15

1K 84 1
                                    

Seperti pagi-pagi biasanya, Darren hanya sendirian terkurung di kamar ini. Aska pergi bersekolah hari ini.
Seharusnya hari ini ada kesempatan untuk dirinya melarikan diri. Aska mengatakan bahwa, Carel, Key, dan Galen akan pergi untuk merayakan acara kelulusan mereka.

Seon akan pulang ke kampung halamannya. Sedangkan Aska dan Kelvin hari ini bersekolah. Otomatis tidak ada siapapun di rumah ini kecuali dirinya dan Deon bukan?
Ini kesempatan bagus.

Tapi, apakah ini akan berhasil. Semoga saja. Jika berhasil, Darren akan membeli rumah dengan uang hasil tabungan nya dan juga Deon.
Mungkin cukup, karena Deon pernah mengatakan bahwa dia mempunyai tabungan yang sangat banyak bahkan cukup untuk membeli rumah.

_____. _____. _____. _____.

Setelah di rasa semua pergi dan tidak ada siapapun di sini. Darren mulai mencari kunci kamar yang di temukan nya di kantung celana milik Aska.

Tenang saja, Aska tidak menyadari bahwa kunci kamar ini hilang satu.

Ceklek

Darren berhasil membuka pintu,
ia mulai berjalan lebih tepatnya berlari kecil menuju ruangan dimana
Deon di sekap.

Saat sudah sampai di depan ruangan tersebut, hati Darren bersorak gembira karena pintu kamar itu tidak
terkunci. Mungkin ini hari keberuntungan nya.

Ceklek

"Deon?" panggil Darren lembut.
Tidak ada jawaban di sana.

"Kak Darren!" Antusias Deon ketika melihat Darren yang masuk ke dalam kamarnya. Sampai-sampai Deon bangun dan berlari ke arah sang kakak, bagian bawah nya sedikit sakit, dan sebelah kaki nya pun yang terluka.

"Eh kaki kamu kenapa?" tanya Darren khawatir.

"Gak apa-apa kok kak, cuman luka dikit aja" Deon memperagakan sedikit tersebut menggunakan jari nya.

"Bohong, pasti ini ulah Kelvin kan?"

Darren juga dapat melihat bercak-bercak merah yang ada di leher Deon, kissmark tersebut sangat kontras dengan kulit Deon yang putih pucat.

Deon diam. Ia tak bisa menjawab apa-apa. Karena pada dasarnya, luka ini memang ulah Kelvin kemarin.

Tidak, ia tidak membuat kesalahan apapun kemarin. Hanya saja, Kelvin melakukan nya dengan sengaja agar Deon tidak bisa kabur dari rumah.

Bahkan Kelvin tidak mengobati luka nya sama sekali, sangat kejam pikirnya. Darah di kaki nya masih sedikit mengalir, karena ini adalah luka sayatan.

"Deon sayang?"

Deon terus menggeleng, ia takut dengan Kelvin. Kemarin Kelvin benar-benar menyakiti diri nya.
Ia benci Kelvin, dan selama nya pun akan tetap begitu.

"Jangan takut, kakak bakal selalu ada buat kamu" Darren mengecup kening Deon. Tetapi Deon hanya diam saja.

Darren berjongkok, berinisiatif untuk menggendong Deon di punggung nya. Karena pada dasarnya Deon akan sulit berjalan, dan itu membuat perjalanan mereka semakin lama.

Darren menarik kedua tangan Deon agar mengalung di leher nya. Dan memegang nya erat, agar tidak terjatuh.

Setelah di rasa cukup aman, Darren mulai menjalankan aksinya untuk kabur dari rumah ini.

_____ _____ _____ _____

"Shei, gue titip Deon di sini dulu ya"

"Bentar doang kok, nggak lama"

"Jangan banyak bicara. Cepatlah jika kau tak ingin Aska dan Kelvin menemukan kalian berdua." Aska menarik kedua belah bibir nya, tersenyum kecil. Sheila memang teman yang bisa diandalkan. Darren berhasil membawa Deon pergi, namun ia malah pergi ke rumah Sheila, salah satu teman
perempuannya. Dan menitipkan adik kesayangannya di sini. Ia akan pergi ke rumah Deon, untuk mengambil uang tabungan milik pemuda itu.

Deon sendiri masih belum mengucapkan sepatah katapun.
Tak apa, setelah mendapatkan uang tabungan Deon dan juga miliknya Darren akan membeli rumah. Lalu tinggal dengan Deon dan merawatnya hingga sembuh.

"Makasih!" Darren berlari keluar area rumah Sheila.

Sheila menatap sendu ke arah Deon yang tertidur pulas di sofa, Sheila mengusap lalu memainkan rambut Deon yang terlihat sangat lucu.

"Tenang. Darren bakal selalu ada buat kamu."

.
.
.
.
.
.

Prang

Darren mengayunkan kayu yang di pakai nya untuk menghancurkan jendela rumah Deon.

Seharusnya salahkan Deon, tidak ini bukan salah Deon juga. Kunci rumah ini hilang atau mungkin Kelvin yang mengambilnya.

Dengan perlahan Darren mulai memasuki jendela, ini sangat sulit dari dugaannya.

"Shhh" ringis Darren, kala telapak kaki nya menginjak kaca bening yang hancur.

Darah mulai bercucuran di lantai, tapi Darren tak peduli. Yang di pikirkan nya hanyalah uang untuk membeli rumah baru. Ia mulai pergi ke kamar Deon, dan mencari kaleng yang dulu pernah Deon tunjukkan kepadanya. Untung saja kamar ini tidak di kunci.

Darren tahu Deon menyimpan kaleng tersebut di dalam lemari. Setelah menemukannya, Darren memilih keluar. Dan melanjutkan pergi ke apartemennya.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cklek

Darren membuka pintu apartemen nya, Beruntung kunci rumah yang ia simpan di bawah keset tidak hilang.

Sepi dan sunyi, tak ada siapapun di sini. Ya jelas karena hanya dia yang tinggal di sini. Oh satu lagi, Ia baru ingat dengan anjing peliharaannya.

"Gukguk" Darren memanggil sang anjing.

Gukguk datang, dan anjing kecil itu langsung berlari ke arah Darren.
Darren sendiri langsung menggendong gukguk layaknya seorang manusia.

Guguk mulai menjilati wajah Darren, mungkin anjing itu senang karena sang pemilik telah pulang.

"Kamu makan nggak sih, kok badan kamu kecil gini" tanya Darren, sambil mengelus-elus punggung gukguk.

"Nanti kalo kita udah punya rumah baru, kita beli makanan buat kamu oke."

Darren menurunkan gukguk, tak ingin berlama-lama pemuda ini langsung mengambil sebuah kotak yang berada di bawah ranjang nya.
Ya, Darren menyimpan uang tabungan nya di kotak itu.

To be continued...

Maaf sedikit ya

Bye...

Obsession And Possessive | Taedo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang