"Cari tempat lain aja ya? Jangan di tempat pemotretan gue" ucap Selena menatap kelima teman sekelas nya yang baru saja keluar dari kelas.
Kelima nya menoleh ketika mendengar ucapan Selena, lalu Sevan yang awalnya sudah berada di dekat pintu kelas bersama Aillan, kini kembali berjalan mendekati meja tempat Selena sedang berdiri.
"Kenapa sih? Kayak nya lo ngelarang banget" ucap Sevan heran dengan Selena yang sangat melarang ketempat pemotretan nya.
"Nggak gitu ... di sana tuh gak ada apa-apa, cuma ada kamera doang" ucap Selena gelagapan karena di tatap dengan kelima teman sekelas nya.
"We know, but ... why?" ucap Sayla yang kini sedang berdiri dengan tangan Bian di bahu nya.
"Disana tuh gak ada hal menarik sama sekali, mending kalian ke Museum Negara atau ke Perpustakaan Negara aja, gak usah ke tempat pemotretan gue" ucap Selena mencoba menjelaskan bahwa di tempat pemotretan nya tidak ada hal yang menarik.
Memang benar, di tempat pemotretan nya nanti hanya ada beberapa orang, kamera, dan Lighting saja benar-benar tidak ada hal yang menarik. Jika Selena membawa kelima teman sekelas nya dan Pak Ardy, akan sangat merepotkan.
"Nggak apaan sih! Gue gak mau ke Museum ataupun Perpustakaan! Mending gue latihan aja kalau gitu!" ucap Bian.
"Nahh mending kalian liat Bian latihan aja, Aillan sama Sevan bisa ikut latihan" ucap Selena.
"Lahh terus gue sama Anna disana ngapain? Nontonin mereka doang gitu?" ucap Sayla protes.
"Dihh gue sih gak mau! Mending gue tidur aja di rumah!" ucap Anna ikut protes juga.
"Ya lo berdua bisa ribut di tengah lapangan!" ucap Selena membuat Bian menimpuk Selena dengan koin seribuan dari dalam saku celana nya.
"Bocah bodoh! Gue nggak mau ya misahin dua macan betina!" ucap Bian berhasil membuat Sayla dan Anna kesal. Sayla menurunkan lengan Bian dari pundak nya.
"Bi, tangan gue gatel nih pengen ninju pipi lo, mau yang kanan atau kiri?" ucap Anna membuat Bian hanya menyengir tanpa dosa saja.
"Jadinya gimana? Kalian setuju saran gue kan?" ucap Selena menatap kelima teman sekelas nya lagi satu persatu.
"Emang nya apa sih yang membuat lo ngelarang kita semua datang ke tempat pemotretan lo?" ucap Aillan yang sejak tadi diam mendengarkan perdebatan kecil yang ada di depan nya.
"Iya, emang kenapa sih?" ujar Sayla menatap Selena yang masih berdiri di tempat nya.
Selena tidak menjawab, gadis bersurai panjang itu malah menyampirkan tas nya di pundak nya lalu keluar dari dalam kelas tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hal tersebut membuat ke lima teman sekelas nya bingung.
"Woyy Selena!!!" ucap Sevan meneriaki Selena yang sudah menuruni beberapa anak tangga.
"Lahh kenapa tuh bocah?" ucap Sayla menatap kepergian Selena di koridor bersama dengan Bian di sebelah nya.
"Sakit jiwa kali" ucap Anna yang tiba-tiba saja berbicara di belakang Sayla dan Bian.
"Itu sih lo yang sakit jiwa!" ucap Bian yang sudah berjalan bersama dengan Sayla.
"Dasar nggak sadar diri, upss!" ucap Sayla menutup mulut nya menggunakan tangan kanan nya, setelah itu Sayla mempercepat langkah nya karena Anna sedang bersiap-siap untuk menyerang nya.
🦋🦋🦋
"Jadi bagaimana? Apakah keenam siswa itu sudah mengalami perkembangan dalam beberapa bulan ini?" tanya Kepala Sekolah pada Pak Ardy yang baru saja selesai menyeruput kopi hitam milik nya.
"Huftt, belum terlalu banyak" ucap Pak Ardy menghembuskan nafas nya.
"Tapi dalam beberapa bulan ini, saya sudah mulai melihat kelebihan mereka" lanjut Pak Ardy.
Kepala Sekolah menganggukkan kepala nya. "Apa kelebihan mereka?"
Pak Ardy terdiam mendengar pertanyaan dari Kepala Sekolah, guru tampan itu sedang memutar memori nya kembali ketika ia sedang mengajar keenam siswa tersebut. Sejujurnya dari keenam siswa itu, Selena lah yang paling pintar tetapi Sevan dan Sayla juga termasuk ke dalam golongan siswa pintar, berbeda dengan Aillan, Anna dan Bian yang masuk ke dalam golongan tidak pintar tetapi tidak bodoh juga.
