? Haris, malah mencintainya sebagai seorang pria bukan kakak.

Setelah Ansel pergi, Seon menjadi sosok yang lebih pendiam. Memang pendiam sih, tapi tidak terlalu parah.
Tak lama Deon hadir dengan semua cerita dan keceriaannya. Membuatnya tersenyum dan cerewet kembali.

Akan tetapi Seon tak menyangka jika Deon adalah objek obsesi dari sahabat kecilnya, Kelvin. Membuatnya harus mengalah membiarkan Deon terjerat dalam neraka yang teman kecilnya itu buat.

Menarik nafas dalam, Seon lantas tertawa. "I Love You" ucapnya di iringi sebuah senyuman yang tampak berbeda dari senyuman sebelumnya.

"Kau mendengar nya bukan? Aku mencintaimu!!"

"Aku tahu kau mendengar nya Ansel! Jadi katakan lah bahwa kau juga mencintaiku!"

"Huh! Rasanya sangat lega karena aku mengungkapkan perasaan ku sekarang, seharusnya aku mengatakannya sejak dulu. Hanya saja.... Aku malu, hehe." jelas Seon kemudian di iringi tawa di akhir kalimat nya.

"Tapi tenang saja!" pekik nya tiba-tiba. "Walaupun kau ada di tanah, aku janji kau akan menjadi cinta pertama dan terakhir ku." Seon meneteskan air matanya. Sedikit drama mungkin bagus pikir nya entah dari mana.

"Aku janji itu," Pemuda itu memberikan jari kelingkingnya di depan makam Ansel. Tapi Ansel tak membalas jari nya itu.

"Aku mencintaimu selamanya" ucap nya sebelum pergi dengan berat hati meninggalkan makam cintanya.

______. ______. ______.

"Bagaimana keadaan Milikku." Aska bertanya dengan menekankan kalimat terakhirnya.

"Kalem cuk, gue nggak bakal ngambil punya lo tenang aja." ucap nya sedikit takut-takut dengan tatapan tajam yang Aska berikan kepada nya.

"Cuma luka dikit di kepalanya, terus muka Darren juga merah- merah." jelas nya kemudian.

Saat Aska keluar dari kamar, ia langsung menelepon teman jurusan dokter nya, yaitu Nevan. Walaupun tampangnya seperti preman, jangan salah Nevan adalah seorang dokter. Berbeda dengan dirinya yang hanya seorang murid SMA. 

"Ka, Darren napa jadi pendiem sih?" Aska menggeleng tak tahu.
Nevan sedikit heran dengan sikap Darren yang sedikit berbeda dengan yang di Bandung. Seperti nya ada sesuatu yang terjadi dengan pemuda itu. Mungkin Darren mempunyai gangguan mental, itu yang ada di pikirannya saat ini.

"Gue yakin dia punya gangguan mental." ucap Nevan sukses membuat kedua bola mata Aska melebar sempurna.

"Gangguan mental?" Si dokter abal-abalan mengangguk.

Aska tersenyum sumringah. "Berarti Darren sama kayak gue punya gangguan mental." Nevan terkejut dengan ucapan Aska yang menurut nya gila tersebut.

"Gue sama Darren sama. Sama-sama punya gangguan mental, haha."

"..."

Nevan Menggeleng tak percaya.
Gila, teman nya ini benar-benar gila.

"Lo masih waras kan?" Nevan menempelkan punggungnya tangan nya di kening milik Aska.

"Siapa yang bilang gue gila?!" Intonasinya berubah menjadi dingin dalam hitungan detik. Si pemuda kalang kabut. Lalu menggeleng.

"Ng-ggak ada" ucap Nevan kepada Aska yang menatapnya tajam.

"Oh iya, lo liat Seon nggak?" tanya Aska, Nevan yang merasa kaki nya pegal duduk di sofa sebelah Aska.

"Seon pulang ke rumah orang tuanya." ucap Key yang tiba-tiba datang dari arah dapur.

"Beneran?" Aska sedikit tidak yakin dengan hal itu.

"Lo ngg-

"Aku pulang," ucapan Key terpotong saat pemuda yang baru saja di bicarakan datang dengan wajah manisnya.

"Udah gue duga." - Aska.

"Loh Seon nggak jadi pulang?" tanya Key.

Seon merebahkan tubuh lelah nya di sofa. lalu memejamkan kedua matanya. "Belum siap kak." ucap nya sebelum benar-benar tertidur di ruang tamu tersebut. 

"Kayaknya dia kecapekan" Aska menggedikan bahunya mendengar ucapan Nevan.

"AKH CAREL BERHENTI SIALAN!!"

"WOY KEY! TOLONGIN GUE"

"SI CAREL KETERUSAN WOY!!"

"LO PASTI DENGER KAN?!!"

"AKHH!"

Teriakan Galen tersebut menggema di seluruh penjuru ruangan. Carel memang gila.

"Kesian kak Galen tolongin tuh kak" titah Aska, Key menggeleng. "Lo aja, kan lo adek nya."

To be continued...

Kayaknya beberapa chapter lagi end.

Semoga aja kalian suka ceritanya.

Bye...

Obsession And Possessive | Taedo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang