Berofe our Epilogue

202 19 0
                                    

Warning typo, yo... :·3

Akhirnya mau end. :) terimakasih banyak buat yang mendukung gue buat nulis novel ini. Gue terinspirasi banget. Padahal dari awal buat novel ini, gue pernah rencana buat delete... :·3 tapi ga jadi, deh... karena ada yang mendukung :D

(+++)

Kita dipanggil Jared untuk latihan drama. Aku menuju ruang kelas hendak mencari Karen, tapi sang pelaku tidak ditemukan dalam ruangan kelas. Beberapa pasang mata menatapku heran tanpa berkedip yang celinguk-celingukan di ambang pintu.

"Yo, brow!? Nyari siapa tuh?" Dimas.

"Karen."

Ia menyernyitkan dahinya sekaligus menggembungkan pipinya sehingga permen karetnya meletus lalu ia kunyah kembali.

"Bukannya tadi dia dipanggil Jared?" Bingung Dimas.

Jadinya aku ikut mengkerutkan dahi, "Emang iya. Makanya gue nyari," jelasku singkat.

Dimas nepuk jidatnya, "Yaelah... dia udah duluan dipanggil Jared, 'langsung' dari kelas. Entah lo kemana aja tadi," jawabnya dengan penekanan di kata langsung.

Tanpa menjawab apa-apa, aku meluncur dengan segera ke ruangan drama. Bahkan sempat-sempatnya Rosa membuntutiku dari belakang. Mainstream, emang ada apa dengan cewek itu?

(+++)

Sampai diambang pintu ruang Drama, aku mengambil kesempatan buat melirik ke belakang, dan akhirnya, aku tidak dibuntuti lagi oleh cewek itu. Beribu-ribu lega menghadangku dan dengan leluasa aku memutar gagang pintu dan masuk ruangan.

Yang kutemukan dalam ruangan ini hanya Karen yang berdiri depan Jared yang sedang memegang beberapa lembar kertas HVS A4. Kulihat Jared menghela nafas, dan Karen memutar pandangannya, kearahku.

"Ken, jangan pakai lama. Cepat kemari," perintah Jared. Gitu-gitu, ia adalah seorang guru dan mempunyai hak untuk memerintah.

Seraya mengangguk, aku mendekati titik kumpul mereka. Tambah dekat, jantungku semakin berpacu dan keringat dingin mulai menguar.

Aku belum melupakan perasaanku.

Saat aku tepat berada di samping mereka, rasanya seperti ada yang janggal. Sekali ini aku tidak heran lagi dengan kulit Karen yang makin hari semakin terlihat pucat, tapi ini beda. Rasanya aura mereka menyimpan sesuatu dariku, seperti menyimpan bijih dalam buah.

Aku percaya pasti semua baik-baik saja, disisi lain, aku juga meragukan suasana 'baik-baik saja' dari tampang sayu mereka. Ada yang tidak beres.

"Nah, karena kamu sudah datang, Ken, saya akan memberitahukan kamu satu hal," ucap Jared memulai pembicaraan, walaupun suasana keruh belum juga meredam.

Jared membaca kertas itu sebelum mulai berbicara lagi, "Drama yang terakhir di ganti dengan drama yang lebih singkat, tanpa pemeran pembantu. Yang berakting hanya kalian berdua, pemeran utama," jelas Jared dan menyerahkanku naskah tersebut.

Aku pun menerima kertas itu dan mulai membaca. Semuanya diubah, kecuali, adegan ciumannya. Aku pun ikut bingung, karena yang jelas ini tulisan tangan aslinya Karen. Padahal pada awalnya, ia sama sekali tidak setuju dengan rencana ini; bahkan sampai teriak-teriak dan bercakap kotor. (-_-)

"Aku setuju," jawabku lalu menyerahkan kembali lembaran tersebut, "Tapi kenapa harus diganti?" Tanyaku kemudian.

Jared tersenyum miterius, menjengkelkan.

Drama QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang