She is?

193 18 7
                                    


Hai, gue kembali,

Sorry ya, kalo part ini gak jelas, gak seru, gak penting, ataupun makin lama ngebosenin. Mohon vote dan sarannya aja, deh!_^

Ntar lagi mau UAS, gue rasa gak akan ngeupdate selama minggu-minggu ujian itu, tapi jangan lari ya!_* gue usahain update kok.

Demikian curhat gue yang singkat padat, dan jelas. jangan lupa baca cerita yang lain:

-DQ 1: Calluella Aphroditena
- Soul of the house

(+++)

Rosa adiknya Karen.

Rasanya fakta itu agak menggangguku. Sekarang, adiknya sedang berada satu kursi denganku. Kita sedang diangkut bus menuju tempat pertunjukan. Suasananya masih riuh dengan gosip perempuan maupun laki-laki, tapi kurasa sebelum tampil mereka pasti akan menghentikan suasana riuh ini. Kecuali aku dengan cewek ini. Akward.

Sedari tadi aku hanya diam memandang keluar jendela, sedangkan ia bergerak risih di sampingku.

Aneh sekali, ia sadar ia adalah adik Karen tapi ia sama sekali tidak menjenguk kakaknya. Kubayangkan aku punya adik seperti itu, aku pasti akan patah hati sekali dan membencinya. Kecuali kalau adikku membelikanku Samsung Tab keluaran terbaru, baru aku akan memaafkannya.

Sekitar 2 jam perjalanan, kita akhirnya sampai ke kota tujuan. Guru pendamping memberikan kami aba-aba untuk tertib menuruni bus. Menghindari kecelakaan.

"Aaaw!"

Hendak kami menuruni bus, mulai dari tangga, seseorang memekik dan kurasakan sesorang ambruk di punggungku. Tangannya melingkar sempurna di pinggangku.

Rosa.

Mata kami bertemu, dan aku langsung memelototinya.

"Kalau perjalanan, sebaiknya kau bakar sepatu tumitmu..." ujarku tegas, dingin, sarkastik. Dan aku tidak mengerti kenapa sisi jahatku mulai keluar dari sarangnya.

"Ma-maaf..." ternyata cewek ini bisa meminta maaf juga. Kenapa Karen menganggapnya seperti jelmaan iblis?

"Ta-tapi... kakiku kayaknya.... keseleo..." ucapnya, ia masih memegang erat kaosku berharap tidak akan jatuh disini.

Aku terdiam, menatap kakinya sejenak.

Hening.

Kemudian menghembuskan nafas, "Bu, teman saya keseleo!" Pintaku pada guru pembimbing. Akhirnya, kita disuruh masuk asrama dan langsung melesat ke ruang rawatnya, dengan Rosa di punggungku.

(+++)

"Terimakasih banyak, bu..." ucap cewek itu sambil menunduk kaku. Ibu perawat itu tersenyum tulus kemudian beralih padaku.

"Jaga pacarmu baik-baik, ya." Kamudian ibu-ibu itu langsung melesat pergi.

Aku menatap tajam pintu yang tertutup dan mengumpat dalam hati. Ibu-ibu itu sok tau kali, sih?

"Te-terimakasih...."

Ia mengucapkan kata itu lagi, entah kenapa membuat kupingku memanas. Aku disini karena terpaksa. Oh ya ampun... aku bukan siapa-siapa cewek ini, tapi caraku terlihat seperti siapa-siapanya.

"Jaga kesehatan lo, jangan membuat kami khawatir." Ujarku kemudian. Aku bisa menatap binar matanya dari pantulan jendela, "Kami khawatir karena kami butuh lo buat penampilan. Well, seperti khawatir dalam bentuk tersembunyi." Kataku lagi.

Dan benar, binar diwajahnya meredup dan ia menggigit bibirnya.

Aku tahu, pasti aku menyakiti hatinya.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang