"Rome!" Sengaja tak sengaja, bagaimanapun, Karen telah menarik perhatian semua orang. Di sini.Segera Rome keluar ruang kelasnya dengan pena dan pensil diseluruh saku, biasalah sibuknya KetOs. "Kenapa Karen??" Bahkan Rome tidak mementingkan anggota-anggotanya yang berteriak meminta tandatangan dari dalam kelas.
"Tolong aku...!"
Semua orang yang melihat reaksi Karen bersorak-sorai, sebab 'pertunjukan' akan segera dimulai. "Ada apa Karen!?" Rome pun dengan paniknya bertanya pada Karen yang sesak nafas layak orang yang habis lari berkilometer.
Ken yang tadi ikut 'kejar-kejaran', mencekal lengan kiri Karen dan membuat Karen menghadapnya. Pandangan mata mereka bertubrukan dan memberi sensasi tersendiri yang hanya dapat diketahui oleh orang yang melihat.
"Tolong... Rome... Tolong..." Karen merintih dengan ekspresi sendu, dimana orang akan berpikir sexy tentang ini. Bahkan Ken sempat melototi matanya sejenak melihat cara rintihan Karen yang mampu menarik libido.
"Ada apa, sih! Nih bukan drama, bego!" Bentak Ken, walaupun ekspresinya tetap datar-datar saja.
Karen menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari genggaman Ken, "Njir! Siapa suruh lo ngejar ngejar gue! Gue lagi ngga mood tengok muka lo!" Ujar Karen sarkastik.
Rome menggeram di tempat, "jangan kacangin gue! Gue yang lagi sibuk ngurus laporan, udah ngorban untuk melihat adegan kalian." Sewot Rome, eh, malah si Karen nyengir tak berdosa. Rome dengan segera kembali ke kelas.
"Ihhhh! Nih semua gara-gara lo!" Ujar Karen plus jari telunjuk diudara, yang berarah ke wajah Ken.
"Meh... gue salah apa coba."
(+++)
"Sekali lagi! Sedihnya kurang!"
Menyedihkan sekali, orang-orang ini diteriaki terus oleh Karen. Ini demi kebaikan. Karen, Ken, serta gerombolan yang mengikuti drama tengah berkumpul di apartemen Karen. Rome pun ikut melihat, walau ia bukan bagian dari drama. Dan, kehadiran Rome membuat Ken risih entah kenapa.
Sudah jam 5 sore, latihan ini pun sudahan. Jared masih mengomeli Karen dan Ken yang nggak bisa melaksanakan adegan kissing dalam drama tersebut.
"Gue nyesel! Ini namanya senjata makan tuan!" Sergah Karen.
Ken mendecih kesal, "Pasti lo sengaja ngasi adegan memalukan itu, supaya lo bisa ciuman sama Tyro, mantan parner drama lo itu." Katanya sarkastik.
Karen membulatkan matanya, "Gue gak pernah berpikir gitu! Gue selalu buat dari hati!" Bentaknya tidak suka.
Ken terdiam. Ia merasa menyesal menuduh Karen sengaja memberi adegan seperti itu, "Yaudah, terimalah hasil kerja kerasmu, kita berlatih ciuman aja, aku masih banyak waktu." Ujarnya lancar, membuat Karen kesalnya bukan kepalang. Yang seperti ini aja, Ken masih saja santai.
Seperti kata Ken, ia tinggal di apartemen Karen sedangkan anggota drama lain sudah pergi ke rumah masing-masing.
"Buat yang terbaik, ya!" Seru Jared.
Karen melototinya kesal sedangkan Ken, "Baik, pak!" Katanya sambil melambaikan tangan santai.
"Kenapa lo kelihatan gak keganggu, sih?" Decak Karen.
Ken menatap Karen dari ujung kaki sampai mata, membuatnya risih karena tatapan Ken yang intens, "Karena gue gak keberatan."
Detik itu pun kedua-duanya terdiam. Tidak tau harus mulai dari mana.
"Ehm.., em... di adegan itu..." Karen terdiam sejenak dan menatap mata elang Ken takut-takut, "Siapa duluan yang nyium?"
"Gue."
Hening lagi. Karen pun merasa risih akan hal ini, suasana terlalu akward. Apalagi ia tidak tahu harus membicarakan apa dengan Ken, yang wajahnya terlalu datar dan selalu datar seperti permukaan air yang tenang.
"Ren." Ken memanggil Karen pelan, Karen pun mendongakkan kepala.
Ken mendekatkan wajah kearah wajah Karen, membuatnya ikut menjauhkan kepala. Semakin Ken mendekat, semakin ia menjauh.
Disaat benar-benar kehilangan kesabaran, terpakasa Ken mencekal tangan Karen dan menangkup tengkuknya. "Sekarang lo gak bisa lepas."
Bibir milik Ken pun semakin mendekat ke bibir milik Karen, dan, "Tu-tunggu!"
Ken berhenti mendekatkan kepalanya dan menjauhkan kepalanya sambil menatap Karen bingung.
"Kenapa?" Tanyanya bingung.
Karen yang terlihat takut-takut menangkup bibirnya lembut dan menatap Ken, "Kita teman, kan?" Tanyanya. Ken mengangguk agak bingung.
"Ya... kita partner di drama ini. Sekaligus kita akan jadi teman." Ujar Ken.
Karen menelan slavianya takut-takut kembali melihat mata Ken, "Ehmm... gue maunya dicium sama pacar gue aja."
Ken mengangguk mengerti dalam hati, "Yaudah, anggap aja gue pacar lo."
"Kita kan hanya partner drama."
"Yaudah, kalau gue membuat lo jadi kekasih gue sekarang gimana?"
Karen tampak berpikir ragu-ragu pada akhirnya menggeleng pelan, "Nggak. Gue maunya punya pacar yang bener-bener cinta dan sayang sama gue."
Ken terdiam seribu bahasa. Ia merasa akan menjadi sulit akan hal ini. Benar juga kata-kata Karen. Apalagi, ia perempuan memakai perasaan saat akan melakukan sesuatu pada hal apapun itu. Apalagi saat membuat drama.
"Yaudah. Gue tau perasaan lo. Apalagi gue bukan tipe pemaksa. Tapi kalo lo berubah pikiran, katakan saja sama gue. Ingat. Waktu tidak sedikit. Dan jika kita gagal akan adegan ini saja, juri pasti akan mengurangi nilainya." Jelas Ken disertai anggukan Karen.
"Gue tahu. Waktu tinggal sedikit." Gumamnya dan menerawang jauh.
![](https://img.wattpad.com/cover/35390844-288-k236604.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Queen
RomanceBakat yang luar biasa! Tapi, kepalanya keras kali! Tapi, apa dayanya? Kamilah peran utamanya. Aku dan Dia. Sampai pada akhir dunia berputar pun, tetap Aku dan Dia.