"Untuk Sayla, dia terlalu pintar di pelajaran Seni tetapi ada hal yang membuat saya benar-benar terkejut tentang nya" ucap Pak Ardy menghentikan ucapan nya sebentar. "Walaupun sebelum nya Sayla memasuki kelas IPS, tetapi Sayla juga pintar di pelajaran Kimia, Fisika dan Biologi"
"Untuk Anna, sebenarnya dia lebih cenderung bagus di pelajaran Ekonomi dan Geografi, Anna menjadi sangat semangat ketika pelajaran Ekonomi dan Geografi"
"Untuk Selena, dia benar-benar sangat pintar hampir di seluruh pelajaran Selena dapat menguasai nya, walaupun Selena selalu tertidur ketika jam berlangsung"
"Untuk Aillan, dia pintar di pelajaran Bahasa, diantara keenam siswa itu yang paling pintar dalam pelajaran bahasa adalah Aillan. Aillan tidak hanya pintar dalam Bahasa Inggris saja, dia menguasaj enam bahasa"
"Untuk Sevan, dia sangat pintar di pelajaran Matematika, saya selalu terkejut melihat bagaimana cara Sevan menyelesaikan soal Matematika dengan waktu 1 menit saja"
"Terakhir untuk Bian, di bidang akademik dia tidak bagus tetapi ketika sudah di bidang olahraga Bian sangat bagus." ucap Pak Ardy menjelaskan kelebihan keenam siswa nya.
"Woahh, saya sangat terkejut dengan penjelasan Pak Ardy barusan" ucap Kepala Sekolah menutup mulut nya karena sangat terkejut dengan penjelasan Pak Ardy. "Tetapi, apakah sopan santun mereka sudah ada perkembangan?"
"Belum, mereka masih sama seperti dulu, sulit untuk merubah sopan santun mereka yang sudah menjadi kebiasaan mereka" ucap Pak Ardy.
"Ahh seperti itu ... Jadi, dalam kelas itu baru berhasil 50% saja" ucap Kepala Sekolah.
"Bisa di katakan seperti itu" ucap Pak Ardy menganggukkan kepala nya.
"Tetapi selamat karena sudah bertahan mengajar mereka, saya tau bahwa Pak Ardy kesulitan mengajar keenam siswa dengan kenakalan keenam nya, saya benar-benar sangat bangga dengan Pak Ardy dan saya harap Pak Ardy dapat bertahan sehingga mereka lulus nanti" ucap Kepala Sekolah.
"Terima kasih atas pujian nya, Pak" ucap Pak Ardy.
"Ahh ya sebelum Pak Ardy keluar dari ruangan saya, saya mau memberitahukan satu informasi lagi pak" ujar Kepala Sekolah menahan kepergian Pak Ardy yang sudah berdiri.
"Apa itu Pak?" ucap Pak Ardy dengan penasaran sambil mendudukkan bokong nya kembali pada sofa yang sudah ia duduki.
"Begini Pak mendengar penjelasan Pak Ardy tadi tentang keenam siswa itu sudah mulai berubah saya jadi berfikir jika anti kalau kelas tersebut benar benar berhasil sebelum mereka semua lulus, Pak Ardy bisa mengembalikan mereka kekelas mereka semula" terang Kepala Sekolah.
Pak Ardy sedikit terkejut dengan ucapan Kepala Sekolah tersebut, pasalnya Pak Ardy sedikit tidak rela membubarkan kelas tersebut walaupun keenam siswa nya sangat menguji mental dengan berbagai keributan yang mereka buat tetapi Pak Ardy tetap tidak rela membubarkan kelas tersebut, tapi Pak Ardy tidak punya banyak kuasa untuk menentang pembubaran kelas tersebut karena kelas tersebut dibentuk dari inisiatif Kepala Sekolah sendiri.
"Kalau seperti itu yang bapak ucapkan maka saya akan membubarkan kelas tersebut setelah mereka menaiki kelas 12 nanti" ucap Pak Ardy dengan sedikit tidak rela.
"Baik, terima kasih Pak Ardy karena sudah bertahan dan berhasil mendidik mereka, saya sungguh kagum dengan kehebatan Pak Ardy" ucap Kepala Sekolah sambil tersenyum.
"Sekali lagi terima kasih banyak atas pujian nya" ucap Pak Ardy.
🦋🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Classroom
Novela JuvenilKepala Sekolah SMA Armada membuat peraturan baru untuk siswa siswa yang memiliki masalah paling banyak di sekolah maka di haruskan memasuki Ruang Kelas. Dari banyaknya siswa bermasalah di sekolah, yang terpilih hanya enam orang saja. Keenam orang te...