Long but Near

280 23 2
                                    

Hai!

Thanks ya, bagi yang udah mau baca dan vote cerita gue! Guenya jadi tambah semangat buat nulis, hehehe...

Sorry juga ya, kalo gue nulis ada kekurangan, tolong berikan coment, yo! Asal jangan nyakitin hati. Heheh...

Terimakasih sebanyak-banyaknya, dan demikianlah lanjutannya!

"Harus berapa lama lagi kalian seperti ini!" Suara bentakan Jared menggelegar sampai ruangan ini. Nafas Jared pun terdengar berburu.

Untung saja murid lain sudah dipersilahkan pulang ke rumah masing-masing, kalau nggak, nama Karen sudah tercemar polusi udara sebanyak 4%.

Hari ini, jam pulang sekolah dipercepat karena rapat dewan guru, dan disitulah Jared mengumpulkan anak-anak drama untuk latihan. Apa guru yang satu ini bolos rapat?

Dan disinilah kecurigaan Ken menyeruak kalau Jared sengaja mengumpulkan mereka disini, sebab Jared hanya menyuruh 'Cium, cium, cium, dan cium!' Padahal Jared sudah punya dua mata melihat kondisi Karen yang ketakutan.

"Udahlah, mister. Setiap orang punya kekurangan." Ujar Ken berusaha meredakan amarah Jared.

Jared menghela nafas sambil mengusap wajahnya kasar, "Kenapa lama sekali kau bisa, Karen. Padahal bapak sudah percaya sekali sama kamu!" Ujar Jared dengan nada lelah.

Karen tampak takut-taku, tapi pada akhirnya pun mengeluarkan suara, "Ka-kalau begitu, gue bakal usaha! Tolong berikan saya kesempatan!" Serunya tapi masih dengan nada ragu.

"Saya punya kesabaran lebih untuk kamu, tapi jangan kecewakan saya." Ujar Jared hendak pergi menenteng jasnya.

"Te-terimakasih, Jared!" Seru Karen dengan mata berbinar. Jared berhenti dan pintu dan berbalik menampakkan senyum miringnya, lalu mengalihkan tatapan kepada Ken.

"Buatlah dia nyaman bersamamu, Ken. Jangan menjadi orang datar-datar saja. Kecuali dalam drama." Usai itu pun pintu benar-benar tertutup menyisahkan kedua pemuda-mudi ini ditengah rasa kekhawatiran.

Diujung ruangan, Ken melempar tubuhnya dan meringkuh, menghela nafas sebentar lalu menatap Karen yang duduk di ujung sofa dengan paras gelisah.

"Kayaknya lo butuh refreshing..." dan Karen mengangguk menyetuji hal tersebut.

***

Kedua anak remaja itu berjalan mengitari sekitar apartemen dengan menenteng tas masing-masing. Ken menenteng tasnya tersebut di bahu, sedangkan Karen menyelipkannya di antara leher dan pundak.

"F*ck!" Karen menutupi mulutnya kikuk disaat Ken menatapnya penuh heran.

"Kenapa?" Ujarnya dengan seulas senyum.

Karen tampak kikuk sambil mengedarkan pandangan kearah taman yang tertata rapih itu, "Ng-nggak."

Suasana akward pun berhasil menguasai mereka, dan karena tidak harus berbuat apa-apa, Ken ikut memandang ke arah mata Karen.

Selamat!

Suara sebuah gerobak dorong membuat Ken tahu apa yang harus ia lakukan, "Karen! Lo suka ice cream?" Tunjuknya kearah sebuah gerobak cantik bercat merah menggunakan jari telunjuk.

Karen mengikuti arah tunjukan tersebut, bukan terlihat senang, malah terlihat ketakutan dan gelisah. Mata Karen bergetar melihat kearah gerobak tersebut, membuat Ken merasa risih juga.

"Em... Gue traktir, kok!" Ujar Ken berusaha meyakinkan, tapi sebenarnya ia tidak tahu apa yang sebenarnya di pikiran gadis tersebut.

"I-iya..." Karen mengangguk kecil, dan tiba-tiba Ken memagut lembut tangan Karen agar menyilang di lengan kirinya.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang